Berita Jembrana

Pemukiman Padat Rawan Luapan Air hingga Banjir, Sampah Jadi Masalah Utama Menyumbat Aliran Air Got

Pemukiman Padat Rawan Luapan Air hingga Banjir, Sampah Jadi Masalah Utama Menyumbat Aliran Air Got

Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Fenty Lilian Ariani
Tribun Bali/ I Made Prasetia
Salah satu titik genangan air yang terjadi di kawasan padat penduduk wilayah Lingkungan Menega, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana. 

NEGARA, TRIBUN-BALI.COM - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana telah memetekan daerah rawan banjir.

Total ada lima Desa/Kelurahan yang berpotensi mengalami banjir berdasarkan pengalaman musim hujan tahun 2022 lalu.

Disisi lain, pihak PUPRPKP Jembrana bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida juga telah melakukan normalisasi sejumlah sungai sebagai antisipasi terjadinya luapan air hingga banjir. 

Menurut data yang diperoleh dari BPBD Jembrana, daerah yang berpotensi mengalami luapan air adalah wilayah yang padat penduduk atau pemukiman padat.

Kemudian untuk wilayah yang berpotensi mengalami banjir diantara Desa Kaliala-BB Agung, Desa Pengambengan di Kecamatan Negara. Kelurahan Tegalcangkring, Desa Yehembang di Kecamatan Mendoyo, hingga Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan.

"Hujan deras kemarin nihil peristiwa bencana. Namun, masyarakat harus tetap waspada," kata Kabid Kedaruratan dan Logsitik BPBD Jembrana, I Nyoman Winata saat dikonfirmasi, Senin 4 Desember 2023. 

Dia menyebutkan, dua potensi bencana yakni banjir dan pohon tumbang paling tinggi di Jembrana selama musim hujan.

Selain itu, potensi tanah longsor juga ada di beberapa titik seperti kawasan utara atau wilayah tanah labil.

"Sesuai pendataan, ada sejumlah wilayah yang berpotensi mengalami banjir saat intensitas hujan begitu tinggi. Wilayah ini adalah yang sempat terjadi genangan air alias banjir saat hujan deras terjadi. 

Baca juga: Diawal Musim Penghujan November 2023 Bencana Alam di Bali Sebabkan Tiga Korban Meninggal Dunia


Kemudian, kata dia, ada juga wilayah yang berpotensi terjadi luapan air.

Selain curah hujan tinggi, potensi luapan air karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk membersihkan lingkungan.

Terkadang sampah di kawasan tersebut menumpuk di got dan menyumbat aliran air sehingga meluap.

"Selain curah hujan, pemukiman padat penduduk ditambah kurangnya kesadaran masyarakat membersihkan got dan perilaku buang sampah sembarang jadi pemicu utama luapan air. Luapan air ini disebabkan sampah yang menumpuk kemudian berkumpul di salah satu titik biasanya," ungkapnya. 

Dia mengimbau, seluruh masyarakat mulai bergoyong royong untuk melakukan pembersihan lingkungan. Terutama saluran air.

Antisipasi terjadinya luapan air hingga banjir secara bersama-sama. Meskipun hanya sementara, tapi berdampak bagi lingkungan. 

"Maei bersama-sama menjaga lingkungan," tegasnya. 

 

Normalisasi Sejumlah Aliran Sungai 

Terpisah, Kabid Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPRPKP Jembrana, I Gede Sugianta menyebutkan, sejumlah titik aliran sungai dilakukan penanganan berupa normalisasi.

 Sedikitnya ada lima titik sungai yang dilakukan normalisasi karena berpotensi terjadi luapan.

Diantaranya adalah Sungai Kaliakah dan Sungai Bilukpoh yang sudah selesai penanganan.

Kemudian yang masih dalam pengerjaan adalah di Bendung Jero Pengentuh Desa Batuagung dan Bendung Sebual di Kecamatan Jembrana.

Serta Bendung Pangkung Lampah di Lingkunagn Pendem.

"Dua titik sudah selesai, tiga titik lainnya masih dalam pengerjaan saat ini," ungkapnya.

Menurutnya, sejumlah titik tersebut dikatakan berpotensi mengalami luapan air lantaran pengalaman pada waktu sebelumnya.

Terutama di Sungai Bilukpoh di Kelurahan Tegalcangkring dan Penyaringan sebelumnya mengalami luapan air hingga mengakibatkan banjir bandang. 

"Secara bertahap kita lakukan normalisasi bersama BWS untuk antisipasi terjadinya luapan air kedepannya. Tapi kami ingatkan juga agar masyarakat juga ikut peduli dengan lingkungan seperti tidak membuang sampah ke saluran air sungai maupun irigasi dan got pemukiman," tandasnya.

 

Banjir Juga Berpotensi Picu Demam Berdarah

Sebelumnya, Dinas Kesehatan Jembrana memperingatkan masyarakat yang tinggal di kawasan rawan terjadi genangan air bahkan banjir.

Ancaman penyakit serius seperti penyakit kulit gatal-gatal hingga demam berdarah (DBD) bisa saja terjadi. Sehingga kebersihan lingkungan menjadi sangat penting di masa tersebut.

"Yang jadi perhatian serius kami adalah demam berdarah pada situasi pascabanjir ini. Namun, kami tetap pantau warga yang terdampak banjir," kata Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Jembrana, dr I Gede Ambara Putra saat dikonfirmasi. 

Menurutnya, potensi atau ancaman penyakit DBD lebih tinggi muncul di wilayah pesisir seperti Desa Pengambengan.

Apalagi, wilayah ini memang rawan munculnya kasus DBD karena padat penduduk dengan mobilitas tinggi.

Sehingga, ketika ditambah lagi dengan timbulnya banjir dan sempat terjadi genangan air dalam waktu berhari-hari berpotensi menimbulkan peningkatan kasus. 

"Jika memang ditemukan banyak nyamuk terutama Aedes Aegypti, kita akan lakukan fogging sebagai upaya antisipasi. Tapi ini harus dibarengi dengan upaya dari masyarakat seperti pembersihan lingkungan yang tentunya sangat berperan mengantisipasi timbulnya penyakit," tandasnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved