Sera Serbi

Prasasti Lontar Bebali Dalem Sidakarya Dikonservasi dan Digitalisasi di Hari Saraswati

Bertepatan hari suci Saraswati pada Sabtu 16 Desember 2023 masyarakat Desa Adat Sidakarya menggelar prosesi Odalan Saraswati dan nedunang prasasti.

Editor: I Putu Juniadhy Eka Putra
(Dok. Istimewa)
Bertepatan dengan hari suci Saraswati, Sabtu (16/12/2023) masyarakat Desa Adat Sidakarya menggelar prosesi Odalan Saraswati dan nedunang prasasti. Upacara yang masih dalam rangkaian Karya Agung di Pura Mutering Jagat Dalem Sidakarya ini melibatkan tim dari Unit Lontar Universitas Udayana (ULU) dalam proses konservasi dan digitalisasi lontar tersebut. 

“Kita harus rawat dengan baik, di sini pun jangan sampai rusak, apalagi cerita yang berhubungan dengan prasasti ini, berhubungan dengan mitologi dan sejarah, agar diketahui mana yang sakral dan profan, jadi masyarakat benar-benar mengetahuinya, sehingga tidak hanya berdasarkan mula keto saja,” tutur Pedanda asal Griya Wanasari Sanur ini.

Ida Pedanda menekankan pentingnya memahami isi dan menjaga lontar, sehingga beliau berpesan dalam proses alih aksara dan alih bahasa lontar, harus tetap menjaga kesakralan dan taksu, serta memperhatikan kepentingan.

Membuat buku dari isi lontar ini menurut beliau adalah hal yang baik, namun hanya untuk yang punya kepentingan yakni masyarakat sekitar, dengan tetap memperhatikan nilai sakral dan profan dan tidak sembarangan.

“Jangan sampai hal yang sakral (dari isi lontar) dijual belikan, bahkan di medsos,” tegasnya.

Sementara, Putu Widhi Kurniawan, S.S, M.Hum sebagai Koordinator Divisi Konservasi dan Digitalisasi ULU menyebut, ia dan tim melakukan konservasi atau pembersihan dan digitalisasi terhadap 1 cakep lontar yang punya total 28 halaman.

Proses pembersihan dilakukan dengan membersihkan debu, serta memberikan cairan minyak sereh dan alkohol. Tahapan terakhir adalah dokumentasi digitalisasi lontar, dan editing.

Baca juga: Wawali Hadiri Upakara Pamelaspas, Pecaruan Rsi Gana dan Pujawali Saraswati di SD Negeri 10 Pedungan

Ia berharap pada lontar ini dapat dilakukan alih aksara dan alih bahasa, sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengempon pura.

“Tadi juga sudah dilakukan penggantian keropak yang sudah usang dan terlalu kecil, yang menyebabkan lontar susah diambil dan diganti dengan yang lebih besar sehingga lontar dapat secara leluasa diambil,” sebut dosen Sastra Jawa Kuno Unud ini.

Pembacaan lontar dan peneges dilakukan oleh Pedanda Yajamana, bersama Ida Pedanda Batuaji dan walaka.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved