Kecewa, Hugo Samir Ungkap Kisah Sedih Gagal Bela Timnas Indonesia U20 di Piala Dunia U20 2023

TRIBUN-BALI.COM – Hugo Samir, penyerang Timnas Indonesia U20, mengungkapkan reaksinya usai gagal main di Piala Dunia U20 2023.

Hal ini terkait dengan keputusan FIFA yang mencabut Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 2023 seperti dilansir dari Bolasport.com.

Baca juga: Elkan Baggott Ditawari Main untuk Timnas Indonesia U22 SEA Games 2023 Kamboja, Masih Bimbang

Awalnya Indonesia akan tampil sebagai tuan rumah di Piala Dunia U20 2021.

Karena adanya pandemi, ajang tersebut lalu diundur sampai tahun 2023.

Piala Dunia U20 2023 rencananya akan digelar di Indonesia pada 20 Mei 2023 hingga 11 Juni 2023.

Berbagai persiapan telah dijalankan, salah satunya adalah persiapan skuad Garuda Nusantara.

Shin Tae-yong, pelatih Timnas Indonesia U20 bahkan memiliki rencana untuk mengadakan TC di Korea Selatan jelang Piala Dunia U20 2023.

Sayangnya, impian untuk berlaga di ajang tersebut sirna.

FIFA akhirnya mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 2023 pada 29 Maret 2023.

Hal ini bermula dari isu penolakan dari beberapa penjabat daerah Tanah Air terhadap Israel yang menjadi salah satu kontestan Piala Dunia U20 2023 di Indonesia.

Baca juga: Reaksi Pemain Timnas U20 Usai FIFA Coret Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia, Sampai Sentil 2 Sosok Ini

Dengan kondisi batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 2023 itu memupus harapan skuat Garuda muda asuhan Shin Tae-yong unjuk gigi ke kancah Internasional.

Lantas, bagaimana perasaan pemain Timnas Indonesia U20 setelah mengetahui Piala Dunia U20 2023 batal?

BolaSport.com berkesempatan untuk mewawancarai salah satu pilar Timnas Indonesia U20 yakni Hugo Samir.

Dalam bincang-bincangnya dengan BolaSport.com, Hugo meluapkan perasaan sedih hingga kecewanya atas hilangnya kesempatan Timnas Indonesia U20 main di Piala Dunia U20 2023.

Penyerang berusia 18 tahun tersebut sebenarnya ingin sekali bertanding di ajang bergengsi sekelas Piala Dunia dan berharap dapat membanggakan keluarga.