Krisis Air di Bali

Krisis Air Jadi Atensi Bangli, Nusa Penida, Hingga Karangasem, Kobaran Api Membakar Pipa Air Bersih

Atas kebakaran yang berimbas pada rusaknya pipa, krisis air bersih diprediksi akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan.

Istimewa
Kebakaran hutan di Manik Aji dan Jati Tuhu, Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali beberapa waktu lalu. 

TRIBUN-BALI.COM - Kebakaran hutan di Manik Aji dan Jati Tuhu, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali, berdampak pada kekeringan.

Pipa air bersih sepanjang enam kilometer terbakar dan tak bisa dipakai. Ratusan warga di Banjar Jati Tuhu kesulitan kini air bersih.

Kebakaran hutan terjadi sejak Minggu (29/10) hingga Selasa (31/10). Luas hutan yang terbakar diperkirakan mencapai 100 hektare.

Pipa air terbakar saat kobaran api menjalar ke atas. Ada ratusan batang pipa yang terbakar.  

Atas kebakaran yang berimbas pada rusaknya pipa, krisis air bersih diprediksi akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan.

Kerusakan pipa terbilang parah dan memerlukan dana besar untuk perbaikan. "Pipa ini bantuan dari donatur. Sedangkan yang pasang warga," ungkap Perbekel Desa Ban, Gede Tamu Sugiantara.

Baca juga: Jero Dasaran Alit Serahkan 2 Bukti, Sidang Praperadilan Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

Baca juga: Jokowi Datang ke Bali, Baliho Ganjar-Mahfud Diturunkan Satpol PP, Tjok Agung: Kenapa Baru Sekarang?

Kebakaran hutan di Manik Aji dan Jati Tuhu, Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali beberapa waktu lalu.
Kebakaran hutan di Manik Aji dan Jati Tuhu, Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali beberapa waktu lalu. (Istimewa)

 

"Pipa ini  terbentang dari sumber  air puncak sari hingga penampungan air warga. Saya berharap ada donatur atau pemerintah yang memberikan bantuan pipa. dan warga bersedia memasang," sambung Tamu Sugiantara.

Mantan anggota DPRD Karangasem ini mengatakan, warga Banjar Jati Tuhu yang kesulitan air akibat pipa terbakar memakai cadangan air di cubang atau bak penampungan. Stok air di cubang kurang lebih cukup untuk satu bulan saja. "Setelah itu saya tidak tahu kemana akan cari air," kata dia.

Kepala BPBD Karangasem, Ida Bagus Ketut Arimbawa mengatakan, pipa air warga di sumber  mata air menuju  penampungan terbakar. Lokasi kebakaran berada di ketinggian 1208 meter di atas permukaan laut (Mdpl).

"Untuk pemadaman tak bisa dilakukan pada titik api yang masih ada karena ada di puncak Gunung Abang. Saat ini masih kemarau sehingga kebakaran kemungkinan terjadi. Angin terpantau cukup kencang sehingga api dengan cepat menjalar," kata Arimbawa

Kata dia, petugas  petugas sudah sempat melakukan upaya pemadaman dengan pembuatan sekat di area yang bisa dijangkau. "Titik api ada, petugasnya tak bisa memadamkan ke lokasi karena di atas. Titik api berada jauh dari pemukiman penduduk. Luas hutan terbakar sekitar 100 hektare," jelas dia.


Masih Beli Air

Dampak kekeringan akibat musim kemarau sangat dirasakan petani di wilayah Desa Suter, Kecamatan Kintamani. PDAM Bangli telah masuk ke desa ini tapi pelayanannya belum optimal. Alhasil warga masih tetap mengeluarkan uang untuk membeli air.

"Hampir 90 persen masyarakat di Desa Suter ini merupakan petani jeruk dan peternak. Tentu musim kemarau ini sangat dirasakan dampaknya bagi mereka. Sebab lahan pertanian menjadi kering," ujar tokoh warga Desa Suter, I Nyoman Basma, Selasa (31/10).

