Berita Bangli
Arnata Puas Harga Tomat Sentuh Angka Tertinggi Rp 25 Ribu Per Kilogram
Arnata Puas Harga Tomat Sentuh Angka Tertinggi Rp 25 Ribu Per Kilogram
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Fenty Lilian Ariani
TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Harga tomat kualitas super di kalangan petani menyentuh angka Rp 23 ribu hingga Rp 25 ribu per kilo. Para petani pun sangat puas. Sebab ini merupakan harga tertinggi yang pernah ada.
Salah satunya diungkapkan petani tomat bernama I Nengah Arnata.
Pria asal Dusun Pucangan, Desa Kayubihi, Bangli ini mengaku harga tomat di kisaran Rp 23 ribu hingga Rp 25 ribu per kilo merupakan yang tertinggi.
Sebab harga normalnya di tingkat petani hanya Rp 15 ribu hingga 20 ribu per kilo.
Baca juga: Ramalan Zodiak Besok 24 Februari 2024 untuk Capricorn, Aquarius dan Pisces: Karir, Cinta, Kesehatan
"Ini untuk jenis tomat kualitas super, yang ukuran buahnya lebih besar dan mulus. Tidak ada retak pada kulit buahnya," ucap dia, Jumat (23/2/2024).
Menurut Arnata, tingginya harga tomat saat ini dipengaruhi faktor cuaca yang tidak menentu. Sehingga banyak petani yang mengalami gagal panen.
"Faktor cuaca hujan disertai kabut ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tomat. Sebab daunnya sangat sensitif jika terkena embun," ujarnya.
Imbas cuaca buruk pun juga dialami oleh Arnata. Diakui dari 5000 pohon tomat yang ditanam, hasil panen yang diperoleh tidak maksimal.
Baca juga: Mimpi Anak Makan Es Krim Pertanda Akan Datang Kebahagiaan ke Keluarga
"Untuk 5000 pohon, normalnya bisa panen 1,2 ton hingga 1,3 ton tiap empat hari. Namun saat ini jumlah panen yang diperoleh berkisar 800 kilo hingga 900 kilo saja," sebutnya.
Kendati produksi menurun, namun dari sisi permintaan tomat di pasaran, imbuhnya, masih tergolong tinggi. Terlebih lagi saat ini jelang rentetan hari raya. Mulai dari Galungan, Kuningan, hingga Nyepi.
"Karenanya saya masih tetap bersyukur sebab kerugian produksi, bisa tertutupi dengan harga tomat yang tinggi. Seluruh tomat hasil produksi ini dijual ke pengepul dari wilayah Sekardadi, Kintamani untuk diedarkan ke pasar-pasar," ungkapnya.
Selain petani tomat, sejatinya Arnata juga merupakan petani cabai rawit merah.
Dengan harga cabai yang kini juga melonjak tinggi, pihaknya justru menolak untuk menanam komoditas tersebut.
Kata Arnata, alasannya tidak menanam cabai karena mempertimbangkan kondisi cuaca buruk. Yang mana menurut dia, tanaman cabai dinilai lebih rentan mati.
"Memang keuntungannya tinggi. Tapi dari segi resiko juga tinggi. Daripada saya mengalami kerugian yang besar, lebih baik saya menanam tomat saja," tandas dia.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.