Berita Bali
Artshop dan Warung Digusur, Pedagang di Sanur Bali Alih Profesi Sewa Sepeda Listrik
Artshop dan warung digusur akibat proyek revitalisasi GIBB dengan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, pedagang alih profesi.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN BALI.COM, DENPASAR - Pemandangan masyarakat gunakan sepeda listrik di Pantai Sanur sering dijumpai sejak akhir Tahun 2022 lalu.
Rupanya persewaan sepeda listrik ini telah dibuka sejak Desember 2022 lalu.
Pembuka usaha persewaan sepeda listrik ini berkelompok satu sama lain.
Mereka adalah pemilik warung dan art shop yang digusur proyek revitalisasi GIBB dengan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur.
Pemilik jasa sewa sepeda listrik Sanur, I Wayan Serikut mengatakan bagaimana mulanya ia memulai usaha ini.
“Ini mulainya Tanggal 3 Desember 2022 lalu. Ini kelompok, ini imbas penggusuran disini kan dulu toko-toko ada watersportnya, ada Restoran imbas ini lah (Proyek KEK) gak punya kerjaan, diberikan warung UKM sementara gak jalan disana,” ungkapnya pada, Sabtu 18 Februari 2023.
Sebelum Covid-19 dan membuka usaha sewa sepeda listrik ini, Wayan bekerja disalah satu boat tujuan Lembongan.
Saat itu ia menghandle sebanyak 4 boat di Lembongan, namun saat ini sudah usai dan mesin boat nya juga sudah rusak.
Dan untuk mengisi waktu luangnya, ia membuka usaha jasa sewa sepeda listrik ini.
Baca juga: Menko Perekonomian Airlangga Hartarto Tinjau KEK Kura-Kura Bali, Sebut Serap 99.000 Tenaga Kerja
Selain itu, ia dipercaya mengelola dan bertanggungjawab usaha sewa sepeda listrik ini dengan kelompok usaha lainnya.
“Pertama kali memang saya buka secara pribadi. Lalu banyak yang mau ikut (menyewakan sepeda listrik) jadi silahkan. Harga sewanya kalau pagi dari jam 06.00-09.00 normalnya Rp 35 ribu satu jam. Kekuatan baterainya cuma 3 jam. Kalau terus-terusan dipakai bolak-balik kita yang rugi,” imbuhnya.
Setelah membuka usaha persewaan sepeda listrik ini, diakui Wayan peminatnya luar biasa.
Dalam sehari maksimal terutama pada weekend day, yakni Sabtu dan Minggu persewaan sepeda listriknya bisa sampai 5 trip dan trip itu sudah maksimal.
Untuk usaha kelompok sepeda listrik yang dinaunginya memiliki 22 unit dengan jumlah kelompok 8 orang.
Mereka juga termasuk Kelompok Nelayan yang terkena imbas penggusuran.
“Kalau sudah diatas jam 10 pagi sampai jam 3 sore itu kadang-kadang turun bisa Rp 25 ribu. Kalau ngecas kita punya gudang, ngecasnya 4 jam. Lama pakainya 4 jam normalnya 4 jam,” paparnya.
Paling banyak peminat sepeda listrik ini adalah wisatawan lokal. Dan pada siang harinya biasanya Wisatawan Mancanegara yang menggunakan sepeda listrik ini untuk mencari Hotel dan Restoran.
Jarak tempuh sepeda listrik ini hingga Mertasari atau sekitar 6-7 kilometer.
Untuk berat penumpangnya maksimal 125 kilogram. Persewaan sepeda listrik ini buka hampir setiap hari. Dan biasanya sepi dihari sepi Senin-Jumat.
“Kalau sepi sehari paling 4 orang apalagi hujan dan kalau hujan kadang tidak buka. Perawatan super ekstra karena kita itu ya dekat laut dan hawa laut garam jadi cepat karatan dan sehari langsung dibersihkan. Sparepartnya juga mahal mulai Rp 150 perset,” urainya.
Diawal membuka persewaan sepeda listrik ini ia membeli dua unit sepeda listrik dengan harga Rp 5,5 juta perunit.
Dan itu termasuk harga kredit namun saat membeli kendaraan listrik tersebut dikatakan Wayan uang mukanya cukup besar, saat itu ia mengambil dua unit dengan uang muka hampir Rp 4 juta.
“Belum balik modal sejauh ini. Kalau modalnya 3-4 unit lama prosesnya. Sama seperti nelayan begitu juga,” tutupnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.