Berita Denpasar
Sering Diadikan Objek, Searah Creative Hub Optimis Kembangkan Film di Bali Lewat Balih Screening
Sering Diadikan Objek, Searah Creative Hub Optimis Kembangkan Film di Bali Lewat Balih Screening
Penulis: Putu Yunia Andriyani | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kondisi perfilman di Bali membuat para pembuat film (filmmaker) mulai cemas dan kahwatir.
Bali dengan beragam budayanya kerap kali menjadi objek dan lokasi shooting untuk film nasional dan internasional.
Sayangnya, hal itu tidak diiringi dengan pengembangan sumber daya manusia dan industri kreatifnya.
Film maker Bali dilihat masih masif dalam memproduksi film padahal secara kemampuan mereka bisa bersaing dengan film maker luar.
Hal ini dikatakan Dodek Sukahet, salah satu film maker Bali sekaligus alumnus ISI Denpasar bidang perfilman.
“Secara kemampuan saya melihat teman-teman berani bertaruh di industri perfilman, tetapi sayangnya proyek itu yang jarang hadir ke mereka.
Bali selalu menjadi tujuan internasional tetapi kita tidak pernah menghandle satu proyek, kita banyak menjadi crew dalam suatu produksi,” ujar Dodek Sukahet.
Disamping itu, sebagai penggiat film, dirinya merasa tidak elok melihat beragam cerita dan budaya Bali yang tidak mengemasnya dalam sebuah film.
Peran film dalam hal ini sangat penting karena bisa menunjukan Bali kepada orang banyak dan mengabadikannya.
Selain itu, film juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai alat propaganda perusahaan, personal, atau individu kelompok.
Melihat kondisi tersebut, Dodek bersama alumnus film ISI Denpasar lainnya membentuk wadah penggiat film bernama Searah Creative Hub.
Searah Creative Hub bertujuan untuk menumbuhkembangkan ekosistem film sehingga keberadaannya dapat diperhitungkan.
Keberadaan wadah ini juga menunjukan Bali memiliki film maker yang berkualitas, memiliki disiplin ilmu, dan memiliki visi dalam membuat karya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka menyelenggarakan Balih Screening yang juga merupakan screening film pertamanya.
Balih Screening ini digelar di Dharma Negara Alaya (DNA) Art and Creative Hub Denpasar pada Senin, 13 Maret 2023.
“Setelah melalui proses selama kurang lebih enam bulan membuat karya sendiri, hari ini adalah puncaknya dengan screening perdana.
Nantinya, setelah ini teman-teman bisa mendistribusikan filmnya entah ke festival atau platform lainnya,” tambah Dodek.
Terdapat 6 film yang ditampilkan, diantaranya Pojok Penantian (Upon a Time); Back to The Beat, Back to The Star; How Does It Sound?; Kacang Dari; Lobus; dan Mejaguran.
Film ini ditayangkan dalam dua sesi dengan setiap sesinya mengadakan diskusi terkait dengan film tersebut.
Turut diundang beberapa penggiat film, Ketua Komisi Film Bali, pelaku industri, dan beberapa production house.
Terkonfirmasi pula hadirnya jajaran pemerintah dari DPRD Provinsi Bali sehingga membuat diskusi semakin luas dan membuka ekosistem film.
Balih Screening kali ini masih bersifat tertutup dengan tujuan untuk fokus pada diskusi dengan tujuan mengembangkan film yang dihasilkan.
Kedepannya, Ketua Searah Creative Hub ini bersama rekanannya akan melaksanakan Balih Screening yang bisa disaksikan masyarakat umum.
Mereka juga akan berencana mematenkan acara ini sehingga bisa diselenggarakan disetiap tahunnya.
Ditemui disela-sea acara, Dodek berharap Searah Creative Hub dapat menjadi lebih besar sehingga semakin banyak lahirnya penggiat film.
Dengan demikian, keberadaan Searah Creative Hub dan juga film maker di Bali semakin berkembang dan diketahui keberadaannya baik secara ekosistem, disiplin ilmu, maupun SDM.
Dodek juga berharap nantinya Bali bisa melahirkan film panjang yang bisa ditayangkan di bioskop dan diputar diseluruh Indonesia, bila perlu di tingkat internasional. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.