Berita Tabanan

Petani Tabanan Sumringah, Harga Cabai Rawit Di Pasaran Capai Rp 65 Ribu Per Kilogram

Petani Tabanan Sumringah, Harga Cabai Rawit Di Pasaran Capai Rp 65 Ribu Per Kilogram

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Fenty Lilian Ariani
ist
Budidaya Cabai rawit dengan pola smart framing yang ditunjukkan oleh Petuga Dinas Pertanian Tabanan. 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Petani di Kabupaten Tabanan sumringah. Harga cabai rawit merah capai Rp 60 hingga Rp 65 ribu per kilogram.

Hal ini terlihat dari sebelumnya harga cabai hanya Rp 35 ribu pada September 2023 lalu. Hal ini disampaikan 

Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Made Subagia, Selasa 24 Oktober 2023.

Subagia menuturkan, bahwa untuk kenaikan cabai Rp 60 hingga Rp 65 ribu itu terjadi di tingkat pedagang. Namun, di tingkat petani juga sudah mengalami kenaikan dari posisi sebelumnya atau harga pada September 2023 lalu.

Hal itu tentu saja membawa dampak di tengah kemarau panjang seperti saat ini.

“Kemarin itu sempat turun. Tapi sekarang sudah naik kembali. Bahkan bawang merah juga kini baik di tingkat petani,” ucapnya Selasa 24 Oktober 2023.

Subagia mengaku, lonjakan harga produk pertanian ini dipicu karena lonjakan permintaan pasar saat ini.

Alasannya, di tengah dampak kemarau, yang memang cukup kering dan hasil pertanian kurang maksimal.

Namun, karena petani melakukan perawatan terhadap tanaman, justru berpengaruh sangat baik terhadap produktivitas hortikultura.

“Makanya, saat inu hasil panen cenderung akan meningkat dari biasanya (tanaman hortikultura),” ungkapnya.

Sementara itu, Nyoman Suadiaya mengaku, bahwa cabai rawit beberapa waktu lalu, sempat anjlok dengan menyentuh harga Rp 20.000 per kg – Rp 25.000 per kg. Saat ini berbeda, harga cabai rawit di tingkat petani naik sudah naik menyentuh posisi Rp 50.000 per kg.

Lonjakan harga tersebut tentunya sangat menguntungkan petani, terlebih lagi kini budi daya cabai rawit ini menjadi alternatif selain palawija bagi sejumlah sentra produksi pertanian di Tabanan yang kesulitan air sehingga tidak bisa menanam padi.

“Tentu menguntungkan karena selain alternatif palawija,” jelasnya.

Baca juga: Tuai Hasil Tak Memuaskan Selama TC, Bima Sakti Ungkap Kelemahan Timnas Indonesia U17


Menurut dia, pengembangan tanaman cabai rawit di Kabupaten Tabanan cukup banyak dibudidayakan saat kemarau panjang ini.

Diantaranya, di Kecamatan Baturiti yang merupakan sentra penanaman terbesar di Tabanan. Selanjutnya juga banyak dikembangkan di Kecamatan Penebel.   

Produksi petani cabai rawit Tabanan ini tidak hanya terserap di tingkat lokal saja, namun beberapa juga terserap ke daerah lain yang mengalami kekurangan produksi.

“Jadi tidak pasar lokal, tapi juga untuk luar daerah,” bebernya. (*).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved