Konflik Palestina VS Israel

Netanyahu Jamin Tak Akan Ada Pembentukan Negara Palestina, Sebut Perjanjian Oslo Sebuah Kesalahan

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu kembali tegaskan tak ada pembentukan Negara Palestina, bangga bisa cegah perjanjian Oslo.

AFP/Abir Sultan
PM Israel Benjamin Netanyahu - Netanyahu Jamin Tak Akan Ada Pembentukan Negara Palestina, Sebut Perjanjian Oslo Sebuah Kesalahan 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu kembali tegaskan tak ada pembentukan Negara Palestina, bangga bisa cegah perjanjian Oslo.

Perdana Menteri Israel kembali tegaskan tak akan ada solusi 2 Negara Palestina-Israel. 

Kembali dalam pernyataannya ia menyebutkan, pembentukan Negara Palestina tak akan ada selama kursi masa jabatannya.

Ia pun menyebutkan, ia begitu merasa bangga mencegah adanya pembentukan negara tersebut. 

Baca juga: 73 Hari Sejak Perang Hamas Vs Israel, 19.804 Warga Palestina Tewas, Mayoritas Anak-Anak dan Wanita

Dalam konfrensi pers yang diadakannya di pada hari Sabtu bersama Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan anggota kabinet perang Benny Gantz, ia kembali menegaskan wacananya. 

Selain itu, ia pun juga mengakui bahwa ia menjadi salah satu sosok yang berhasil mencegah progres kemajuan perdamaian Oslo.

Perjanjian Oslo sendiri dimulai pada tahun 1993 sebagai upaya untuk mendamaikan kedua negara berkonflik tersebut. 

Dengan gamblang ia juga menyebutkan bahwa perjanjian Oslo adalah 'sebuah kesalahan yang menentuntukan'. 

Perjanjian Oslo adalah perjanjian yang ditandatangani oleh Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang memandang pembentukan Otoritas Palestina di Tepi Barat dan Gaza sebagai bagian dari proses yang dimaksudkan untuk mengarah pada solusi dua negara terhadap konflik Palestina-Israel.

“Saya bangga bahwa saya mencegah pembentukan negara Palestina karena saat ini semua orang memahami apa yang bisa menjadi negara Palestina, sekarang kita telah melihat negara Palestina kecil di Gaza,” merujuk pada serangan Hamas terhadap Israel yang menewaskan sekitar 100 orang. 1.140 orang dan menyandera sekitar 240 orang dilansir Serambinews.com.

Dia menambahkan bahwa dia “tidak akan membiarkan Negara Israel kembali ke kesalahan fatal yang dilakukan Oslo,” dengan menuduh Hamas dan saingannya Fatah, yang mendominasi PLO dan Otoritas Palestina, ingin menghancurkan Israel.

Fatah mengakui Israel ketika Perjanjian Oslo ditandatangani.

Komentarnya muncul setelah sejumlah pejabat Israel mengatakan bahwa tidak akan ada solusi dua negara menyusul berakhirnya perang tanpa pandang bulu yang dilakukan Israel di Gaza.

Perang ini telah menghancurkan sebagian besar wilayah Palestina yang terkepung dan menewaskan 18.800 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak dan 51.000 orang terluka.

Duta Besar sayap kanan Israel untuk Inggris, Tzipi Hotovely, menjawab "sama sekali tidak" ketika ditanya dalam wawancara di Sky News tentang apakah solusi dua negara akan muncul setelah berakhirnya Perang Gaza.

Baca juga: Putra Jubir Kelompok Jihad Islam Palestina Tewas dalam Penyerangan Israel di Kamp Jabalia

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved