KKB Papua

Penyanderaan Pilot Susi Air: Isu untuk Rugikan NKRI? Guru Besar UI Soroti Peran Selandia Baru

Sementara itu, salah satu Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana juga turut menyoroti kasus penyanderaan ini.

Editor: Mei Yuniken
Tribunnews
Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia soroti peran Selandia Baru dalam penyelamatan Pilot Susi Air 

TRIBUN-BALI.COMPenyanderaan Pilot Susi Air: Isu untuk Rugikan NKRI? Guru Besar UI Soroti Peran Selandia Baru

Kasus penyanderaan pilot Susi Air oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua hingga kini masih belum menemui titik terang.

Sebelumnya, berbagai upaya untuk membebaskan Kapten Philip Mark Mehrtens telah dilakukan oleh aparat gabungan TNI-Polri.

Dalam proses penyelamatan itu, tak sedikit juga para prajurit dan anggota kepolisian yang telah gugur.

Seolah sumbu kompor telah tersulut, kini kondisi semakin memanas.

Bahkan baru-baru ini dikabarkan KKB di Ndugama pimpinan Egianus Kogoya memberi ancaman pada negara Indonesia.

Dengan menjadikan Kapten Philip sebagai umpan, mereka mengancam akan menembak sang pilot asal Selandia Baru itu jika Indonesia tak segera mengakui kemerdekaan Papua.

Sementara itu, salah satu Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana juga turut menyoroti kasus penyanderaan ini.

Baca juga: Beri 2 Bulan untuk Akui Kemerdekaan Papua, KKB Pimpinan Egianus Ancam Akan Tembak Pilot Susi Air

Juwana menyoroti peran Selandia Baru sebagai negara yang warganya disandera di negara lain.

Ia mengatakan bahwa belum ada upaya dari pemerintah Selandia Baru untuk membebaskan Pilot Susi Air warga negara Selandia Baru Kapten Philip Mark Mehrtens dari penyanderaan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Menurutnya, pemerintah Indonesia tentu akan memfasilitasi bila Selandia Baru akan melakukan berbagai cara membebaskan warganya.

"Masalahnya sampai hari ini saya tidak mendengar Selandia Baru minta ke pemerintah untuk dilibatkan.

Kalau pemerintah Selandia Baru minta dilibatkan maka pemerintah tidak akan menolak.

Justru kita akan memfasilitasi," ujar Hikmahanto di Jakarta 27 Mei 2023.

Ia kemudian memberi contoh ketika pesawat Garuda Woyla disandera dan diturunkan di Don Muaeng Bangkok.

Saat itu pemerintah minta untuk melakukan operasi pembebasan ke pemerintah Thailand dan dikabulkan.

"Jadi saya bertanya-tanya apakah Pemerintah Selandia Baru ini care tidak sih dengan warganya yang disandera?

Jangan-jangan justru Selandia Baru membiarkan agar isu ini terekspos untuk kerugian Indonesia," tegasnya.

Sementara itu, Jubir Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah menilai tak mungkin jika suatu negara melakukan operasi militer pembebasan di negara lain.

“Apa mungkin menurunkan pasukan di teritorial negara lain," katanya.

Baca juga: Asal-usul Senjata KKB Papua, Filipina Salah Satunya, Mendagri: Mayoritas dari Aparat yang Lengah

Sebelumnya, Organisasi Papua Merdeka (OPM) mengirimkan surat terbuka kepada Perdana Menteri Selandia Baru Chris Hipkins dan Menteri Luar Negeri Nanaia Mahuta mengenai situasi penyanderaan pilot Susi Air warga negara Selandia Baru Kapten Philip Mark Mehrtens.

“Ini sekarang sangat mendesak karena Indonesia menerapkan operasi siaga tempur di daerah tersebut,” kata juru bicara West Papua Action Aotearoa, Catherine Delahunty.

“Pendekatan berat militer mereka hanya akan memperpanjang siklus kekerasan dan menimbulkan lebih banyak ketakutan serta kebencian terhadap pemerintah daripada menyelesaikan krisis saat ini dan mengembalikan pilot ke tempat yang aman,” katanya.

Pemerintah Selandia Baru mengungkapkan mereka terus melakukan berbagai upaya untuk membebaskan kapten Philips Mehrtens.

Mehrtens sudah hampir 4 bulan disandera kelompok pemberontak bersenjata OPM.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Selandia Baru mengatakan, pihaknya terus melakukan semua yang bisa dilakukan untuk mendapatkan resolusi damai dan pembebasan yang aman bagi Mehrtens.

Termasuk bekerja sama dengan pihak berwenang Indonesia dan mengerahkan staf konsuler Selandia Baru.

Sementara itu, pada kesempatan lain Pangliman TNI dalam pertemuannya dengan Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia mengatakan sebaliknya.

Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan, pihaknya menolak tawaran bantuan dari Selandia Baru, terkait pencarian pilot Susi Air.

"Mereka menawarkan bantuan, tapi saya masih mampu menyelesaikan," katanya.

Baca juga: Update Misi Pembebasan Pilot Susi Air yang Disandera KKB, Kapolda Akan Segera Maksimalkan Negosiasi

KKB Mengancam Akan Tembak Pilot Susi Air

Tampak Pilot Susi Air, Captain Phillip Marthens bersama Egianus Kogoya dan sejumlah pasukan KKB di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Tampak Pilot Susi Air, Captain Phillip Marthens bersama Egianus Kogoya dan sejumlah pasukan KKB di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. (Tribun-Papua.com/Istimewa)

Dalam kabar teranyar, KKB di Nduga pimpinan Egianus Kogoya memberikan ancaman terhadap bangsa Indonesia.

Seperti yang diketahui, Egianus Kogoya beserta anak buahnya telah menyandera Pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Mertens berbulan-bulan lamanya.

Kini mereka datang kembali dengan memberikan ancaman akan menembak sang pilot asal Selandia Baru itu.

Dilansir dari TribunPapua, ancaman itu disampaikan Panglima Komando Daerah Perang III Ndugama, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), Egianus Kogoya melalui video singkat yang disebarkan Juru Bicara TPNPB, Sebby Sambom dan diperoleh Tribun-Papua.com, di Jayapura, Sabtu 27 Mei 2023.

Dalam video berdurasi 1 menit lebih 11 detik itu, Egianus mengatakan, mereka memberi waktu dua bulan kepada negara untuk bernegosiasi terkait pembebasan Kapten Philip Mark Mertens.

"Kalau tidak ada pembicaraan, maka kami akan tembak Pilot," tegas Egianus dalam video tersebut.

Berdasarkan video yang dirilis kelompok pemberontak itu, tampak Kapten Philip terlihat kurus sambil berbicara dengan memegang bendera bintang kejora.

Tak hanya itu, Kapten Philip juga dikelilingi anggota separatis dan juga Egianus Kogoya yang tepat berada di sebelahnya.

Kapten Philip terlihat berbicara di depan kamera.

Baca juga: UPDATE Misi Pembebasan Pilot Susi Air, Tokoh Gereja Siap Jadi Mediator: Pakai Dialog Perdamaian

Mengatakan para separatis menginginkan negara selain Indonesia untuk terlibat dalam dialog tentang kemerdekaan Papua.

"Negara yang lain, jika tidak bicara dengan Indonesia dalam waktu dua bulan, mereka akan tembak saya," ujar Marten dalam video yang diterima Tribun-Papua.com.

Lebih lanjut Kapten Philip mengatakan, jika itu tidak terjadi dalam dua bulan maka mereka (KKB) mengatakan akan menembak dirinya.

Diketahui, Kapten Philip Mark Mertens telah disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), kelompok Egianus Kogoya sejak 7 Februari 2023 lalu di Hutan Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan hingga saat ini.

Sementara itu, dalam video itu Egianus Kogoya dengan lantang mengatakan bahwa Pilot Kapten Philip telah mengakui.

"Pak pilot sudah mengaku bahwa, dari negara, maupun negara Indonesia hanya mengaku saja."

"Kami kasih waktu dua bulan saja, kalau dari Indonesia tidak mengaku berarti kalau dua bulan ini lewat, kami akan tembak pilot Mark Mehrtens," imbuh Egianus. 

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan aparat keamanan dan petugas kepolisian di Papua belum bisa dikonfirmasi terkait kebenaran video yang beredar luas ini.

Upaya Pembebasan

Update Upaya Pembebasan Pilot SusiAir yang Disandera KKB, Kapolda Akan Segera Maksimalkan Negosiasi
Update Upaya Pembebasan Pilot SusiAir yang Disandera KKB, Kapolda Akan Segera Maksimalkan Negosiasi (Kolase TribunJambi/TribunPapua)

Terkait hal itu, Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri menyampaikan bakal memaksimalkan upaya penyelamatan tersebut.

"Kami akan maksimalkan, dengan proses negosiasi agar KKB pimpinan Egianus Kogoya bisa melepaskan pilot Susi Air tersebut," kata Mathius Fakhiri melalui rilis pers yang diterima Tribun-Papua.com, Kamis 25 Mei 2023 pagi.

Dilansir dari TribunJambi, menurut Fakhiri, selaku Kapolda sudah berbicara dengan berbagai pihak tentang proses negosiasi itu.

“Saya berbicara dengan berbagai pihak tentang proses negosiasi ini termasuk dengan pihak gereja yang didalamnya ada Dewan Gereja dan Uskup yang akan semaksimal mungkin melakukan negosiasi dengan kelompok Egianus Kogoya untuk bisa melepas pilot yang dibawanya,” ucap Fakhiri.

Tak hanya itu, lanjut Fakhiri, saat ini Satgas Damai Cartenz juga sedang menyiapkan langkah-langkah penegakan hukum yang tepat, tegas, dan terukur.

“Tentunya negosiasi bisa dilakukan dengan siapa saja, saya membuka diri untuk semua pihak, yang dari awal yakni pihak pemerintah Nduga bekerja sama dengan Kapolres kemudian ada juga pihak dari Komnas HAM yang menawarkan diri dan kami terima,” ungkapnya.

Dikatakan, pihaknya juga sudah mengirimkan tim khusus untuk berupaya dalam melakukan negosiasi.

"Kami juga memfasilitasi semua pihak yang ingin membantu dalam hal ini pembebasan pilot yang disandera oleh KKB kelompok Egianus Kogoya."

“Saya berharap negosiasi tersebut menghasilkan hasil yang baik, kita memberikan kesempatan kepada kelompok Egianus bisa mengembalikan pilot melalui jalur negosiasi secara baik," sambung Fakhiri.

Baca juga: KKB Papua Bakar 2 Rumah Warga di Ilaga dan Tembak Tower BTS, TPNPB-OPM: Perang Masih Berlanjut

Ia menambahkan, semua sedang berjalan dan dari pihak gereja nantinya akan kita bantu salah satunya pihak Gereja Kingmi yang nantinya akan mengutus orang kepercayaannya untuk melakukan negosiasi tersebut.

Diberitakan sebelumnya, pesawat Susi Air dilaporkan dibakar oleh kelompok bersenjata di Lapangan Udara Paro di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan.

Kelompok tersebut juga menyandera pilot Philip dan penumpang pesawat.

Namun, lima penumpang pesawat tersebut telah dibebaskan.

Sedangkan pilot Philip hingga saat ini masih bersama Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Penyanderaan Pilot Susi Air, Pakar Hukum Internasional: Bisa Jadi Isu untuk Merugikan Indonesia, 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved