Berita Bali
ODHIV Tetap Dapat Melahirkan Anak Negatif HIV/AIDS, Ini Penjelasannya
Ibu hamil yang positif HIV biasanya akan mengikuti program pencegahan penularan dari ibu ke anak
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Informasi mengenai orang dengan HIV/AIDS tetap dapat melahirkan anak yang sehat dan tak tertular HIV/AIDS rupanya belum diketahui banyak orang.
Kebanyakan orang menilai bahwa ketika seseorang terjangkit HIV/AIDS saat mengandung, bayi dalam kandungannya pun juga ikut terkonfirmasi positif HIV/AIDS.
Hal tersebut pun dibantah Ika Ayu selaku ODHIV asal Bali yang sebelumnya dinyatakan positif HIV/AIDS saat hamil 8 bulan di usia 18 tahun pada 3 Desember 2007 lalu.
“Sangat bisa (ODHIV melahirkan bayi tak tertular HIV/AIDS) tidak terdeteksi sama dengan tidak menularkan itu sama dengan 100 persen tidak menularkan secara seksual. Saya punya anak negatif HIV/AIDS, saya tahu positif itu 2007 saat hamil 8 bulan. Ternyata anak saya negatif lahir dari persalinan normal,” kata Ika, Sabtu 2 Desember 2023.
Baca juga: Wujudkan Three Zero 2030, Forum Peduli AIDS Bali Gandeng Desa Adat
Ibu hamil yang positif HIV biasanya akan mengikuti program pencegahan penularan dari ibu ke anak dengan diwajibkan menggunakan metode persalinan caesar dan tidak diperbolehkan menyusui.
Ika pun membuktikan dengan informasi yang ia dapatkan, sehingga ia berani untuk melahirkan secara normal dan anaknya negatif HIV/AIDS.
“Ternyata ada istilah tidak terdeteksi sama dengan tidak menularkan mungkin waktu tahun 2007 jumlah virus di tubuh saya masih sedikit itu yang membuat tidak menularkan ke anak. Itu alasan saya berani secara publik bahwa ibu ODHIV yang sudah melakukan pengobatan obat-obat antiretroviral (ARV) dan jumlah virusnya tidak bisa terdeteksi bisa melahirkan secara normal dan menyusui selama enam bulan,” paparnya.
Bayi yang dikandung tak akan positif HIV/AIDS jika ibu hamil HIV/AIDS rutin mengonsumsi ARV.
Serta jumlah virus tidak terdeteksi, jadi dalam darah tidak terlihat jumlah virusnya tapi kemungkinan di organ lain terlihat.
Ini sekaligus membuktikan bahwa darah tidak bisa menularkan virus HIV/AIDS.
Ika pun memiliki pemikiran bahwa ia tidak mau mencari pasangan yang sama-sama positif HIV/AIDS.
Karena ia sendiri sudah membuka statusnya sebagai ODHIV dan ia ingin masyarakat umum tahu bahwa ada orang yang menikah dengan HIV negatif dan HIV positif tidak menularkan HIV ke pasangannya.
Banyak pasangan yang satunya positif HIV/AIDS dan negatif menikah tapi belum banyak yang speak up.
“Kalau ke HIV itu tidak ada stigma, tapi lebih ke perilakunya kalau orang HIV sudah berpikir bahwa dianggap jelek, pasti dianggap karena kelakuan dulu sering berganti. Jadi lebih ke perilakunya, kalau misalnya HIV dia datang ke layanan tapi rembet ke belakangnya ini kenapa dia bisa HIV? Itu yang menjadi bahan obrolan di masyarakat,” tandasnya.
Beberapa masyarakat kini sudah terdukasi terkait HIV.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.