Sponsored Content
Gubernur Koster Tanda Tangani Naskah Kerja Sama dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
Gubernur Koster Tanda Tangani Naskah Kerja Sama dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo
Hari Jumat (Sukra Pon, Kulantir) menurut kearifan lokal Bali, secara kebetulan, merupakan hari baik/dewasa ayu, yang ditandai: pertama, semut sadulur dan pepedan artinya memiliki daya tarik kuat, diikuti banyak orang, sehingga yang datang mendekat seperti semut-semut yang beriringan; kedua, perbintangan suka pinangguh artinya menemukan kegembiraan/rasa senang.
Koster berharap, semoga dengan kekuatan aura dan restu Alam Bali, niat baik nan tulus ini, akan melancarkan dan melapangkan jalan Bapak Ganjar Pranowo menjadi Presiden Republik Indonesia pada Pilpres tahun 2024 nanti.
Diharapkan, sebagai Presiden, Bapak Ganjar Pranowo, akan memiliki tugas besar dan mulia, yaitu mewujudkan cita-cita kemerdekaan masyarakat adil dan makmur sesuai Pancasila serta Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, membangun peradaban nusantara yang ber-bhinneka, membangun Negara Republik Indonesia menjadi negara maju dan kuat, serta mewujudkan Negara Republik Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan sesuai Prinsip Trisakti Bung Karno, melalui Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana, sehingga mampu bersaing dalam percaturan dunia global.
"Titiang mengajak seluruh komponen masyarakat Bali secara bersama-sama untuk mendoakan dan mendukung Bapak Ganjar Pranowo. SELAMAT KEPADA BAPAK GANJAR PRANOWO,” ucap Murdaning Jagat Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini seraya menutup sambutannya dengan pantun, Gunung Agung Terfoto Tinggi ke Angkasa Raya, Terdengar Kidung Kuno, Mengalun Menyentuh Jiwa Raga; Bung Karno Pendiri Indonesia Merdeka, Bersama Ganjar Pranowo, Bangun Indonesia Raya.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyampaikan Bali telah menjadi daya tarik semua orang, karena budayanya yang begitu kuat.
Menurut Sejarawan India, Ramesh Candra Majumdar bahwa menghadapi gempuran budaya asing, Bali harus diakui telah menjadi benteng terakhir budaya dan peradaban Indo-Jawa.
Karena itu, pihaknya di Jawa Tengah telah mencoba kembali untuk membangkitkan identitas budaya Jawa, dan Solo menjadi episentrum budaya yang masih bisa mengelola kebudayaannya dengan baik.
Ganjar juga mulai mengembangkan kembali pakian adatnya, serta kebudayaan lainnya, apalagi kedua daerah memiliki beranekaragam bahasa daerah yang berbeda.
Dengan suasana yang penuh keharmonisan serta diiringi oleh spirit membangun bangsa dan negara Indonesia, Ganjar Pranowo menceritakan bahwa dirinya pernah ditegur oleh Gubernur Bali, Wayan Koster terkait pelestarian kain tenun tradisional.
“Saya sempat dimarahi Pak Gubernur Wayan Koster, katanya Jawa Tengah jangan kirim lurik (kain tradisional Jawa) ke Bali agar tidak mengerus endek Bali,” ujar Ganjar seraya menyambut baik inisiatif Gubernur Bali dan bersekapat untuk secara bersama – sama melestarikan kain tenun tradisional di daerah masing – masing.
Penandatanganan Naskah Kerja Sama antara Gubernur Bali dengan Gubernur Jawa Tengah disebutkan Ganjar Pranowo memiliki manfaat untuk rakyat, Bangsa dan Negara Indonesia.
Bahkan dalam sejarah Jawa dan Bali, ternyata Pulau ini memiliki sejarah yang panjang, dimulai dari Kerajaan Medang berlanjut ke Kerajaan Majapahit, hingga sejarah yang panjang ini menyebabkan terjadinya proses akulturasi yang kuat, baik di itu di agama, seni dan budaya, dan kepemimpinan yang Kita kenal dengan konsep kepemimpinan Asta Brata.
“Jadi, kerjasama ini akan mewarisi kebudayaan leluhur Kita kepada anak – cucu,” pungkasnya.
Usai melakukan Penandatanganan Naskah Kerja Sama, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo memberikan Gubernur Bali cinderamata berupa Wayang Gatot Kaca.
Kemudian, Gubernur Bali, Wayan Koster menyerahkan cinderamata berupa Wayang Kayon yang diiringi pementasan tari Jawa Klasik berupa Tari Gambyong dan kemudian disambut dengan tari khas dari Kabupaten Buleleng, yaitu Tari Trunajaya yang menggambarkan perilaku seorang remaja yang energik.