Berita Denpasar

Teater Monolog Drupadi Padukan Sastra dan Drama Visual, Ajak Puluhan Seniman Tampil ke Jakarta 

Teater Monolog Drupadi yang akan dipentaskan, Sabtu 3 Juni 2023 di Gedung Kesenian Jakarta, menyuguhkan perpaduan antara sastra dengan drama visual.

Istimewa
Teater Monolog Drupadi yang akan dipentaskan, Sabtu 3 Juni 2023 di Gedung Kesenian Jakarta, menyuguhkan perpaduan antara sastra dengan drama visual. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Teater Monolog Drupadi yang akan dipentaskan, Sabtu 3 Juni 2023 di Gedung Kesenian Jakarta, menyuguhkan perpaduan antara sastra dengan drama visual.

Teks sastra klasik seperti Ramayana, Mahabharata, dan Sudamala diterjemahkan ke dalam gambar-gambar dramatik yang memberi efek artistik.

Presentasi itu diharapkan memberi kedekatan dengan ruang gerak dan aktivitas masyarakat modern.

Baca juga: 80 Peserta Ikut Lomba Puisi yang Digelar Teater Sastra Welang Bali


​Direktur Artistik dan Visual Teater Monolog Drupadi Dibal Ranuh, mengatakan ia berupaya menerjemahkan teks sastra yang naratif dengan teknologi visual melalui perantaraan cahaya. 


“Teks-teks klasik seperti Mahabharata, kata Dibal, sebenarnya sudah sangat kaya dengan visualisasi. Menurutnya, seni seperti wayang, tari, dan relief-relief yang dipahatkan dalam candi, telah lama menjadi kekayaan visualisasi terhadap teks sastra. Namun, tambah Dibal, umumnya penerjemahan itu memiliki karakter naratif, di mana teks sastra hanya diceritakan ulang dalam bahasa gambar,” jelasnya pada, Selasa 30 Mei 2023. 


Sementara itu, Dibal di sela-sela latihan terakhir Drupadi di Denpasar. Rombongan seniman Bali akan bertolak ke Jakarta hari Rabu 31 Mei 2023 dipimpin Pimpinan Produksi Drupadi Wendra Wijaya. Mereka akan melanjutkan latihan dan gladi bersih langsung di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).

Baca juga: Komunitas Seni dan Sastra 8, Adakan Acara Teater Bertema Thriller

Menurut Dibal, naskah karya Putu Fajar Arcana yang akrab disapa Bli Can ini, membuka ruang interpretasi yang lebar. Adegan-adegan dalam lakon berdurasi 1,5 jam ini, sangat puitis dan estetis. Meski tampak menggunakan bahasa yang sederhana, di dalamnya tersimpan kedalaman visual yang menantang untuk dijajal. Dengan sangat lincah dan kreatif, naskah yang ditulis di masa pandemi ini, melompat-lompat dari teks Mahabharata, kemudian Ramayana, dan bahkan seperti berlari ke teks Sudamala. 

 


“Enak saja teksnya melompat-lompat seperti kijang. Dan itu seperti puisi visual yang membayang di mata saya,” kata Dibal. 

 


​Kenyataan dalam teks Drupadi, tambah Dibal, telah menantangnya untuk menciptakan gambar-gambar yang puitis sekaligus memberikan efek dramatik.

Baca juga: Voice of Bali Kisahkan Perjuangan Pemuda Lewat Musikal Teater, Tampilkan Garapan Soempah Ku

Menurutnya, ia sama sekali tidak bertendensi untuk menduplikasi visualisasi yang selama ini menyertai teks Mahabharata yang telah hidup dalam ingatan publik Nusantara.

Selain itu, ia juga berusaha menyuguhkan gambar-gambar yang tak berhenti sebagai ilustrasi belaka.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved