Berita Bali
RENUNGAN! Jangan Mengaku Diri Susah, Simak Penjelasan GMH Untuk Hidup Tenang & Bahagia
Dalam kehidupan nyata, sudah merupakan kebiasaan karena ambisi dan ego yang ditempatkan melambung tinggi.Membuat manusia merasa hidupnya susah.
TRIBUN-BALI.COM - Dalam kehidupan nyata, sudah merupakan kebiasaan karena ambisi dan ego yang ditempatkan melambung tinggi.
Membuat manusia merasa hidupnya susah.
Ketika merasa susah, munculah keluhan demi keluhan.
Keluhan - keluhan ini kemudian akan tersimpan, dalam memori pikiran sebagai pertanda negatif.
Bahwa ia merasa kekurangan, dan sedang membutuhkan pertolongan.
Baca juga: RENUNGAN MALAM, Terapi Bahasa (Nirvana Voices) Dari GMH Untuk Ketenangan Jiwa
Baca juga: KISAH PILU Kadek Rista Gangguan Jiwa, Dipasung Hingga Sembuh Dibantu GMH

Seharusnya yang dilakukan pertama, bukanlah menunggu pertolongan dari yang lainnya.
Melainkan introspeksi diri dan mencoba berpikir lebih jernih kenapa hidupnya menjadi susah.
Namun, saat melakukan introspeksi diri pun, masih sering memikirkan orang lain sebagai penyebab susahnya.
Padahal dalam rumus Antroteologi, bahwa disarankan dalam introspeksi diri sebaiknya ia mencari penyebab susahnya dalam dirinya sendiri.
Agar mampu melakukan perubahan ke arah lebih baik.
Selama ia mencari kambing hitam ( menuduh orang lain sebagai penyebab), maka kambing putih (ia sendiri sebagai penyebab) tidak akan mampu terlihat.
Jika mengacu pada ajaran Sastra Yoni Twa, tidaklah mudah menjadi orang susah.
Karena untuk menjadi orang susah harus memenuhi beberapa syarat.

Jika beberapa syarat belum dipenuhi, maka sebenarnya ia bukanlah orang susah.
"Ia hanyalah orang yang memilih menempatkan dirinya, menjadi orang susah dan menyusahkan dirinya sendiri," jelas GMH, sapaan akrabnya.
Maka tidaklah heran, kemudian ia menganut pola pikir orang susah dan memandang dirinya tidak seberuntung yang lainnya.
Berikut Lima W syarat menjadi orang susah menurut Sastra Yoni Twa,
1. Wareg. Bahwa jika ia tidak bisa makan dan minum selama berhari - hari.
2. Wastra. Bahwa ia tidak memiliki selembar kainpun untuk menutupi badannya.
3. Wisma. Bahwa ia luntang-lantung karena sama sekali tidak memiliki tempat berteduh.
4. Wisata. Bahwa ia sudah tidak bisa menikmati indahnya semesta, mata tidak melihat telinga tidak mendengar bahkan panca indera sudah berhenti berfungsi.
5. Wasita. Bahwa ia sudah tidak mengenali dirinya sendiri dan ia tidak lagi punya nama baik dimata orang lain.
Sekarang waktunya anda mengukur diri.
"Apakah termasuk orang yang memiliki syarat menjadi orang susah, ataukah hanya memaksakan diri mengaku susah," tegas GMH.
"Jika anda tidak memiliki syarat di atas, tetapi mengaku susah maka anda kemungkinan termasuk salah satu orang yang tidak mensyukuri anugerah Tuhan yang masih tersisa untuk diri anda," sebutnya.
Orang asing menyebutnya, “hey you telah nguredang suwecan Widhi".
Hati - hati karena itu bisa menciptakan pralaya (kiamat) bagi dirimu sendiri.
Mari mulai menempatkan diri di tempat yang lebih baik.
Mulai mengenali betapa Tuhan masih penuh kasih, dengan meniupkan napas pada diri kita dan masih memberikan kesempatan untuk ke depan hidup lebih baik.
Berbahagialah karena masih ada yang layak untuk disyukuri.
Jangan lupa tersenyum, karena mungkin saja selama ini anda termasuk orang yang pernah ikut mengaku susah.
Sehingga menjadi aktor drama king ataupun dramaqueen yang disebut dalam sejarah manusia palsu Simulakrum. (*)
IESR dan Pemprov Bali Resmikan Empat PLTS di Tiga Desa, Total Kapasitas 15,37 kWp |
![]() |
---|
BERKAS 22 Tersangka Kasus Penganiayaan Prada Lucky Diserahkan ke Oditurat Militer |
![]() |
---|
MEMANAS! Massa Aksi di Polda Bali Tidak Kondusif, Lempari Batu dan Merusak Fasilitas |
![]() |
---|
Di Tengah Wacana Pelarangan Vape di Indonesia, Polda Bali Gencarkan Edukasi Bahaya Narkoba |
![]() |
---|
4 Nyawa Melayang Dalam Gejolak Demonstrasi, Polda Bali Ajak Jaga Kondusifitas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.