Berita Klungkung

Pura Dasar Buana Desa Gelgel, Simbol Pemersatu Masyarakat Bali

Pemacekan Agung yang jatuh pada Soma Kliwon Kuningan, Senin (4/3/2024) menjadi piodalan Pura Dasar Buana di Desa Gelgel

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Fenty Lilian Ariani
Istimewa
Suanana di Pura Dasar Buana Gelgel, Senin (4/3/2024). 

SEMARAPURA,TRIBUN-BALI.COM - Pemacekan Agung yang jatuh pada Soma Kliwon Kuningan, Senin (4/3/2024) menjadi piodalan Pura Dasar Buana di Desa Gelgel, Klungkung. Pura ini merupakan pura kuno, yang selama ini menjadi simbol pemersatu masyarakat di Bali.

Pemedek silih berganti berdatangan ke Pura Dasar Buana, Senin (4/3/2024) pagi.

Suara genta dari sulinggih, terdengar mengalun beriringan bersama tabuh gamelan.

Hari itu merupakan puncak upacara piodalan di Pura Dasar Buana Gelgel.

Saat memasuki madya mandala pura, tampak candi bentar dengan arsitektur Bali kuno yang masih kokoh berdiri.

Candi bentar tersebut bahkan sudah berstatus cagar budaya sejak beberapa tahun yang lalu.

"Keberadaan Pura Dasar Buana ini, berlapis-lapis tradisi yang ada. Dari bukti-bukti yang ada di pura ini, pura ini sudah ada sejak peradaban tua," ujar Sejarahwan yang juga akademisi dari Universitas Udayana, Prof. Dr. Anak Agung Bagus Wirawan, Senin (4/3/2024).

Ia menjelaskan, Pura Dasar Buana sampai saat ini masih menjadi tempat pemujaan oleh krama subak yang disebut Subak Gede Swecapura.

Biasanya setiap purnama kapat (sekitar bulan September-Oktober), di Pura Dasar Buana digelar upacara ngusaba kapat sebagai bentuk syukur atas hasil bumi yang dianugrahkan ke masyarakat. 

Baca juga: Terkuak Motif Bule Rusia Vladimir Kolesov Ngamuk di Seminyak : Mabuk Miras Gegara Putus Cinta


"Subak ini peradaban yang sudah tua sekali. Keberadaan Pura Dasar Buana sebagai pemujaan warga subak, juga menandakan pura ini sudah sejak lama menjadi tempat pemujaan," jelas Anak Agung Bagus Wirawan. 

Dalam perjalannya, pura ini tidak bisa dipisahkan, dengan keberadaan Kerajaan Gelgel dengan kratonnya di Sweca Linggarsa Pura.

Pada masa pemerintahan Dalem Ketut Ngulesir sekitar abad ke-14, agama hindu siwa budha berkembang di Bali. 

Bahkan Dalem Ketut Ngulesir pada abad ke-14 sempat mendeklarasikan jika Pura Besakih sebagai luhur ring jagat. Sementara Pura Dasar Buana sebagai dasar ring jagat. 

"Luhur kuat karena dasar kuat. Dasar kuat dengan apa? yakni dengan menyatukan tri warga di Bali dari Ratu Pasek, Ratu Pande, Satria (satria arya dan satria dalem)," ungkap dia.

Keyakinan ini dikuatkan oleh Dalem Waturenggong yang menjadi Raja Gelgel sekitar abad ke-15.

Pada masa ini juga merupakan masa kejayaan Kerajaan Gelgel.

Pada masa itu, ada dua tokoh agama penting yang datang dari Majapahit yakni Dang Hyang Nirartha dan Dang Dang Hyang Astapaka.

Keduanya lalu dipercaya memimpin upacara homayadnya di Pura Dasar Buana.

Baca juga: Digadang-Gadang Sebagai Calon Bupati Badung, Adi Arnawa Sebut Sebagai Cerminan Aspirasi Masyarakat


"Ada pelinggih pemujaan Dang Hyang Nirartha dan Dang Dang Hyang Astapaka. Keduanya berperang penting dalam perkembangan ajaran hindu siwa-buddha di Bali. Ajaran inilah yang disebut hindu dresta Bali yang diwariskan sampai sekarang," ungkap Prof Wirawan.

Kedatangan dua tokoh penting itu, juga semakin menyempurnakan Pura Dasar Buana sebagai pura yang menjadi simbol pemersatu masyarakat di Bali.

"Ketika kerajaan Gelgel dilanjutkan Dalem Waturenggong, disempurnakan lagi pura ini jadi pemujaan leluhur catur warga. Pura Dasar Buana menjadi cerminan mempererat persatuan dari Warga Ratu Pande, Ratu Pasek, Ksatria (Dalem maupun Arya) dan Brahmana Siwa Buddha yang dipelopori Dang Hyang Nirartha dan Dang Hyang Astapaka," ungkap Prof Wirawan.

Jauh sebelumnya, tokoh penting yang pernah ke menginjakan kaki di Dasar Buana Gelgel yakni Mpu Ghana.

Brahmana yang berperan penting dalam perkembangan agama hindu di Bali ini, pernah melakukan yoga semadi di Pura Dasar Buana

Bahkan sampai saat ini, masih berdiri pelinggih sila majemuh, yang diyakini sebagai tempat Mpu Ghana melakukan yoga semadi. 

"Pelinggih itu palinh tua, dulu jadi tempat meditasi Mpu Ghana. Jadi sebenarnya semua umat hindu di Bali boleh menyembah Mpu Ghana sebagai tokoh agama," ungkapnya.

Sehingga dapat dikatakan, Pura Dasar Buana Gelgel menjadi pemersatu semua lapisan masyarakat di Bali dari dahulu hingga saat ini.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved