Pilpres 2024
PDIP Pertanyakan Sikap Netralitas Jokowi Jelang Pilpres 2024, Singgung Penurunan Baliho di Bali
PDIP semakin mempertanyakan sikap netralitas Jokowi jelang Pilpres 2024 usai kasus pencabutan baliho Ganjar Pranowo di Bali
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – PDIP semakin mempertanyakan sikap netralitas Jokowi jelang Pilpres 2024 usai kasus pencabutan baliho Ganjar Pranowo di Bali.
Politisi PDI Perjuangan (PDIP) M Guntur Romli mengakui kalau Jokowi condong ke paslon Prabowo-Gibran.
Hal ini dinilainya muncul usai adanya pertemuan dengan relawan yang mendukung Prabowo-Gibran yang datang dari Jakarta atau didatangkan dari Jakarta untuk memberikan panggung kepada mereka
Meski Jokowi sudah bertemu tiga bakal calon presiden (capres) untuk makan siang, Guntur Romli menilai hal itu tidak cukup membuktikan presiden netral.
Baca juga: Tim Pemenangan Muda Ganjar-Mahfud Terbentuk, Ganjar Pranowo : Ingin Libatkan Anak Muda
"Seperti kunjungan Pak Jokowi ke Bali dengan penurunan baliho Ganjar-Mahfud, bendera PDI Perjuangan, kemudian bertemu relawan yang mendukung Prabowo-Gibran yang datang dari Jakarta atau didatangkan dari Jakarta untuk memberikan panggung kepada mereka."
"Saya meragukan netralitas Pak Jokowi, saya meragukan, sangat meragukan kalau melihat fakta-fakta yang ada sekarang," ungkap Guntur Romli, Kamis (2/11/2023) dilansir dari Tribunnews.
Namun ia berharap ke depannya Jokowi betul-betul menunjukkan kenetralannya dalam Pilpres 2024.
"Tapi ke depan, semoga saya salah, kalau Pak Jokowi benar-benar mau netral, karena dari sisi ucapan ini Pak Jokowi kita susah menilainya," imbuh Guntur.
Guntur menekankan ucapan Jokowi saat ini sulit dipegang.
Baca juga: Hitungan Ganjar Pranowo Soal Suara Dukungan PDIP di Bali, Sebut Bisa “Tambal” Daerah Lain
Ia mencontohkan, Jokowi pada bulan Mei 2023 lalu mengatakan wacana Gibran Rakabuming Raka menjadi kandidat calon wakil presiden (cawapres) adalah hal yang tidak logis.
Tapi, kini Gibran telah resmi mendaftar sebagai cawapres Prabowo Subianto untuk Pilpres 2024.
"Beberapa bulan yang lalu beliau menilai soal Gibran jadi cawapres tidak masuk akal, karena umur kata beliau, karena baru dua tahun jadi wali kota, tapi ternyata kejadian kan."
"Jadi kita bagaimana mau memegang ucapan Pak Jokowi, selama ini ucapannya pun tidak bisa dipegang," ungkap Guntur.

Baca juga: Kunker Jokowi ke Gianyar, Ganjar Pranowo Terharu Ada Warga yang Tak Keluar Rumah
Di sisi lain, Jokowi mengatakan wacana Gibran menjadi kandidat cawapres tidak logis pada 4 Mei 2023.
Alasannya, saat itu Gibran belum cukup umur serta baru dua tahun menjabat Wali Kota Solo.
"Yang pertama umur (usia Gibran yang masih muda)," ujar Jokowi di Gedung Sarinah, Jakarta, Kamis (4/5/2023).
"Yang kedua, (Gibran) baru dua tahun jadi wali kota. Yang logis saja lah," kata dia.
Ketika itu, wacana duet Prabowo dan Gibran mengemuka di media sosial karena dibahas oleh warganet.
Kemudian wacana Gibran menjadi kandidat cawapres tidak lagi menjadi isapan jempol belaka setelah Mahkamah Konstitusi (MK) yang diketuai paman Gibran sekaligus ipar Jokowi, Anwar Usman, mengabulkan gugatan agar pengalaman sebagai kepala daerah bisa menjadi syarat maju pilpres kendati yang bersangkutan belum berumur 40 tahun.
Gibran kemudian resmi dideklarasikan sebagai bakal cawapres Prabowo Subianto.
Prabowo-Gibran kemudian mendaftarkan diri sebagai bakal pasangan capres-cawapres di Komisi Pemilihan Umum (KPU), 25 Oktober 2023.
Tiga hari sebelumnya, Jokowi yang sempat menilai Gibran maju cawapres adalah hal yang tidak logis, memberi restu kepada si sulung.
"Orang tua itu tugasnya hanya mendoakan dan merestui," kata Jokowi seusai acara Apel Hari Santri di Surabaya, Minggu (22/10/2023), dikutip dari Kompas.com. (*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Politisi PDIP Ragukan Netralitas Jokowi di Pilpres 2024: Ucapannya Tidak Bisa Dipegang
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.