Berita Karangasem

Harga Salak Petani Karangasem Selalu Anjlok Saat Panen, Simak Berita Selengkapnya!

Salak berukuran besar yang semula Rp 10 ribu, kini menjadi Rp 5.000 per kilogram, sedangkan salak ukuran kecil dari Rp 8.000 menjadi Rp 3.000 per kilo

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
tribunnews
 Petani salak di Karangasem mengeluh. Harga salak selalu anjlok saat musim panen. Salak berukuran besar yang semula Rp 10 ribu, kini menjadi Rp 5.000 per kilogram, sedangkan salak ukuran kecil dari Rp 8.000 menjadi Rp 3.000 per kilogram. 

TRIBUN-BALI.COM -  Petani salak di Karangasem mengeluh.

Harga salak selalu anjlok saat musim panen.

Salak berukuran besar yang semula Rp 10 ribu, kini menjadi Rp 5.000 per kilogram, sedangkan salak ukuran kecil dari Rp 8.000 menjadi Rp 3.000 per kilogram.

Petani salak asal Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Putu Sudita mengatakan, harga salak mengalami penurunan sejak beberapa pekan terakhir memasuki musim panen.

Pasokan salak meningkat dan terjadi persaingan harga yang tidak sehat antara petani.

Baca juga: Marak di Bali WNA Pakai Pelat Motor Palsu, PHRI Minta Warga Lokal Berikan Contoh!

Baca juga: Tingkat Hunian Hotel Capai 35 Persen di Karangasem, Kunjungan ke Destinasi Wisata Juga Naik

 Petani salak di Karangasem mengeluh.

Harga salak selalu anjlok saat musim panen.

Salak berukuran besar yang semula Rp 10 ribu, kini menjadi Rp 5.000 per kilogram, sedangkan salak ukuran kecil dari Rp 8.000 menjadi Rp 3.000 per kilogram.
 Petani salak di Karangasem mengeluh. Harga salak selalu anjlok saat musim panen. Salak berukuran besar yang semula Rp 10 ribu, kini menjadi Rp 5.000 per kilogram, sedangkan salak ukuran kecil dari Rp 8.000 menjadi Rp 3.000 per kilogram. (Ida Bagus Putu Mahendra)

"Penurunan harga secara bertahap. Harganya sekarang sudah tidak sesuai dengan biaya yang kami keluarkan," ungkap Putu Sudita, Minggu (5/3).

Untuk harga salak besar di pasar kini berada di angka Rp 8.000 per kilogram. Sedangkan ukuran kecil Rp 5.000 sampai 6.000 per kilogram. Harga masih diprediksi akan terus turun. "Ini memang rutin terjadi setiap tahun saat memasuki panen," ujar Sudita.

Kata dia, pasokan salak di Karangasem meningkat karena hampir semua petani panen. Petani bersaing sehingga berpengaruh ke harga. Ini sering terjadi memasuki musim panen yakni antara bulan Januari hingga Maret dan bulan Agustus hingga Oktober.

"Kalau dikalkulasi hasil panen tak sebanding dengan biaya pemeliharaan. Seperti contoh saya punya lahan 20 are, tiap panen mendapat 30 sampai 40 kilogram. Berarti per panen hanya dapat sekitar Rp 150 sampai 200 ribu untuk salak yang berukuran besar," ujarnya.

Ia berharap Pemkab Karangasem memberi solusi untuk mengatasi masalah klasik ini. Banyak lahan pertanian salak di Kecamatan Selat belakangan beralih jadi lahan pertanian sawah. Pemicu utamanya karena harga salak selalu anjlok saat memasuki panen. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved