Human Interest Story

Melawan Stigma Sejak Usia 18 Tahun, Hari Ini Anniversary ke-16 Ika Bersama HIV di Tubuhnya

kisah Ika Ayu Rayni, orang dengan HIV-AIDS menjalani pengobatan dan sempat putus obat kemungkinan bisa terjadi resisten.

Istimewa
Menjadi orang dengan HIV/AIDS (ODHIV) tentunya tak pernah terbayangkan oleh Ika Ayu Rayni. Kisah Ika dengan HIV/AIDS dimulai pada Tahun 2007 dimana dari Almarhum suami Ika yang terlebih dulu positif HIV/AIDS 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Hanya setahun setelah menikah, Ika Ayu Rayni sudah dihadapkan dengan kenyataan yang begitu sulit dia terima.

Dalam dirinya dinyatakan ada virus HIV, virus yang juga membuat dia kehilangan suaminya.

Kenyataan itu dia hadapi pada usianya yang baru 18 tahun.

Saat itu juga, Ika muda sedang hamil delapan bulan. Perasaannya berkecamuk.

Baca juga: Kisah Ika Ayu, ODHIV Dari Bali, 16 Tahun Berdamai Dengan HIV/AIDS

Sama sekali tak pernah dia bayangkan sebelumnya akan hidup berlabel orang dengan HIV-AIDS (ODHIV).

Tanggal 4 Desember 2023 hari ini, adalah hari anniversary ke-16 Ika bersama sakitnya.

Sekarang Ika sudah berusia 33 tahun dan semangat hidupnya sama seperti orang lainnya.

Kini dia bisa menceritakan masa kelamnya itu sebagai edukasi.

“Usia nikah 17 tahun, tahu positif HIV-AIDS usia 18 tahun. Saya tertularnya dari hubungan seks berisiko. Tahunya dari almarhum suami tahun 2007 dia sakit. Jadi tanggal 4 Desember ini saya anniversary dengan HIV saya ke-16 tahun," kata Ika dalam sebuah wawancara dengan Tribun Bali, beberapa waktu lalu.

Dia menceritakan, suaminya harus menjalani opname di rumah sakit pada 3 Desember 2007.

Saat itu petugas medis mengambil langkah tes. Keesokan harinya, giliran Ika yang diminta menjalani tes.

"Hasilnya sama-sama positif,” demikian dia mengingat.

Kata Ika, tahun itu, bantuan pengobatan HIV-AIDS belum segencar sekarang.

Masalah dalam rumah tangga, ekonomi, usia yang masih muda dan anggapan bahwa merasa diri sehat-sehat saja, membuat Ika pasrah dan memutuskan berhenti menjalani pengobatan.

Waktu berlalu, suaminya pun meninggal pada 2016 lalu.

“Jadi ketidaksiapan di usia dini dan saya tahu ada HIV di dalam tubuh dan mungkin kalau tidak minum obat saya akan mati dan ternyata mati itu ya tidak bisa diminta. Putus pengobatan kurang lebih empat bulan lalu lanjut di tahun yang sama,” ucap perempuan asal Ubud ini.

Ibu satu anak ini menjelaskan, orang dengan HIV-AIDS menjalani pengobatan dan sempat putus obat kemungkinan bisa terjadi resisten.

Jadi pengobatan pertama itu tidak bisa lagi untuk menekan virus dalam tubuhnya dan masuk lagi ke fase AIDS.

"Yang tadinya dia ODHIV seperti biasa bisa beraktivitas masuklah fase AIDS di mana semua penyakit akan keluar," jelasnya.

Memang ada dilema saat Ika ingin mengungkap status kesehatannya untuk umum.

Dia mempertimbangkan kesiapan anaknya. Namun ternyata, anaknya tak masalah.

Bahkan banyak teman-teman anaknya yang meminta dia untuk memberi edukasi.

“Anak saya sudah umur 16 tahun sudah SMA. Awal saya open status (ODHIV) minta izin dulu ke dia karena kan kalau saya open status (khawatir) dijauhi oleh teman-temannya. Ternyata dia cuek saja toh dia bisa buktikan dia lahir dari ODHIV dan tidak tertular. Banyak temannya anak saya yang follow saya jadi sekalian mengedukasi,” kata dia.

Kini Ika bekerja di LSM, Forum Peduli AIDS (FPA) Bali.

Ia menyarankan kepada ODHIV agar tetap berkegiatan, disiplin minum obat dan menjaga pola hidup sehat.

“Sebetulnya diabet itu lebih susah karena makan ini tak boleh makan itu tak boleh. Kalau kami ODHIV mau makan seperti apapun boleh yang penting obat,” ujar dia. (*)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved