Berita Gianyar
Fenomena Bule Jajan di Pasar Sengol di Gianyar, Kadang Ada yang Nawar Harga Es Campur
Fenomena Bule Jajan di Pasar Sengol di Gianyar, Kadang Ada yang Nawar Harga Es Campur
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Status darurat pandemi covid-19 di seluruh dunia resmi berakhir di tahun 2023 ini.
Hal itu ditandai dengan aktivitas masyarakat telah normal, mulai dari bepergian tanpa masker hingga aktivitas berkerumun pun sudah tak dilarang oleh pemerintah.
Penerbangan domestik dan internasional juga telah kembali normal.
Bahkan berdasarkan data Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali yang dihimpun Tribun Bali, Rabu 28 Juni 2023, jumlah penumpang yang dilayani per Januari 2023 saja, sudah mencapai 1.568.793 jiwa.
Total tersebut dinyatakan naik 169 persen dibandingkan tahun 2022.
Meskipun aktivitas telah terlihat nomal. Namun pandemi menciptakan fenomena baru di Bali, khususnya di Kabupaten Gianyar.
Dimana berdasarkan pantauan Tribun Bali sejak 2023 ini, wisatawan, khususnya mancanegara, kini banyak yang memilih liburan hemat.
Hemat bukan hanya terjadi pada bidang hunian, tetapi kini wisman atau biasa disebut bule, telah merambah kehematan di bidang kuliner maupun fashion.
Mereka kini telah terbiasa menyantap kuliner kaki lima di pasar-pasar sengol atau pasar malam.
Dan, membeli pakaian, tas, jam tangan dan sebagainya di lapak-lapak pedagang sengol.
Baca juga: Ada Usulan Ibu Kota Provinsi Bali Pindah ke Buleleng, Begini Tanggapan Wali Kota Denpasar
Kondisi tersebut lumrah terlihat di pasar-pasar sengol di Kabupaten Gianyar. Mulai dari Pasar Sengol Kota Gianyar hingga ke skup desa, seperti di Pasar Senggol Desa Sayan, Kecamatan Ubud.
Menariknya, bule yang datang ke pasar sengol bukan hanya mereka yang menginap di penginapan berbiaya murah.
Namun tak sedikit dari mereka adalah bule yang menginap di hotel kawasan Ubud. Hal tersebut diketahui lantaran banyak daei mereka yang datang ke sengol, diantar oleh transpotasi hotel.
"Iya, sekarang banyak tamu hotel yang kalau malam, minta diajak ke sengol. Mereka biasanya beli makanan, kadang beli barang juga," ujar I Kadek Sudana, seorang sopir hotel di kawasan Ubud.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, mulai masuknya bule ke pasar sengol, yang dulunya identik dengan pasar masyarakat kelas bawah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.