Berita Gianyar
Pasar Desa Pupuan Tegalalang Harapkan Penjual Pakaian Bermerek
Pasar Desa Pupuan Tegalalang Harapkan Penjual Pakaian Bermerek, salah satu desa pelosok di Kabupaten Gianyar, Bali.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Desa Pupuan, Kecamatan Tegalalang merupakan salah satu desa pelosok di Kabupaten Gianyar, Bali.
Bahkan ketika musim hujan, warga setempat kerap terisolir akibat tanah longsong.
Sebab, jalan dari desa tersebut untuk menuju kota kecamatan, harus melewati jalan bertebing tanah liat.
Aktivitas ekonomi di desa ini pun terbatas. Sebab sebagian besar transaksi ekonomi 'skala besar', seperti peralatan rumah tangga, buah-buahan, daging dan sarana upakara dilakukan di luar desa. Namun sejak Pasar Desa Pupuan diresmikan pada September 2023 lalu, kini perputaran ekonomi meningkat tajam.
Selain tempat berjualan lebih representatif, area parkir juga lebih lapang sehingga pengunjung nyaman untuk bertransaksi di sana.
Telebih lagi, masyarakat dari Kabupaten Bangli juga datang ke sini untuk berbelanja dan berdagang.
Perbekel Desa Pupuan, I Wayan Sumatra membenarkan hal tersebut.
Dia menjelaskan, transaksi jual-beli di pasar ini mencapai jutaan rupiah per hari.
"Ramainya sudah luar biasa, aktivitas jual beli meningkat tajam. Dari jam 5 pagi aktivitas jula beli sudah padat," ujarnya, Senin 30 Oktober 2023.
Ramainya aktivitas jual beli ini, kata dia, karena konsumen bukan hanya warga Pupuan.
"Pembeli datang dari beberapa desa di Kecamatan Kintamani dan beberapa warga luar Desa Pupuan," ujarnya.
Sementara komoditi yang diperjual belikan juga beragan, mulai dari buah-buahan, sarana upakara, daging dan alat-alat rumah tangga.
Baca juga: Musim Hujan Diperkirakan Pertengahan November di Bali, Warga Diminta Antisipasi Cuaca Ekstrem
Para pedagang ini datang dari Bangli, Sukawati dan Klungkung.
"Kebutuhan alat rumah tangga dan sarana upakara sangat banyak terjadi aktivitas jual beli, selain itu tadi, buah-buahan," ungkapnya.
Namun demikian, kata dia, Pasar Desa Pupuan kekurangan pedagang pakaian, khususnya pakaian kelas menengah ke atas.
Padahal masyarakatnya sangat berharap hadirnya pedagang pakaian bermerek.
"Ya, pakaian untuk kelas menengah lah, seperti jeans, kaos bermerk, kemeja, selain pakaian adat ke pura. Jika ada pedagang pakaian berkelas yang mau berjualan di sini, saya siap fasilitasi. Saya pastikan berjualan barang bermerek di sini tidak akan rugi, karena ekonomi masyarakat kami cukup bagus," tandasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.