Berita Badung
Tangani Kasus DBD Dengan Metode Wolbachia, Badung Masih Tunggu Instruksi Kemenkes
Tangani Kasus DBD Dengan Metode Wolbachia, Badung MasihTunggu Instruksi Kemenkes
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA – Pemerintah kabupaten Badung sampai saat ini masih menunggu instruksi dari Kementrian Kesehatan (Kemenkes) terkait metode penanganan kasus demam berdarah dengue (DBD) dengan teknologi Wolbachia. Mengingat metode itu dipandang ampuh untuk menekan kasus DBD yang selama ini tidak terkontrol.
Kepala Dinas Kesehatan Badung I Made Padma Puspita tak menampik hal tersebut. Pihaknya mengatakan saat ini Pemkab Badung masih menunggu arahan atau instruksi Kemenkes terkait penanggulangan kasus demam berdarah dengue (DBD) dengan metode Wolbachia itu.
"Kami masih menunggu arahan. Jadi Kemenkes masih melakukan uji di beberapa daerah," katanya Kamis 23 Februari 2023.
Jika sudah dipandang bagus dan bisa dilaksanakan, Ia menegaskan Kabupaten Badung siap menerapkan penanggulangan DBD dengan metode tersebut. Kata Padma, kesiapan tersebut harus dilalui terlebih dulu dengan serangkaian uji coba dan kajian yang matang.
"Ya masih ada beberapa daerah sebagai percontohan dan masih dikaji. Kita (Dinkes Badung red) siap kapan saja. Begitu ada instruksi dari Kemenkes dan Dinkes Provinsi Bali," tegasnya lagi.
Sementara itu Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Badung I Made Suwadera mengatakan pemerintah telah menggencarkan program penanganan kasus DBD seperti upaya promotif, preventif, serta kuratif mulai dari tingkat desa hingga ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit. Artinya program penanganan kasus DBD melalui pemberantasan jentik nyamuk melalui gerakan 3M plus, di antaranya dengan abate dan fogging secara selektif, itu berjalan.
"Jadi sementara kita di Badung menerapkan 3M. Bahkan kita juga melakukan fogging jika ditemukan kasus" tambah Suwadera.
Dijelaskan, sesuai data per Januari 2023, sudah ada 134 kasus DBD di Badung. Data paling tinggi dilaporkan di Kuta Selatan dengan 59 kasus. Laporan kumulatif ini dari satu-satunya Puskesmas di Kuta Selatan.
Untuk diketahui Denpasar menjadi kota pertama di Provinsi Bali yang mengimplementasikan teknologi wolbachia untuk menekan kasus DBD. Penyebaran tersebut dilakukan setiap pekan mulai November 2023.
Teknologi wolbachia berfungsi untuk menurunkan virus yang disebabkan nyamuk aedes aegypti. Wolbachia merupakan hasil kolaborasi dari World Mosquito Program (WMP) dan telah diterapkan di beberapa negara, seperti Singapura.
Bahkan World Mosquito Program (WMP) dan Pemerintah Daerah Bali, dengan dukungan dari Pemerintah Australia dan Gillespie Family Foundation juga bekerja sama untuk mewujudkan “Bali terhindar dari dengue” dengan menggunakan metode Wolbachia.
Metode ini dikembangkan dengan memasukkan bakteri Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti.
Bakteri ini dapat menghentikan kemampuan nyamuk tersebut dalam menularkan penyakit dengue dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.