Berita Bali

Ini Pandangan Pakar Maritim Soal Pembangunan Tersus LNG, Dampak Positif Penataan Terintegrasi

Ini pandangan Pakar Maritim Doktor Manajemen Perairan Institut Pertanian Bogor (IPB) Ketut Sudiarta soal pembangunan Tersus LNG.

Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Putu Kartika Viktriani
Ist
Ilustrasi peta gambaran dampak positif penataan wilayah pembangunan Tersus LNG Sidakarya. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pakar Maritim, Doktor Manajemen Perairan Institut Pertanian Bogor (IPB) Ketut Sudiarta memberikan pandangan mengenai rencana pembangunan Terminal Khusus Liquified Natural Gas (Tersus LNG) yang kini masih terus bergulir. 

Pembangunan tersus LNG tersebut awalnya dilakukan di Muntig Siokan yang bersinggungan langsung dengan wilayah Sidakarya, Intaran, Serangan dan Sesetan.

Kemudian, muncul rencana baru dari pemerintah mengenai pembangunan tersus LNG yang hendak dilakukan di tengah laut 4 kilometer lepas pantai Pelabuhan Benoa. 

Menurut Dosen Ilmu Kelautan Universitas Warmadewa Denpasar itu, dilihat dari aspek manfaat, tersus LNG lebih ideal dibangun di titik awal, karena bisa memberikan material yang menunjang penataan wilayah pesisir selatan Bali tersebut.

“Material bisa dimanfaatkan untuk penataan pesisir pantai di sana, karena material untuk penataan pantai itu bisa diperoleh dari pengerukan alur itu,” ujar Ketut kepada Tribun Bali, pada Sabtu 11 Juni 2023.

Kata dia, penataan wilayah di sekitar pembangunan LNG itu menjadi sangat penting dilakukan. 

Sebab, Sidakarya yang merupakan lokasi rencana pembangunan LNG tersebut, saat ini telah menjadi kantong-kantong kumuh.

“Kawasan itu, yang sekarang ada di Kota Denpasar yang di lokasi rencana Tersus itu kan satu-satunya yang menjadi kantong-kantong kumuh," ucapnya

"Baik dari kumuh lingkungan, maupun dari identitas yang tidak tertata. Sehingga, perlu dilakukan penataan,” ujar dia.

Baca juga: Terminal LNG Akan Dibangun di Laut, Walhi Bali Pertanyakan Lokasi Pembangunan dan Konsistensi Surat

Sehingga hal itu bisa selaras dengan penataan beberapa wilayah di sekitar Sidakarya yang sudah mulai dilakukan.

“Karena penataan kawasan itu terpadu. Jadi urgensinya kan pantai-pantai lain sudah ditata itu. Misalnya di sekitar Serangan, (PT) BTID (Bali Turtle Island Development), Pantai Sanur. Sebelah timurnya, di Pantai Jimbaran juga ditata oleh Badung,” tuturnya.

Oleh karena penataan kawasan secara terpadu, disebutnya penataan tersebut harus dilakukan secara keseluruhan dan saling terintegrasi dengan wilayah-wilayah lainnya.

“Ya, harus ditata secara keseluruhan. Dan kawasan itu juga apple to apple dengan kawasan lainnya, supaya terpadu semua, tidak elok misalnya KEK kura-kura bagus, di sebelahnya kumuh, membantu citra bagi BTID. Itu kan kontribusinya, gimana di sebelahnya masih berantakan,” jelasnya.

Proyek Tersus LNG Sidakarya yang melewati empat desa adat ini bisa terintegrasi dengan penataan Pelabuhan Serangan, Pantai Intaran, serta revitalisasi Pantai Sidakarya.

Pantai Intaran yang dilalui sungai bisa dinormalisasi sehingga menjadi solusi banjir dari Renon Denpasar

Selain itu, penataan pantai ini juga mempermudah akses warga Sidakarya melakukan upacara Melasti yang nantinya bisa dilakukan di pantai sendiri.

“Misalnya, tempat-tempat Melasti Desa Sidakarya. Itu sangat urgen untuk dia punya pantai untuk Melasti dan juga normalisasi alur sungainya supaya pengurangan banjir di Desa Sidakarya," ujarnya.

Begitu juga di Sesetan, bisa mengoptimalkan keberadaan Dermaga Segara Kodang yang ada itu supaya juga berfungsi untuk menumbuhkan ekonomi lokal,” ucap Ketut. 

Sementara untuk Pulau Serangan yang letaknya di sebelah selatan Sidakarya, Ketut mengatakan, bahwa wilayah tersebut nantinya bisa mendapat manfaat dari segi pengembangan pelabuhan.

“Kalau Serangan itu memang kepentingannya itu terutama untuk pengembangan pelabuhan, karena kalau itu tidak dikembangkan, itu nanti kedepannya Pelabuhan Sanur itu crowded juga jadi untuk berbagi peran juga,” kata Ketut.

“Jadi sangat urgent termasuk di Intaran itu kan ada dermaga eksisting, itu juga harus diaktivasi supaya juga bermanfaat bagi ekonomi masyarakat,” pungkasnya.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved