Perang Palestina Vs Israel

LAGI! Israel Lancarkan Serangan Udara ke Pemukiman di Gaza Usai Beri Peringatan, Puluhan Orang Tewas

Serangan udara Israel terhadap blok-blok permukiman di Gaza selatan kembali terjadi pada 18 November 2023.

|
Editor: Putu Kartika Viktriani
AFP/Mohammed Abed via Tribunnews
Orang-orang berjalan di sekitar reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza pada 8 Oktober 2023. Serangan udara Israel terhadap blok-blok permukiman di Gaza selatan kembali terjadi pada 18 November 2023. 

TRIBUN-BALI.COM - Inilah update mengenai konflik serangan yang terjadi di Gaza.

Serangan udara Israel terhadap blok-blok permukiman di Gaza selatan kembali terjadi pada 18 November 2023.

Dikutip dari Kompas.com, petugas medis menyebut serangan tersebut telah menewaskan sedikitnya 47 orang.

Sementara badan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) mengatakan sejumlah orang lainnya tewas dan terluka di sebuah sekolah di utara yang menjadi tempat penampungan pengungsi.

Pertumpahan darah terbaru ini terjadi setelah Israel kembali memperingatkan warga sipil untuk pindah demi bersiap-siap menghadapi serangan terhadap Hamas di wilayah selatan Gaza, setelah menaklukkan wilayah utara.

"Menerima gambar dan rekaman mengerikan dari sejumlah orang yang terbunuh dan terluka di sekolah UNRWA yang menaungi ribuan pengungsi di bagian utara Jalur Gaza," ujar Komisioner Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, dalam akun media sosialnya, seperti dilansir dari Reuters.

"Serangan-serangan ini tidak boleh menjadi hal yang biasa, harus dihentikan. Gencatan senjata kemanusiaan tidak bisa menunggu lebih lama lagi," tambahnya.

Baca juga: MER-C Ungkap 3 Relawan asal Indonesia yang Sempat Hilang Kontak di Jalur Gaza Palestina Selamat

Militer Israel tidak segera memberikan komentar.

Seorang juru bicara otoritas Hamas Gaza mengatakan 200 orang telah terbunuh atau terluka.

Para pejabat Palestina sebelumnya menuduh tentara Israel mengevakuasi secara paksa sebagian besar staf, pasien dan pengungsi dari Rumah Sakit Al Shifa di bagian utara, yang merupakan rumah sakit terbesar di Gaza, dan meninggalkan mereka dalam perjalanan berbahaya ke arah selatan dengan berjalan kaki.

Pasukan Israel membantah tuduhan tersebut. Mereka mengatakan bahwa evakuasi dilakukan secara sukarela.

Mereka juga menyita rumah sakit Al Shifa dalam serangan mereka di Gaza utara awal pekan ini.

Israel mengeklaim bahwa rumah sakit tersebut menyembunyikan pusat komando Hamas di bawah tanah.

Sebelumnya diberitakan pasukan Israel memerintahkan evakuasi RS Al-Shifa dalam satu jam ke depan melalui pengeras suara pada Sabtu 18 November 2023 sekitar pukul 09.00 waktu setempat atau sekitar 14.00 WIB.

Demikian dilaporkan oleh seorang jurnalis AFP di tempat kejadian, ketika pasukan Israel tengah menyisir fasilitas kesehatan tersebut dengan dalih untuk mencari tempat persembunyian Hamas.

RS Al-Shifa adalah rumah sakit terbesar di Gaza.

Rumah sakit ini telah menjadi fokus perang Israel-Hamas, yang kini memasuki minggu ketujuh setelah serangan 7 Oktober di Israel selatan.

Israel mengeklaim Hamas mengoperasikan sebuah markas di bawah RS Al-Shifa, sebuah tuduhan yang dibantah oleh para militan.

 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan ada 2.300 pasien, staf, dan warga Palestina yang terlantar berlindung di Rumah Sakit Al-Shifa sebelum pasukan Israel bergerak pada Rabu 15 November 2023.

Kementerian Kesehatan Hamas di Gaza telah mengumumkan puluhan kematian di sana akibat pemadaman listrik yang disebabkan oleh kekurangan bahan bakar di tengah pertempuran sengit.

Israel telah berulang kali menyerukan agar rumah sakit tersebut dievakuasi ke wilayah selatan, namun para ahli medis mengatakan para pasien tidak dapat dipindahkan.

Direktur rumah sakit Mohammed Abu Salmiya mengatakan kepada AFP bahwa pasukan Israel menginstruksikannya untuk memastikan evakuasi pasien, warga terluka, pengungsi, dan staf medis.

Menurut dia, semuanya diharuskan untuk berjalan kaki ke arah laut.

Ada kepanikan Media Timur Tengah Al Jazeera juga memberitakan adanya perintah evakuasi oleh pasukan Israel di RS Gaza tersebut.

Mengutip keterangan dari sebuah sumber medis, Al Jazeera, melaporkan bahwa pasukan Israel telah memberi waktu satu jam kepada semua orang di Rumah Sakit Al-Shifa, termasuk dokter, pasien, dan pengungsi untuk mengevakuasi kompleks medis.

Setelah muncul perintah evakuasi oleh pasukan Israel, Al Jazeera melaporkan, ada kepanikan dan ketakutan yang besar di antara para pasien, staf medis, dan pengungsi.

Al Jazeera memberitakan hal itu berdasarkan keterangan dari sumber yang ada di Rumah Sakit Al-Shifa.

Mereka menganggap keputusan atau perintah ini adalah keputusan yang mustahil diambil karena RS tidak memiliki ambulans yang berfungsi untuk membawa pasien dalam jumlah besar ke selatan.

Sementara, dikatakan, Militer Israel tidak memberi mereka solusi lain, sarana transportasi apa pun, bahan bakar apa pun untuk ambulans atau mobil apa pun untuk memindahkan pasien, bayi prematur, keluarga pengungsi ke selatan seperti yang diperintahkan kepada mereka.

Seorang dokter di Rumah Sakit al-Shifa berkata kepada Al Jazeera, bahwa tidak mungkin bisa untuk mengevakuasi semua orang di rumah sakit dalam satu jam.

Sebab, RS tidak memiliki ambulans untuk memindahkan pasien dan bayi prematur ke selatan.

Situasi inilah yang disebut dokter itu sebagai "krisis", ketika Israel meminta mereka mengungsi dalam satu jam.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Serangan Udara Israel Hantam Permukiman Gaza, Puluhan Warga Sipil Tewas" dan "Israel Perintahkan Evakuasi RS Al-Shifa Gaza dalam 1 Jam, Semua Panik".

(*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved