Serba Serbi
Hari Raya Pagerwesi Dirayakan Enam Bulan Sekali, Ini Makna dan Persembahannya
Pada hari Rabu (Buda) Kliwon wuku Sinta, disebut dengan Pagerwesi, saat hari raya ini yang dipuja yaitu Sang Hyang Pramesti Guru atau Siwa
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Setelah merayakan Sabuh Mas, keesokan harinya disebut Pagerwesi yang jatuh pada Buda (Rabu) Kliwon wuku Sinta.
Pagerwesi ini dirayakan setiap enam bulan atau 210 hari sekali dan dilaksanakan hari ini, Rabu 20 Desember 2023.
Dalam lontar Sundarigama dijelaskan tentang Hari Raya Pagerwesi sebagai berikut.
Buda Kliwon, ngaran Pagerwesi, Sang Hyang Pramesti Guru, sira mayoga, kairing dening watek dewata nawasanga, gawerdiaken uriping sarwa tumitah, tumuwuh maring bhuana kabeh, irika wenang sang sedaka mengarga puja parikrama, pasang lingga, ngarcana padue Ida Betara Parameswara.
Baca juga: Rabu Kliwon Sinta, Baik Buruknya Hari Ini 20 Desember 2023, Mengandung Pengaruh Buas
Artinya:
Pada hari Rabu (Buda) Kliwon wuku Sinta, disebut dengan Pagerwesi, saat hari raya ini yang dipuja yaitu Sang Hyang Pramesti Guru atau Siwa dan diiringi oleh Dewata Nawasanga.
Tujuannya yaitu untuk menyelamatkan segala makhluk yang lahir dan tumbuh di alam ini.
Oleh karena itu patutlah para sulinggih melakukan pemujaan untuk semua ciptaan Bhatara Prameswara.
Lebih lanjut dalak Lontar Sundarigama juga disebutkan upakara saat Pagerwesi ini.
Widi-widinania daksina, suci asoroh, peras ajuman panyeneng, sesayut panca lingga, canang wangi, saha rake runtutania, aturakna ring sanggar kamulan. Kunang ring samania wang sesayut pageh urip, abesik prayascita, ring tengah wangi pasangane yoga semadhi. Muah pecaru ring sang panca maha buta, sega warna anut ance desa ring natar sanggah, muah segeh agung abesik, kunang ring wara.
Sehingga berdasarkan lontar tersebut, sarana upakaranya yaitu sesayut pageh urip satu buah, serta prayascita. Saat tengah malam, dilakukan yoga samadhi atau renungan suci.
Selain itu, juga ada persembahan untuk unsur panca maha butha berupa segehan lima warna, sesuai dengan kelima arah mata angin yang dihaturkan di natar sanggah, dan disertai dengan segehan agung satu buah. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.