Sponsored Content

Wali Kota Ngayah Nyangging Pada Pewintenan dan Metatah Masal PHDI, 416 Orang Ikuti Kegiatan Itu

Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) mengadakan pewintenan dan metatah masal di Pura Agung Loka Natha

Istimewa
Wali Kota Denpasar, I.G.N Jaya Negara saat ngayah nyangging pada Pewintenan dan Metatah Masal PHDI di Pura Agung Loka Natha - Wali Kota Ngayah Nyangging Pada Pewintenan dan Metatah Masal PHDI, 416 Orang Ikuti Kegiatan Itu 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASARWali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara ngayah nyangging pada serangkaian karya pewintenan dan metatah massal yang digelar oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) di Pura Agung Loka Natha, Kecamatan Denpasar Utara, Bali, pada Sabtu 25 November 2023 pagi.

Terkonfirmasi sejumlah 204 orang mengikuti upacara metatah masal, dan 212 orang lainnya mengikuti serangkaian karya menek kelih, pewintenan saraswati, dan sapu leger.

Wali Kota Denpasar, Jaya Negara, pada kesempatan itu hadir bersama Ketua DPRD Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, dan Sekertaris Daerah Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana.

Dalam kesempatan itu Jaya Negara mengatakan, metatah merupakan prosesi upacara yang memiliki arti untuk memanusiakan manusia sesuai dengan hakikatnya, serta memelihara hubungan yang harmonis antara umat manusia dengan Sang Pencipta.

Baca juga: Walikota Jaya Negara Serahkan Bantuan Hibah Kepada 39 Penerima di Kota Denpasar

"Sebagai manusia kita semua tidak terlepas dari siklus hidup mulai dari kandungan, hingga beranjak memasuki usia dewasa, serta astungkara membawa kebijaksanaan sesuai dengan kodrat sebagai manusia, demikian yang mendasari makna dari prosesi metatah," ungkap Jaya Negara.

Sementara itu, Ketua PHDI Kota Denpasar, I Made Arka menyampaikan, pelaksanaan upacara ini secara bersama-sama dimaknai sebagai upaya menghapus stigma upacara dan yadya di Bali ini menelan biaya yang besar dan cenderung menjadi beban.

"Penyelenggaraan upacara ini, merupakan wujud implementasi jiwa gotong royong dan kebersamaan sebagai budaya yang sejak lama tertanam dalam masyarakat di Bali yang dikenal sebagai spirit Vasudhaiva Kutumbakam, sehingga para peserta hanya perlu berpunia semampunya tanpa ada batasan besaran yang harus diberikan," ujar I Made Arka. (*)

Kumpulan Artikel Denpasar

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved