Berita Jembrana

Mandi Sekali Sehari di Musim Kemarau Panjang, Andalkan Distribusi Air Bersih Pemerintah

Mandi Sekali Sehari di Musim Kemarau Panjang, Andalkan Distribusi Air Bersih Pemerintah

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Fenty Lilian Ariani
Tribun Bali/ I Made Prasetia
Sejumlah warga Lingkungan Dewasana yang menbawa ember dan mengantri untuk mendapatkan air bersih dari pemerintah, belum lama ini. 

NEGARA, TRIBUN-BALI.COM - Kekeringan yang melanda sebagian wilayah Jembrana masih berlangsung hingga hari.

Untuk pemenuhan kebutuhan dasar seperti minum dan memasak, pemerintah melalui BPBD Jembrana telah menyalurkan air bersih.

Sementara, sejumlah warga terpaksa hanya mandi sekali sehari karena jarak sunber air seperti sungai yang cukup jauh.

Selain itu, sebelumnya warga juga sampai membangun tempat penampungan sementara dengan menggunakan terpal.

Menurut data yang diperoleh dari BPBD Jembrana, sejak 16 Agustus hingga 29 Oktober 2023 tercatat sudah ada 18 titik wilayah tersebar di 8 desa dan 4 Kecanatan yang didistribusikan air bersih.

Dari jumlah wilayah tersebut, sedikitnya ada 1.896 KK atau 7.584 jiwa yang terdampak kekeringan saat ini.

Sementara jumlah air bersih yang sudah didistribusikan sebanyak 391.900 Liter ke semua wilayah.

Bahkan, sejumlah tandon bahkan hingga penampungan air dari terpal juga disediakan.

Tandon ini disediakan untuk wilayah yang memang sangat membutuhkan air bersih. 

Baca juga: Makan Siang di Warung Bendega Denpasar, Ini yang Disantap Presiden Jokowi

Baca juga: Presiden Jokowi Serahkan Bantuan Beras bagi Masyarakat di Gianyar

"Lokasi sungai sumber airnya lumayan jauh. Kami terpaksa hanya mandi sekali saja sehari," kata warga Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem.

Untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti memasak sehari-harinya, kata dia, ia hanya mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah serta kepolisian.

Namun, untuk keperluan mandi dan mencuci ia memang pergi ke sungai terdekat. 

"Mencuci dan mandi memang ke sungai. Kalau kebutuhan pokok sudah disalurkan rutin dari pemerintah. Sebelumnya dari kepolisian juga membantu," tandasnya.

Warga lainnya asal Lingkungan Dewasana, I Nyoman Merta (70) menuturkan, kesulitan air bersih yang dialami ratusan KK ini sudah terjadi sejak bulan Agustus lalu.

Hal ini disebabkan oleh debit sumber air di hulu yang menurun dampak kekeringan. Alhasil, kelompok air desa terdampak kekeringan tersebut.

"Sumber air di hutan yang menurun debitnya sehingga kami terdampak," tuturnya. 

Untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti memasak dan minum, kata dia, terpaksa menunggu bantuan suplai air bersih dari pemerintah baik kepolisian dan damkar serta BPBD Jembrana.

Sementara untuk mencuci dan mandi, warga setempat memang ke sungai.

Memang jaraknya cukup jauh dari pemukiman, beberapa ratus meter.

"Setiap musim kemarau tiba, kita selalu kesulitan air bersih. Debit airnya menurun. Termasuk juga di sungai juga sekarang sudah mulai menurun," ungkapnya. 

Bahkan, agar tidak setiap hari ke sungai, Nyoman Merta rela merogoh kocek untuk membeli terpal guna membuat bak penampungan sementara.

Hal itu agar nantinya ia memiliki pasokan air bersih ketika suplai air bersih terlambat. 

"Semoga ini (krisis) tidak terjadi begitu lama," harapnya. 

Terima Laporan Dua Titik Wilayah Baru Krisis Air Bersih

Terpisah, Sekretaris BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra menyebutkan, hingga saat ini ada 18 titik wilayah di 8 Desa empat Kecamatan di Jembrana yang mengalaminya krisis air bersih dampak kemarau panjang. Bahkan, kondidi ini sudah terjadi sejak pertengahan Agustus 2023 lalu. 

"Secara umum yang parah itu di Kelurahan Penden dan Sekar Kejula Yeh Embang. Sampai saat inu ada 18 titik wilayah di 8 Desa empat Kecamatan," kata Agus Artana, Selasa 31 Oktober 2023. 

Dia melanjutkan, selain titik wilayah yang sudah masuk dalam catatan, ia juga menerima laporan dua Banjar lagi di Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya. Adalah Banjar Sari Kuning dan Banjar Sombang. 

"Ada laporan baru juga hari ini, dua banjar di Desa Tukadaya. Akan kami assessment dan bantu distribusi air," jelasnya.

Dia berharap, kondisi ini tidak berlarut-larut nantinya. Sesuai prediksi BMKG, musim hujan mulai terjadi pada bulan November ini sehingga kondisi kekeringan ini berangsur normal. 

"Semoga saja hujan turun sesuai prakitaan BMKG di November ini," harapnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved