Berita Denpasar

Indonesia Darurat Sampah Plastik, Platform Plastic Bank Telurkan Insiatif Secara Kolektif

Indonesia Darurat Sampah Plastik, Platform Plastic Bank Telurkan Insiatif Secara KolektifTahun 2023 Kumpulkan 12 Ribu Ton Sampah Plastik di Indonesia

Penulis: Adrian Amurwonegoro | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN BALI/ ADRIAN AMURWONEGORO
Pendiri Plastic Bank, David Katz, (tengah) didampingi Manajer Pemasaran dan Komunikasi Plastic Bank, Debora Natalia Aritonang (kiri), dan Country Manager Plastic Bank Indonesia, Frederick Ramadhani (kanan) di Kuta Utara, Badung, Bali, pada Senin 15 Januari 2024. 

TRIBUN-BALI.COM, BADUNG - Dengan memberdayakan masyarakat atau komunitas Social Recycling, dalam satu tahun di 2023  Platform Plastic Bank berhasil mengumpulkan sebanyak sekira 12 ribu ton sampah plastik untuk di daur ulang. 

Material plastik yang terkumpul didaur ulang menjadi bahan baku Social Plastic untuk digunakan kembali dalam produk dan kemasan, sehingga memberikan kehidupan baru bagi plastik lama.

Sebagaimana disampaikan Pendiri Plastic Bank, David Katz, (tengah) didampingi Manajer Pemasaran dan Komunikasi Plastic Bank, Debora Natalia Aritonang (kiri), dan Country Manager Plastic Bank Indonesia, Frederick Ramadhani (kanan) saat dijumpai Tribun Bali  di Kuta Utara, Badung, Bali, pada Senin 15 Januari 2024. 

"Bukan cuma untuk mengurangi plastik dan mendaur ulang, tapi bagaimana mengatasi polusi plastik, jadi bukan cuma lingkungan tapi juga pemberdayaan masyarakat akses sosial ekonomi bagi masyarakat," tuturnya.

David menjelaskan, untuk di Indonesia saja, tahun 2023 dari 12 ribu ton sampah itu jumlah insentif yang didistibusikan senilai Rp 11,7 Miliar. 

Sedangkan sejak berdiri tahun 2019 lalu, Plastic Bank sudah mendistribusikan total insentif sebanyak Rp 50,5 Miliar

Plastic Bank memiliki visi untuk menciptakan dunia tanpa sampah dengan memberdayakan gerakan Social Recycling yang mencegah polusi plastik di laut dan membantu mengurangi kemiskinan. 

Komunitas pengumpul plastik mengumpulkan dan menggunakan plastik daur ulang sebagai untuk mendapatkan penghasilan dan berbagai manfaat sosial lainnya, seperti bahan makanan, asuransi BPJS kesehatan, asuransi BPJS Ketenagakerjaan, konektivitas digital, dan layanan keuangan.

Di Indonesia yang tersebar dari berbagai provinsi  termasuk Bali, terdapat sebanyak lebih dari 230 mitra pengepul dari sebanyak 569 mitra pengepul secara global. 

Baca juga: Ancam Tak Mau Bayar Hingga Demo, Kompak Pelaku Hiburan Malam di Bali Tolak Kenaikan Pajak


"Transaksi plastik dicatat di platform Plastic Bank yang berbasis blockchain sehingga menciptakan sistem pengumpulan plastik yang terlacak dari hulu ke hilir, mendistribusikan insentif finansial bagi anggota komunitas, dan memverifikasi pelaporan bagi mitra bisnis," jelasnya.

David menyampaikan bahwa Indonesia dalam kondisi darurat sampah plastik, menempati posisi ke 3 di Asia Tenggara dan posisi ke 5 secara global menjadi negara terpolusi sampah plastik. Oleh sebab itu pihaknya menaruh kepedulian dengan mendirikan platform ini. 

Pihaknya turut mendorong pemerintah agar mengeluarkan regulasi ketat terhadap perusahaan penghasil sampah plastik untuk turut bertanggung jawab dengan gerakan mengumpulkan kembali sampah plastik dengan jumlah sama dengan yang dihasilkan. 

Plastic bank memiliki target janga panjang menelurkan metodologi dan teknologi untuk memperluas dampak cara kerja plastic bank, sedangkan jangka menengah adalah dengan menambah ekspansi di  Indonesia dari  saat ini di 10  Provinsi. 

"Masalah sampah jangan hanya komplain, tapi ayo semua sadar, dari masyarakat mengurangi atau mebatasi membeli barang degan kemasan plastik, perusahaan harus sadar tanggung jawab, dan pemerintah harus tegas," ujarnya. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved