Profil

Sosok Kakek Asari, Jualan Kembang Api Keliling Badung Dengan Sepeda Gayung

Seorang lelaki tua terlihat sedang melayani pembeli kembang api diseputaran wilayah Dalung, Kabupaten Badung.

Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
(Putu Yunia Andriyani)
Asari, seorang lelaki berusia 67 tahun yang masih semangat mengayuh sepeda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus mewujudkan cita-citanya untuk kembali ke kampung halaman dan memiliki tempat tinggal. 

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Seorang lelaki tua terlihat sedang melayani pembeli kembang api, di seputaran wilayah Dalung, Kabupaten Badung, Bali.

Raut wajahnya penuh senyuman, membuat siang yang begitu terik menjadi lebih sejuk.

Ia adalah Kakek Asari, pedagang kembang api keliling dengan sepeda gayung yang juga terlihat tua namun selalu setia menemani.

Seluruh barang dagangannya dimasukkan ke dalam keranjang dari triplek.

Kakek Asari yang telah berusia 67 tahun ini, ternyata sudah berjualan kembang api selama kurang lebih 13 tahun lamanya.

Sebelumnya, Kakek Asari hanya berjualan di depan tempat tinggalnya bersama sang istri.

Baca juga: Sosok Kakek Asari, Jualan Kembang Api Keliling Badung Dengan Sepeda Dayung

Baca juga: Polres Gianyar Gelar Jumat Curhat, Singgung Soal Etilang hingga Izin Kembang Api

Kakek Asari yang telah berusia 67 tahun ini, ternyata sudah berjualan kembang api selama kurang lebih 13 tahun lamanya.
Kakek Asari yang telah berusia 67 tahun ini, ternyata sudah berjualan kembang api selama kurang lebih 13 tahun lamanya. (Yunia/Tribun Bali)

Namun, pandemi yang terjadi membuat ia harus ekstra kerja keras berusaha.

Sehingga Kakek Asari memilih untuk berjualan dengan sepeda gayung saja.

“Lebih enak kalau naik sepeda gayung, karena pembeli lebih gampang memanggil.

Kalau motor susah, belum lagi susah berhentinya, bensinnya juga susah,” kata Kakek Asari.

Selain kembang api, Kakek Asari juga menjual pernah-pernik tahun baru lainnya seperti berbagai jenis terompet.

Harga yang dibanderol cukup murah, karena Kakek Asari tidak banyak mengambil keuntungan dari jualannya.

“Kalau barangnya murah, bisa cepat habisnya, tapi kalau mahal, lama habisnya.

Nanti apa pakai makan sehari-hari kalau tidak ada uang,” ujarnya.

Kakek Asari mulai berjualan dari pukul 09.00 WITA, namun tak tentu kapan akan kembali pulang.

Sudah hampir dua minggu Kakek Asari mengayuh sepeda gayung untuk menjajakan kembang api jualannya.

Perjalannya ia mulai dari Pasar Dalung, kemudian ke arah RSD Mangusada, Kapal, tergantung ke mana arah hatinya menginginkan.

Asari, seorang lelaki berusia 67 tahun yang masih semangat mengayuh sepeda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus mewujudkan cita-citanya untuk kembali ke kampung halaman dan memiliki tempat tinggal.
Asari, seorang lelaki berusia 67 tahun yang masih semangat mengayuh sepeda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus mewujudkan cita-citanya untuk kembali ke kampung halaman dan memiliki tempat tinggal. ((Putu Yunia Andriyani))

Jikalau lelah, Kakek Asari beristirahat di pinggir jalan untuk minum air atau tidur sejenak.

Terkadang ada orang yang datang memberinya nasi, minum-minuman, atau uang untuknya.

Ayah satu anak ini menuturkan penghasilannya dari berjualan kembang api setiap harinya tidak menentu.

Ia sendiri bahkan tidak pernah menghitung jumlah penghasilannya.

“Kadang-kadang Rp 50.000, kadang-kadang Rp 25.000.

Ya apapun kita harus syukur, kita sudah untung, Alhamdulillah,” tuturnya.

Kakek Asari bercerita ia meminjam uang kepada seseorang yang ia panggil “bos” sebanyak Rp 5.600.000,.

Ditambahkannya dengan uang sendiri sebanyak Rp 1.800.000, ia jadikan modal berjualan kembang api dan pernak-pernik lainnya.

Tanggal 31 Desember 2022, peminjaman tersebut harus segera ia lunasi, sementara ia sendiri belum tau berapa yang sudah terkumpul.

Saat ini, Kakek Asari dan istri tinggal menumpang di sebuah rumah di Jalan Raya Dalung.

Seorang yang berbaik hati dengan tulus ikhlas, memberikan kamar dan memberikan pekerjaan kepada mereka.

Kakek Asari yang telah berusia 67 tahun ini, ternyata sudah berjualan kembang api selama kurang lebih 13 tahun lamanya.
Kakek Asari yang telah berusia 67 tahun ini, ternyata sudah berjualan kembang api selama kurang lebih 13 tahun lamanya. (Yunia/Tribun Bali)

Terkadang Kakek Asari juga mencari pekerjaan lain, seperti ikut dalam proyek pembangunan atau bersih-bersih.

Sementara anak laki-lakinya telah menikah, dan secara mandiri tinggal bersama keluarganya.

Sebuah cita-cita dari seorang Kakek Asari, ia ingin kembali pulang ke kampung halamannya di Jember, Jawa Timur.

Ia ingin memiliki tempat tinggal yang layak di usia senjanya, dengan penghasilan selama 27 tahun merantau di Bali. (*)

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved