Berita Bali
BERITA DUKA! Penyusun Kalender Bali I Gede Marayana Tutup Usia
Berita duka, penyusun kalender Bali, I Gede Marayana tutup usia pada Senin 17 April 2023 sore.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Putu Kartika Viktriani
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Penyusun kalender Bali, I Gede Marayana tutup usia pada Senin 17 April 2023 sore.
Pria asal Banjar Dinas Galiran, Desa Baktiseraga, Buleleng ini meninggal dunia di usia 75 tahun, dengan diagnosa pneumonia.
Ditemui di rumah duka pada Selasa 18 April 2023, anak pertama almarhum bernama Ni Luh Putu Sri Mahartini (53) menuturkan, kondisi kesehatan sang ayah memang menurun sejak sebulan lalu.
a sering mengeluh tidak nafsu makan dan lemas.
Hingga pada Senin 10 April 2023 lalu, pria yang dikaruniai empat orang anak itu dilarikan ke RS Kertha Usada Singaraja, lantaran kesehatannya semakin drop.
Di rumah sakit tersebut, almarhum dirawat selama kurang lebih satu minggu.
"Bapak sempat mencret, dehidrasi sampai tidak bisa jalan. Diagnosa di RS Kertha Usada katanya kena DB," terangnya.
Setelah satu minggu di rawat di rumah sakit, kesehatan Gede Marayana sempat membaik.
Sehingga ia diperbolehkan pulang pada Minggu 16 April 2023 sore.
Baca juga: BERITA DUKA, PMI Asal Gianyar Meninggal di Dubai, Keluarga Harap Jenazah Dipulangkan ke Bali
Sepulangnya dari rumah sakit, Gede Marayana pun mengikuti upacara ngulapin.
Namun baru beberapa jam usai mengikuti upacara tersebut, tiba-tiba Gede Marayana mengalami demam.
Keluarga pun bergegas melarikannya ke rumah sakit terdekat dalam hal ini RS Bali Med Singaraja.
"Di Bali Med diagosanya pneumonia. Ada flek di paru-parunya. Di Bali Med bapak dirawat di ruang perawatan bisa, hingga akhirnya meninggal pada Senin sore," terang Mahartini.

I Gede Marayana merupakan praktisi wariga yang juga penyusun kalender Bali.
Ia bahkan pernah mendapatkan penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama dari Gubernur Bali Wayan Koster pada 2021 lalu.
Penghargaan diberikan lantaran ia berhasil menciptakan pengalantaka dalam sistem penanggalan Bali, yang digunakan untuk menghitung jatuhnya rahina Purnama-Tilem.
Bahkan pengalantaka ciptaannya itu berhasil ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional pada 2019 lalu.
Diterangkan Mahartini, sang ayah menyusun kalender Bali sejak tahun 1970an atau saat masih berumur 20an tahun.
Kemahirannya itu diperoleh secara autodidak.
Kala itu almarhum sempat menjabat sebagai Kelian Banjar Adat Galiran, ia pun sering dimintai oleh warga untuk membantu mencari hari baik untuk menggelar upacara pernikahan.
"Bapak itu memang paling pintar matermatika, sampai dia bisa menemukan rumus pengalantaka," jelasnya.
Sebelum tutup usia, Mahartini menyebut sang ayah sempat bercita-cita ingin melanjutkan pendidikan S3, dengan mengambil jurusan Pendidikan Agama.
Namun cita-cita tersebut belum sempat tercapai, lantaran pendidikan S3 hanya bisa ditempuh di perguruan tinggi yang ada di Denpasar.
"Bapak maunya nunggu S3 di Stah Mpu Kuturan Singaraja, katanya 2023 baru ada. Semangat belajarnya memang tinggi sekali, melebihi dari anak-anaknya. Katanya mau S3 biar ada tambahan kegiatan," kenang Mahartini.
Kini sang maestro itu telah berpulang.
Sayangnya, keahliannya dalam menyusun kalender Bali tidak dapat diteruskan oleh anak dan tujuh orang cucunya.
Rencananya, jenazahnya akan di aben pada Selasa 25 April 2023 mendatang.
"Belum ada yang bisa melanjutkan keahlian bapak. Anak-anaknya sudah punya kesibukan masing-masing dan tidak ada basic disana (menyusun kalender,red). Dalam menyusun kalender itu, Nyepi untuk 100 tahun yang akan datang sebebarnya bapak sudah tau jatuhnya kapan. Namun ada hal-hal tertentu yang dipertimbangkan lagi seperti gerhana, libur nasional kan tidak bisa dibikin secara manual, harus ada analisanya dan diteliti satu per satu harinya," terangnya. (rtu)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.