Sponsored Content
Pameran ‘Layering Time’ Made Wianta dan Stephan Spicher
JHub Art Space menutup agenda art project 2023, Wianta penuh semangat merespon apa yang ia lihat dan rasakan tentang Basel dan Ticino.
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - JHub Art Space menutup agenda art project 2023 dengan menghadirkan dua seniman ternama dari Indonesia dan Swiss di Bali.
Pameran lukisan yang dimaknai lebih dari sekedar kolaborasi ini juga sebagai pertemuan atau dialog antara barat dan timur yang sudah terjalin lebih dari seperempat abad lamanya.
Membicarakan layering time atau melipat waktu menurut curator pameran Yudha Bantono adalah sebuah konsep yang sebetulnya sulit dipahami dan telah menangkap imajinasi manusia selama berabad-abad, dan telah menjadi subjek eksplorasi maupun kontemplasi bagi kebanyakan seniman.
Dari pengalaman seniman Swiss Stephan Spicher dan seniman Bali Made Wianta (alm), mereka berdua telah menghimpun pengalaman bertukar pikiran, saling belajar dari latar belakang kultur yang berbeda, bekerja bersama, berkolaborasi, dan berpameran bersama dalam rentang waktu yang tidak pendek adalah sebuah konsistensi dalam proyek seni bersama.
Kehadiran karya-karya Made Wianta dan Stephan Spicher baik yang dibuat sendiri-sendiri, maupun bersama setelah pertemuan mereka berdua dalam rentang waktu sampai Wianta meninggal dunia adalah bukti sekilas mengenai implikasi mendalam dari pencapaian kerkaryaan masing-masing.
Baca juga: Artotel Sanur Bali Gelar Pameran Seni Berkolaborasi dengan Studio Gelombang Bertajuk Habitat
Lebih lanjut menurut Yudha, baik Stephan Spicher dan Made Wianta, mereka sedang tidak terlena pada romantisme pertemuan yang mengambil inspirasi dari masa lalu, mereka sedang menyelami gagasan dari peristiwa-peristiwa yang telah mereka lakukan, kemudian menangkap esensinya dan menghadirkan sebagai sebuah pembicaraan ulang yang sangat penting.
Pertemuan baik dirinya dan karyanya adalah pemikiran yang menghidupkan cerita- cerita sebuah peradaban antara barat dan timur yang terlupakan, kemudian membawanya kembali pada pemirsa ke waktu yang berbeda.
Melalui karya Stephan Spicher dan Made Wianta pada pameran kali ini memungkinkan kita untuk menyaksikan bukan saja keindahan karya saja, namun pertemuan pemikiran yang menjadikannya masih tetap relevan, dan dapat diakses hingga saat ini.

Bali adalah rumah ke dua Stephan, dan di pulau ini bukan saja alam dan kehidupan budayanya yang membuatnya terpesona.
Namun, cara hidup masyarakat yang kesemuanya tertata berdasarkan tradisi budaya yang dipertahankan.
Begitu halnya Wianta saat tinggal di Basel dan Rancate Ticino daerah Swiss bagian Italia.
Wianta penuh semangat merespon apa yang ia lihat dan rasakan tentang Basel dan Ticino.
Pemikiran Wianta sebagai orang Bali benar-benar dirasakan berbeda ketika ia harus benturkan dengan realita kehidupan di Eropa, dan ini dialami sama oleh Stephan ketika berada di Bali.
Pertemuan Stephan dan Made Wianta menjadikan bahwa pada tingkatan artistik ada pertemuan yang terus bisa didialogkan bahkan terus dibicarakan sebagai bahan diskusi antara karya seni mereka.
Keduanya saling menghormati pada titik pencapaian masing-masing.