Basma mengatakan, memang layanan air bersih PDAM Bangli telah masuk di wilayah desa Suter. Hanya saja layanan tersebut belum secara maksimal beroperasi. Sebab masyarakat Desa Suter mendapat giliran air dua kali dalam sepekan.

"Normalnya demikian. Kami maklum mungkin karena layanan air bersih baru masuk ke desa, sehingga butuh waktu untuk optimalisasi. Dan pastinya akan dilakukan secara bertahap," kata pria yang juga anggota DPRD Bangli ini.
 
Walau hanya mengalir dua kali dalam sepekan, Basma mengakui masyarakat sudah cukup bersyukur. Kata dia, warga memiliki bak penampungan air sehingga pelayanan dua kali sepekan dirasa cukup.

"Hanya saja terkadang masih ada masalah berupa kerusakan pipa transmisi, akibat tekanan air terlalu besar. Kalau sudah seperti ini, masyarakat terpaksa harus beli air. Apalagi kalau ada acara keagamaan, kebutuhan air pasti meningkat," ujar Basma.

Kata dia, akibat hal tersebut masyarakat terpaksa membeli air. Pembelian air ini lebih difokuskan untuk kebutuhan pertanian dan peternakan. Sedangkan kebutuhan sehari-hari masih mengandalkan PDAM Bangli. "Saya sendiri juga masih beli air. Sekali beli satu tangki dengan kapasitas 5.000 sampai 6.000 liter, dan itu cukup untuk dua pekan," ucapnya.

Basma berharap layanan PDAM Bangli bisa lebih dioptimalkan dan diperluas lagi. Sebab masih ada beberapa kampung di wilayah Desa Suter, Abang Batudinding dan Abang Songan yang belum teraliri. Ia menegaskan siap mendukung penyertaan modal untuk PDAM.

"Ketika permintaan penyertaan modal itu disampaikan, saya pasti akan berjuang habis-habisan memohon ke bupati. Karena bagaimanapun juga air merupakan kebutuhan dasar," demikian tandasnya. (ful/mer/mit)


Target Sambungan Tuntas 2024

Semetara itu, PDAM Klungkung menargetkan seluruh desa di Kecamatan Nusa Penida terlayani air bersih pada tahun 2024. Upaya ini diharapkan bisa terealisasi setelah dilakukan optimalisasi sumber mata air Penida di Desa Sakti.

Tahun ini dilakukan optimalisasi sumber mata air Penida menjadi kapasitas 50 liter per detik. Dengan optimalisasi ini, nantinya sumber mata air Penida akan diarahkan untuk melayani air bersih ke Desa Klumpu, Desa Batumadeg, dan Desa Bunga Mekar yang sebelumnya dilayani dari sumber mata air Guyangan.

"Tiga desa tersebut sebelumnya dilayani dari sumber mata air Guyangan. Namun setelah optimalisasi rampung, tiga desa tersebut jadi dilayani dari sumber mata air Penida. Sehingga lebih continue nanti 24 jam dapat air," ujar Direktur Perumda Panca Mahottama atau PDAM Klungkung, I Nyoman Renin.

Dengan demikian, sumber mata air Guyangan akan dimaksimalkan untuk mengairi wilayah yang selama ini belum tersedia sambungan PDAM di wilayah timur Nusa Penida, seperti Desa Tanglad dan Desa Pejukutan.

Maka secara total sumber mata air Penida akan mengairi wilayah Desa Batununggul, Desa Sakti, Desa Kampung Toyapakeh, Desa Klumpu, Desa Batumadeg, Desa Bunga Mekar, dan Desa Suana. Sementara sumber mata air Guyangan akan mengairi wilayah Desa Batumadeg, Desa Pejukutan, dan Desa Tanglad.

Upaya ini juga untuk mengantisipasi meningkatnya kebutuhan air bersih di Nusa Penida, setelah semakin berkembangnya industri pariwisata. Penerapan konsep One Gate One Destination yang diwacanakan pemerintah di Nusa Penida, juga mengharuskan layananan infrastruktur air bersih yang memadai. (ful/mer/mit) 

 

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved