Piala Dunia U20
Piala Dunia U-20 Batal di Indonesia, Made Tito: Saya Tidak Bisa Berkata-kata
Piala Dunia U-20 Batal di Indonesia, Made Tito Wiratama masih tak menyangka, kenyataan yang sudah di depan mata sirna.
Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Marah, kecewa, sedih, kesal, campur aduk rasanya.
Batalnya gelaran Piala Dunia U-20 mengubur mimpi pemain Timnas dan masyarakat Indonesia.
Untuk tampil sebagai peserta jalur tuan rumah pun Indonesia tak mampu.
FIFA melalui keterangan resminya memutuskan mencoret Indonesia sebagai tuan rumah dua hari jelang jadwal drawing piala dunia dan dua bulan jelang pertandingan antar negara-negara terbaik dunia.
Baca juga: Batal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U20, FIFA Kemungkinan Beri Sanksi, Koster: Saya Hanya Tolak Israel
Made Tito Wiratama masih tak menyangka, kenyataan yang sudah di depan mata sirna.
Untuk bisa masuk dalam skuat Timnas, ia berlatih keras.
Doa pun terus ia panjatkan agar langkahnya dituntun menuju pengharapannya.
Ini adalah kali pertama Tito dipanggil pemusatan latihan Timnas Piala Dunia U-20 bersama kompatriotnya sesama pemuda Bali, Kadek Arel Priyatna.
Mimpi yang sejatinya sudah jadi nyata, namun sekarang mereka dipaksa tidur lagi untuk bermimpi.
Penolakan keikutsertaan Israel oleh Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dianggap jadi biang keroknya.
Penolakan juga datang dari sejumlah politikus dan kelompok-kelompok lainnya.
Semangat Made Tito kini memudar. Tito mengaku tak sanggup berkata-kata lagi.
Pukulan ini begitu keras menghantam mental pemain muda Garuda Indonesia.
“Sebelum ini saya tidak pernah dipanggil Timnas. Saya selalu berdoa agar bisa bermain di Piala Dunia. Lalu momen ini datang, tetapi sesuatu di luar harapan terjadi. Saya tidak bisa berkata-kata,” ungkap Made Tito.
Baru beberapa kali tampil di Liga 1, talenta muda Bali United Made Tito dan Kadek Arel Priyatna langsung dilirik Pelatih Timnas Piala Dunia U-20, Shin Tae-yong (STY).
Pelatih memanggil mereka bersama pemain lain untuk menjalani pemusatan latihan Piala Dunia U-20 di Jakarta dan Korea Selatan.
Suporter Bali United, Komang Gunantara mengatakan, peristiwa ini bisa berdampak pada kepercayaan dunia internasional terhadap Bali.
Ia sangat menyesalkan Bali mendapat sentimen negatif dari publik karena sikap pejabat.
“Bali bisa jadi korban, nama Bali kedepannya bisa tidak dipercaya lagi oleh para wisatawan atau atlet-atlet. Indonesia, khususnya Bali dianggap tidak sanggup menjadi tuan rumah event internasional," ujarnya.
"Mau tidak mau Pak Koster (harus diakui, red) menjadi biang kerok aktor di balik kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah ini, padahal tinggal sebentar lagi. Menurut saya Pak Koster harus bertanggung jawab,” sambungnya.
Suporter lainnya, Kadek Indra alias Gung Genji menilai, piala dunia akan menjadi daya tarik untuk wisatawan.
Banyak pelaku pariwisata yang berharap Bali sukses menjadi venue piala dunia.
"Adik-adik yang sudah capek latihan dan tentunya para pelaku wisatawan juga. Padahal Piala Dunia ini pasti menjadi daya tarik, sangat disayangkan Bali yang terkenal toleransi, sekarang gara-gara ulah pemimpin disebut intoleran,” ujarnya. (ian)
Pengorbanan Sia-sia Bali United
Bali United terusir dari Stadion Dipta dalam putaran kedua Liga 1 musim ini.
Stadion Dipta direnovasi membuat Bali United harus pergi menjadi tim musafir.
Serdadu Tridatu berkorban banyak, materi, fisik dan psikis demi Bali yang dipersiapkan menjadi venue Piala Dunia.
“Ya memang Stadion Dipta memiliki kualitas yang bagus dan kami menghargai aturan tidak boleh main di sana demi persiapan Piala Dunia. Seharusnya ada Piala Dunia di Indonesia,” kata Stefano Cugurra Teco dengan nada kecewa.
Awalnya Teco turut bangga Indonesia didapuk menjadi tuan rumah piala dunia.
Bagi dia, piala dunia adalah tontonan yang berarti untuk masyarakat Indonesia yang mayoritas mencinta sepak bola, termasuk dia dan keluarganya. (ian)
Kumpulan Artikel Piala Dunia U20
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.