Berita Gianyar

Kisah Haru Warga Tulikup Kelod Gianyar, Dibalik Candi Bentar Pantai Kuta Tak Sejajar

Kisah Haru Warga Tulikup Kelod Gianyar, Dibalik Candi Bentar Pantai Kuta Tak Sejajar

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Fenty Lilian Ariani
zoom-inlihat foto Kisah Haru Warga Tulikup Kelod Gianyar, Dibalik Candi Bentar Pantai Kuta Tak Sejajar
Istimewa
Candi bentar pantai kuta yang tak sejajar

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Candi bentar di Pantai Kuta, Badung saat ini menjadi sorotan masyarakat Bali, dikarenakan pembangunannya tak sejajar.

Namun di balik itu, rupanya menyimpan kisah haru, terutama dari segi material candi bentar yang menggunakan bata merah.

Sebab, sejak Pemerintah Kabupaten Badung memiliki aturan yang mengharuskan bangunan di daerah Badung menggunakan bata merah.

Para pengusaha batu bata di Desa Tulikup Kelod kecipratan rezeki.

Terlebih lagi bukan hanya Badung saja yang memiliki peraturan yang menguntungkan pengusaha bata merah Tulikup. Tetapi juga Pemkot Denpasar.

Bahkan saat ini, pengusaha atau masyarakat Tulikup Kelod pun tengah kewalahan memenuhi pesanan. 

Bendesa Tulikup Kelod, I Nyoman Sukara, Jumat 11 Agustus 2023 mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih pada Pemkab Badung dan Pemkot Denpasar karena memiliki kebijakan dalam membangun daerah, agar menggunakan batu bata merah.

Sebab sejak adanya kebijakan itu, perekonomian masyarakat Tulikup Kelod sangat terbantu. Sebab, membuat bata merah merupakan usaha rumahan sebagian besar warga Tulikup Kelod.

Sukara pun mengungkapkan bahwa bata merah Tulikup Kelod telah menjadi material utama pembangun penting di kedua daerah tersebut.

“Di Denpasar yang menggunakan bata merah kami  Pura jagad Natha kemudian Badung penataan Pantai Kuta,” ujarnya.

Baca juga: Layon AA Sagung Istri Parcinti Tiba di Setra Ageng Peguyangan, Disambut Tari Baris Katekok Jago


"Kondisi ini memberikan keuntungan kepada masyarakat kami. Karena mata pecaharian masyarakat selain bertani juga sebagai pembuat bata merah. Kami di sini masih membuat bata merah dengan cara tradisional, manual. Hampir di setiap rumah tangga bikin bata merah," ujar Sukara. 

Dia menceritakan, sebelum adanya kebijakan penggunaan bata merah itu.

Masyarakat Tulikup Kelod sempat uring-uringan dalam membuat bata.

Sebab sangat jarang pembeli. Bahkan dulu kerap dijual asal laku. Padahal bata merah Tulikup juga menjadi salah satu meterial yang melahirkan konsep bangunan style Bali. 

"Perkembangan bata merah Tulikup tak lepas dari inovasi yang dilakukan warga kami sekitar tahun 70an. Berawal dari coba-mencoba, warga berhasil mengembangkan batu bata yang awalnya kasar dan renyah, menjadi mulus dan kokoh dengan warna yang tetap merah. Setalah adanya bata Tulikup barulah ngetren istilah style Bali,” tandasnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved