Berita Bali

Harga Beras di Bali Naik Ugal-ugalan, Para Pembeli Terkaget-kaget Setiap Datang

Dengan terpaksa Ni Ketut Mudati menjual berasnya sesuai harga pasaran saat ini. Ia tahu harganya sangat mahal.

Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
Suasana di toko beras milik Wayan Merti. Harga beras di Bangli naik drastis. 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Dengan terpaksa Ni Ketut Mudati menjual berasnya sesuai harga pasaran saat ini.

Ia tahu harganya sangat mahal. Namun pedagang di Pasar Rakyat Gianyar ini juga membeli dengan harga yang mahal.

Harga beras sekarang seperti tak terkendali. Makin hari makin mahal saja. Mudati yang pedagang pun pusing, apalagi masyarakat pembeli. Sejak tahun 2023 hingga per 28 Januari 2024 ini, harga beras tak kunjung turun.

Baca juga: Harga Beras Terus Naik Tak Terkontrol Di Gianyar, Pedagang dan Pembeli Pusing

"Tiap dua hari naik harga. Dengan kenaikan ini, saya tidak untung banyak karena harga ngambilnya juga naik. Saya ngambil beras di agen," demikian ujarnya, Minggu (28/1/2024).

Ia memaparkan, harga beras premium saat ini menyentuh angka Rp16 ribu per kilogram (Kg) untuk eceran. Sementara untuk berat 5 Kg, dijual seharga Rp75 ribu. Sebelum harganya menyentuh Rp16 ribu per Kg, beras premium ini dijual Rp15 ribu per Kg.

Baca juga: Sekda Gianyar Prediksi Kenaikan Harga Beras Tak Bertahan Lama

"Kenaikannya terus menerus di angka Rp 1.000. Bukan beras premium saja, tapi beras lokal juga naik, sekarang harganya Rp 15 ribu untuk eceran satu kilogram," ujarnya.

Mudati mengungkapkan kenaikan harga beras ini secara otomatis menaikkan harga komoditas lainnya, seperti gula, ketan dan sebagainya.

Bahkan ia saat ini sudah tak lagi menjual ketan, karena harganya sudah tak masuk akal. Terlebih permintaan ketan jarang.

Baca juga: Beras Medium dan Premium Naik Rp1.000/Kilo, Tiga Komoditas Bahan Pokok di Jembrana Naik Sejak Kamis

"Dulu ketan harganya Rp 14 ribu per kilogram, lalu naik Rp 15 ribu, dan setelah harganya Rp 19 ribu, saya tidak jualan lagi. Yang beli jarang, modal besar, untungnya tetap sedikit hanya di kisaran Rp 1.000," tandasnya.

Mudati mengatakan, pelanggan beras kerap mengeluh karena setiap mereka datang, harganya selalu naik.

"Pembeli mengeluh, tapi mau tidak kau mereka beli juga, karena sudah jadi kebutuhan pokok masyarakat Gianyar," ujarnya.

Sekda Gianyar, I Dewa Alit Mudiarta menilai, kenaikan harga beras di Gianyar bisa berdampak pada melemahnya mata uang karena sejumlah komodias juga mengalami kenaikan. Namun kondisi tersebut hanya akan terjadi jika kenaikan ini berlangsung secara terus meneruh ini hinggaa waktu yang lama.

Alit memprediksi kenaikan harga beras tidak akan berlangsung lama.

"Mahalnya beras ini karena kondisi cuaca, dan habisnya masa panen. Nanti setelah pasokan beras meningkat lagi, pasti harganya turun. Saya prediksi itu tidak akan lama lagi," katanya.

Ia mengaku sudah menugaskan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gianyar untuk terus memantau harga-harga komoditas di pasar. Alit menyatak,an saat ini kenaikan harga masih dalam batas wajar.

"Tiap pekan kami koordinasi dengan Pemerintah Pusat dalam mengantisipasi inflasi, dan Disperindag juga kami tugaskan untuk terus memantau harga."

"Sejauh ini kenaikan masih dalam batas kewajaran, karena stok beras di produsen memang lagi sedikit," ujarnya.

Disperindag Gianyar menetapkan harga eceran tertinggi (Het) untuk beras premiun sebesar Rp 13.900 per Kg untuk segala merek. Nilai jualnya saat ini telah menyentuh Rp 16 ribu per Kg.

Sementara beras lokal (Tabanan dan Gianyar) tidak ditetapkan HET dan kini dijual Rp 15 ribu per Kg.

Kenaikan harga beras ini juga berpengaruh terhadap harga gula, dimana HET gula ditetapkan Rp 13.500 per Kg, kini dijual Rp 17 ribu per Kg.

Harga tersebut berlaku untuk gula lokal maupun premium.

Kepala Disperindag Gianyar, Luh Gede Eka Suari mengataka, pihaknya hanya melakukan survei harga sedangkan untuk persoalan kenaikan akibat stok maupun cuaca, hal tersebut merupakan ranah Dinas Pertanian dan Dinas Ketahanan Pangan Gianyar.

"Disperindag (melihat) dari sisi harga, untuk penyebabnya kami koordinasi dengan dinas tarkait. Dalam menekan harga, kami bisa lakukan dengan menggelar pasar murah bekerjasama dengan Bullog, dan hal tersebut saat ini sedang kita pertimbangkan. Kemungkinan menjelang Galungan ini," ujar Eka.

Kepala Dinas Pertanian Gianyar, Anak Agung Putriari mengatakan, terkait beras lokal yang ikut mengalami kenaikan hal tersebut murni berada di tangan petani. Kata dia, petani Gianyar saat ini relatif pilih-pilih saat menjual berasnya.

Mereka hanya akan menjual pada pembeli yang menawar dengan harga tinggi.

"Stok beras kami cukup bagus. Karena saat masa panen, sebagian besar hasilnya bagus. Terkait harga jual beras, itu murni di tangan petani. Mereka biasanya menjualnya tidak sembarangan, siapa yang mau bayar mahal, itu yang dikasi," ujarnya.


Pasokan Bulog Kosong

Di Bangli, harga beras kualitas premium naik sejak sepekan terakhir. Kenaikan harga beras berkisar antara Rp5.000 hingga Rp10 ribu. Sementara beras murah (Bulog) yang menjadi andalan masyarakat, justru kosong sejak sebulan lalu.

Pedagang beras di sekitar Pasar Kidul Bangli, Ni Wayan Merti mengatakan, kenaikan harga beras kualitas premium terjadi secara bertahap. Dari awalnya Rp 2.000 hingga kini berkisar Rp 5.000 hingga Rp 10 ribu.

Jenis Super Mama isi 25 Kg, awalnya Rp 340 ribu hingga Rp 350 ribu. Sedangkan saat ini harganya telah mencapai Rp 365 ribu. Sementara isian 10 Kg, dari awalnya Rp 135 ribu hingga Rp 140 ribu saat ini mencapai Rp 145 ribu hingga 150 ribu.

"Begitupun merek lainnya. Seperti Samudra awalnya Rp 68 ribu kemasan 5 Kg, sekarang sudah mencapai Rp 74 ribu," sebutnya, Minggu kemarin.

Merti tidak mengetahui penyebab harga beras melonjak drastis dalam sepekan. Ini kondisi pertama kali sejak dia jualan beras.

"Tentu para pembeli terkaget-kaget. Karena dalam sepekan harganya sudah mencapai Rp 74 ribu," ungkapnya.

Naiknya harga beras premium diikuti beras lokal. Dari sebelumnya Rp 300 ribu per 25 Kg, saat ini harganya Rp 310 ribu hingga Rp 315 ribu per Kg.

Akibat naiknya harga beras, tak sedikit masyarakat yang kini lebih memilih untuk membeli beras secara eceran. Harga per Kg saat ini Rp 15 ribu, dari sebelumnya Rp 14 ribu.

Walaupun harganya naik, Wayan Merti mengakui pasokan beras kualitas premium tetap lancar. Sebaliknya beras Bulog yang harganya cendrung murah dan bisa menjadi alternatif masyarakat, pasokannya justru seret.

"Ada sudah satu bulan kosong. Makanya banyak pembeli terkaget-kaget karena harganya mahal," kata dia.

Di Jembrana, harga beras medium dan premium merek tertentu mengalami kenaikan. Beras medium dari Rp 14 ribu per Kg naik jadi Rp 15 ribu per Kg. Kemudian beras premium dari Rp 15 ribu per Kg naik menjadi Rp 16 ribu per Kg.

"Kenaikannya terpantau mulai Kamis 25 Januari. Untuk beras medium dan premium naik seribu rupiah per kilogram," kata Fungsional Analis Perdagangan, Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Jembrana, I Putu Gede Mahaputra.

Alasan naiknya harga beras dijawab Tude Mahaputra secara klise. Ia menduga kenaikan harga lantara damapak kemarau panjang atau El Nino. Kemudian, belum banyak lahan pertanian yang panen padi di Jembrana.

"Mungkin titik masalahnya adalah gabah yang sulit dan mahal. Karena ada panen padi namun tidak banyak. Tapi beruntung saat ini sudah mulai ada yang menanam sehingga perkiraannya Maret atau April gabah sudah tersedia di Jembrana," jelasnya.

Selama ini, kata dia, Jembrana mengambil gabah ke luar seperti Tabanan. Sekarang sudah tidak bisa lagi mengambil gabah ke luar pulau karena mereka di luar pulau Bali seperti Jawa juga mengalami keterbatasan stok gabah.

Badung relatif lebih murah berdasarkan klaim Dinas Koprasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan. Harga beras medium I mencapai Rp 14 ribu per Kg. Sebelumnya atau di awal tahun 2023 beras medium I pada di angka Rp 11 ribu per kg. Kenaikan terjadi secara bertahap mulai dari Rp 100 hingga Rp 500 per Kg.

Selain itu, untuk beras premium I pada awal tahun 2023 di angka Rp 12.500 per Kg dan kini sudah berada di angkat Rp 15 ribu per Kg. Otoritas mengklaim, kenaikan harga beras bisa terjadi karena jenis dan kualitas beras yang berbeda-beda.

"Jenis beras mungkin yang berbeda-beda sehingga terjadi kenaikan. Namun untuk stok kami pastikan aman. Besok (hari ini) saya evaluasi terkait kenaikan berasnya. Karena banyak jenis beras yang ada," ujar Kepala Dinas Koprasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan Badung Made Widiana. (weg/mer/mpa/gus)


Lama-lama Tak Terbeli

Naiknya harga beras membuat masyarakat mengeluh. Warga bahkan menyatakan, lama-lama beras tak terbeli. Pemerintah diminta serius bertindak dan tak hanya memberi jawaban itu-itu saja. Warga Bangli bernama Ni Nengah Suryawati mengaku dilema.

Beras adalah kebutuhan pokok, namun di sisi lain harga beras terus mengalami kenaikan yang tidak terkontrol.

Akibat harganya yang kian mahal, ia menyiasati dengan membeli beras di lokasi penggilingan karena harganya lebih terjangkau.

"Saya sekeluarga tetap membeli beras karena ini kebutuhan pokok. Saya berharap pemerintah bisa mengontrol harga agar masyarakat tidak berat seperti ini. Kalau langsung dari lokasi penggilingan, harganya Rp 310 ribu isi 25 kilogram," ucapnya.

Sedangkan warga bernama Anggraeni saat ditemui di Pasar Rakyat Gianyar meminta pemerintah segera mencarikan solusi untuk mengatasi persoalan ini.

"Ini kan kebutuhan pokok, kalau harga beras terus naik, tentu kami resah. Lain kalau harga cabai yang naik, kan biasa saja," demikian keluhnya.

"Dulu harga beras premium untuk ukuran lima kilorgam kami beli Rp 60 ribu sekarang Rp 75 ribu. Kalau bisa, siapapun yang di atas (pemerintah, red), mohon agar harga bahan pokok yang seperti ini agar selalu diperhatikan, supaya bisa dibeli oleh masyarakat kelas menengah ke bawah," sambung dia. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved