Destinasi Wisata Bali
Destinasi Wisata Bali, Berlibur Sembari Bersejarah di Alas Kedaton, Pura Suci di Tengah Hutan Monyet
Alas Kedaton, tersedia fasilitas penunjang lainnya, seperti out bond area yang bernama ALASKA.
Penulis: Arini Valentya Chusni | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Tabanan, Bali tidak hanya terkenal akan wisata pantainya yang eksotis, namun disini Tribunners bisa menemukan sejarah dalam berlibur.
Tepatnya di Alas Kedaton yang berlokasi di Jalan Raya Alas Kedaton, Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali.
Alas Kedaton Monkey Forest ini merupakan hutan kecil yang dikelilingi oleh populasi monyet hingga 1.500 ekor.
Di dalamnya terdapat pura sakral yang berada di tengah hutan monyet.
Baca juga: Destinasi Wisata Bali, Ulun Danu Beratan Tawarkan Sewa Pakaian Adat, Wisata Baru The Blooms Garden
Luas kawasan hutan lindung Alas Kedaton sekitar 12 hektar yang di dalamnya ada banyak pepohonan.
Saat ditemui Tribun Bali di Alas Kedaton pada Sabtu 11 Maret 2023, Koordinator Lapangan Alas Kedaton, I Gusti Bagus Suryawan mengatakan, wisatawan dapat bebas melihat monyet di Alas Kedaton, namun tetap mengingatkan untuk tidak boleh menyentuh karena sensitivitas monyet berbeda-beda.
"Untuk kunjungan memang lebih banyak WNA, pasca pandemi ini kita survive lagi. Yang membedakan Alas Kedaton dengan tempat wisata monyet lainnya, di sini kita bisa lihat puluhan bahkan ribuan monyet liar yang berkeliaran tanpa harus desak-desakan. Di sini puluhan monyet bisa dekat dan dilihat 1 orang langsung, kalau di tempat lain 1 monyet bisa dilihat 15 orang karena minimnya populasi," ujar Suryawan.
Tak hanya itu, hutan ini dihuni oleh kera dengan nama latinnya macaca fascicularis berjumlah sekitar 2.000 ekor dan kalong dengan nama latinnya pteropus vampyrus yang hidup bergelayutan di bagian dahan pepohonan di dalam hutan.

Selain melihat monyet, di Alas Kedaton juga ada wisata pendukung, yaitu wisata foto dengan kalong.
Pengunjung dapat menggunakan pakaian Bali dan berfoto atau memberi minum kalong yang sudah jinak.
Salah satu pembudidaya kalong bernama I Wayan Nurata mengatakan kalong yang ia pelihara sudah berubah rutinitasnya dengan kalong-kalong biasa.
"Jadi kalau siang dia bangun, malam juga tidur karena udah kita rubah polanya. Demikian, kalong-kalong ini juga punya nama dan bisa dilihat dari bentuk fisiknya yang berbeda-beda," tambah Nurata.
Untuk bisa berfoto sepuasnya dengan kalong di Alas Kedaton, pengunjung cukup membayar Rp 20.000.
Di sini juga menyediakan jasa foto dan cetak jadi, cukup dengan biaya Rp 70.000.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.