Pemilu 2024
Masuki Masa Kampanye Pilpres 2024, Pengamat Prediksi Swing Voters Jadi Rebutan di Bali
Masuki Masa Kampanye Pilpres 2024, Pengamat Prediksi Swing Voters Jadi Rebutan di Bali
Penulis: Ida Bagus Putu Mahendra | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tahapan Pemilu 2024 kini akan memasuki masa kampanye pada 28 November 2023.
Selama 75 hari ke depan, para tim kampanye dari tiga paslon Presiden dan Wakil Presiden akan menggeber strategi politiknya di seluruh wilayah Indonesia.
Di Bali sendiri, menjadi wilayah yang cukup menjadi sorotan. Sebab, di satu sisi Bali digadang-gadang sebagai “kandang banteng” lantaran perolehan suara Jokowi-Ma’ruf Amin yang kala itu didukung PDIP mencapai 92 persen pada Pemilu 2019 lalu.
Uniknya, pada Pemilu 2024 mendatang, Presiden Jokowi diisukan “condong” ke Prabowo Subianto daripada mendukung partainya sendiri yang mengusung Ganjar Pranowo sebagai Capres.
Bahkan, isu itu seolah-olah terjawab dengan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang menjadi Cawapres guna mendampingi Prabowo Subianto.
Menanggapi hal ini, pengamat politik Dr. Kadek Dwita Apriani, S.Sos., MIP memandang, para tim kampanye menggeber mesin politiknya lantaran masa waktu kampanye yang cukup singkat.
Para tim kampanye, kata Kadek Dwita, nantinya akan mengincar swing voters dan pemilih yang belum menentukan pilihannya kepada salah satu paslon.
“Masing-masing kandidat tentu akan mengincar swing voters dan pemilih yang belum menentukan pilihannya dengan berbagai metode kampanye,” ungkapnya saat dihubungi Tribun Bali, Senin 27 November 2023.
Namun, jumlah pemilih yang belum menentukan pilihannya ini dikatakan jumlahnya sedikit.
Baca juga: Periode 1 - 19 November 2023 Okupansi di Kawasan The Nusa Dua Lebih Dari 70 Persen
Sehingga, harapan satu-satunya berada pada segmentasi swing voters.
“Hanya saja jumlah pemilih yang belum menentukan pilihannya saat ini tidak banyak. Maka harapannya adalah pada swing voters,” imbuhnya.
Lebih jauh soal swing voters, segmen ini kata Kadek Dwita yakni pemilih yang kini telah menentukan pilihannya. Namun, belum mantap dengan pilihan tersebut.
Penentuannya, kata Kadek Dwita, yakni ketika penampilan debat, janji, dan strategi kampanye yang dilakukan.
“Mereka akan melihat tampilan debat, janji kandidat dan kampanye-kamlanye yang dilakukan.”
“Apakah akan semakin mantap dengan pilihannya atau akan berpindah ke kandidat lain,” beber wanita yang juga Dosen Ilmu Politik Universitas Udayana itu.
Disinggung soal jumlah swing voters di Bali, Kadek Dwita tak dapat berbicara banyak. Namun, sebagian besar swing voters ini berasal dari kelompok Gen Z.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.