Berita Karangasem

50 Persen Lebih Desa di Karangasem Masuk Endemis DBD

Dari 78 Desa dan Kelurahan di Kabupaten Karangasem, sebanyak 50 persen lebih msuk kategori daerah endemis DBD (Demam Berdarah Dengue)

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Fenty Lilian Ariani
Saiful Rohim
50 Persen Lebih Desa di Karangasem Masuk Endemis DBD 

AMLAPURA, TRIBUN-BALI. COM - Dari 78 Desa dan Kelurahan di Kabupaten Karangasem, sebanyak 50 persen lebih msuk kategori daerah endemis DBD (Demam Berdarah Dengue).

Puluhan daerah dinyatakan endemis DBD lantaran ditemukan kasus tiap tahun.

Jumlahnya bervariatif, sekitar 3 hingga 5 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Karangasem, Gusti Bagus Putra Pertama, mengaku, daerah yang dinyatakaan endemis DB tersebar dibeberapa Kecamatan di Karangasem.

Diantaranya yakni  Kecamataan  Karangasem, Bebandem, Kubu, dan Kecamtan Manggis.

Status ini sifatnya kondisionl, sesuai kasus.

"Kasus di Karangasem masuk kategori endemis. Selama masih ada kasus, kemudian  angka jentik  masih tinggi. Sekitar 50 persen lebih desa yang status endemis,"kata Gusti Bagus Putra Pertama, Senin  (27/3/2023) siang.

Pria asli Kecamatan Sidemen mengaku, tahun 2023 terhitung dari  Januari - 15 Maret 2023,  Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem menemukan sekitar 175 kasus.

Rinciannya  Januari 67 kasus, Februari 59 kasus, sedangkan di Maret 49 kasus. Kasus mungkin akan terus meningkat. Mengingat cuaca sekarang berubah - ubah.

"Jadi untuk kasus DBD di Kab. Karangasem di tiga tahun terakhir mengalami peningkatan. Contoh Januari 2021 ada kasus 28, tahun 2023 kasus 67, serta 2022 sebanyak 79 kasus. Februari 2021 ada 14 kasus, 2022 ada 60 kasus, dan 2023 sebanyak 59. Maret 2021 ada 22, tahun 2022 ada 59 kasus,"imbuhnya.

Dari jumlah tersebut, terbanyak ditemukan di Kecamatan Karangasem.

Seperti di Kelurahan Subagan, Kelurahan Padang Kerta, Kelurahan Karangasem.

Selain ada juga disekitar Bungaya Kangin, Culik, Kertamandala, Padang Hai, Manggis, Antiga, Bungaya, Tianyar, Purwakerti, hingga beberapa desa yang lain.

"Naiknya kasus DBD karena perubahan iklim. Musim hujan  berkepanjangan, lalu  kemudian panas. Inilah yang membuat tempat - tempat vektor, begitu ada air sedikit jentik menetas dan menjadi nyamuk  dewasa. Untuk korban jiwa akibat DB di 2023 belum ada,"akui Pertama. 

Untuk menekan jumlah daerah endemis dan kasus DBD, petugas dari dinkes akan melakukan upaya semaksimal mungkin.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved