Berita Bangli

Perajin Cacah Kelimpungan Penuhi Permintaan

Tingginya permintaan bahan makanan yang biasa disebut cacah ini, seiring dengan harga beras yang melambung tinggi. 

Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Fenty Lilian Ariani
ist
Ni Ketut Mudari saat menjemur cacah di kediamannya. Selasa (26/9/2023) 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Permintaan olahan ubi (gaplek) terus mengalami peningkatan. Tingginya permintaan bahan makanan yang biasa disebut cacah ini, seiring dengan harga beras yang melambung tinggi. 

Diketahui, cacah biasanya digunakan untuk campuran nasi. Salah satu perajin cacah di Banjar/Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli, Ni Ketut Mudari mengatakan, cacah biasanya dijual pada pedagang nasi di pasar.

Harganya, lanjut dia, untuk kemasan plastik kecil dijual Rp 3 ribu, sedangkan untuk ukuran sekilo dihargai Rp 30 ribu.

Diakui sejak naiknya harga beras, pesanan cacah mulai mengalami peningkatan.

"Tidak hanya pelanggan lama, namun ada juga pelanggan baru," kata dia.

Walaupun permintaannya saat ini tergolong tinggi, namun Mudari mengaku kelimpungan memenuhi pesanan.

Ini dikarenakan proses pengolahan cacah yang masih menggunakan cara manual.

"Dalam sehari hanya bisa mengolah 8 kilogram ubi saja," ujarnya. 

Mudari menjelaskan pengolahan cacah diawali dengan memarut ubi, menjadi ukuran kecil. Selanjutnya cacah dijemur dibawah terik matahari hingga kering.

"Proses menjemur ini maksimal satu hari. Setelah kering, selanjutnya dikemas menggunakan kantong plastik kemudian dijual," imbuhnya. 

Baca juga: Jelang Hadapi Brunei Darussalam, Timnas Indonesia Justru Diterpa Badai Cedera, Marselino Juga?

Diakui Mudari, satu-satunya kendala dalam pengolahan cacah adalah cuaca. Sebab parutan ubi yang tidak kering maksimal akan menghasilkan kualitas buruk.

"Bahkan bisa membusuk. Kalau sudah busuk hanya bisa jadi pakan babi," ucapnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved