Berita Bangli

597 TPK Dibentuk Untuk Deteksi Dini Stunting, Pemkab Bangli Targetkan Penurunan di Tahun 2024

survey Status Gizi Indonesia tahun 2022, prevalensi angka stunting Provinsi Bali merupakan yang terendah, yakni sebesar 8 persen.

Istimewa
sosialisasi pencegahan stunting melalui diskusi komunitas/kelompok, Selasa 5 Maret 2024 - 597 TPK Dibentuk Untuk Deteksi Dini Stunting, Pemkab Bangli Targetkan Penurunan di Tahun 2024 

TRIBUN-BALI.COM, BANGLI - Pemerintah Provinsi Bali terus berupaya menekan angka stunting di Bali, tak terkecuali di Bangli.

Salah satu upayanya yakni membentuk 597 Tim Pendamping Keluarga (TPK) di seluruh desa/kelurahan di Bangli, sebagai langkah deteksi dini stunting.

Hal tersebut terungkap saat sosialisasi pencegahan stunting melalui diskusi komunitas/kelompok yang dimotori oleh BKKBN Provinsi Bali, Selasa 5 Maret 2024.

Kegiatan yang berlangsung di gedung BMB Kantor Bupati Bangli itu, dibuka oleh Sekretaris BKKBN Bali, I Made Arnawa.

Baca juga: Bali United Peduli Stunting, Owner Serdadu Tridatu Harap Anak Bali Sehat Jadi Pemain Masa Depan

Made Arnawa pada kesempatan itu mengungkapkan, mengacu survey Status Gizi Indonesia tahun 2022, prevalensi angka stunting Provinsi Bali merupakan yang terendah, yakni sebesar 8 persen.

Sedangkan Kabupaten Bangli tercatat sebesar 9,1 persen atau ada penurunan sebesar 1,3 persen dibandingkan dengan data tahun 2021 yakni sebesar 11,8 persen.

"Tentunya kita patut bersyukur atas penurunan angka stunting tersebut. Hal ini tidak terlepas dari keterlibatan berbagai unsur, salah satunya adalah Tim Penggerak PKK yang terus bergerak membangun keluarga-keluarga yang ada di perkotaan dan juga di pedesaan," ungkap Arnawa.

Dalam hal ini, pemerintah pusat melalui BKKBN melakukan berbagai upaya untuk memberikan dukungan SDM dan anggaran, untuk percepatan penurunan angka stunting di Provinsi Bali, khususnya di Kabupaten Bangli.

Selain itu, terbentuknya 597 Tim Pendamping Keluarga (TPK) di seluruh desa/kelurahan di Bangli, yang setiap saat melakukan pendampingan kepada sasaran ibu hamil, pasangan usia subur, calon pengantin dan balita.

"Dengan berbagai kompleksitasnya, percepatan penurunan stunting harus terfokus pada keluarga berisiko stunting. Pendampingan oleh TPK ini untuk mencari tahu faktor risiko yang dimiliki. Sehingga bisa melakukan intervensi sesuai kebutuhan," jelasnya.

Pihaknya menambahkan, TPK terdiri dari bidan desa, kader TP PKK dan kader KB.

Dengan terbentuknya TPK ini harapannya deteksi dini atas kasus yang berisiko stunting di desa/kelurahan dapat dicegah sedini mungkin, sehingga upaya percepatan penurunan stunting dapat tercapai sesuai target di tahun 2024.

Sementara Ketua TP PKK Kabupaten Bangli, Ny. Sariasih Sedana Arta menyampaikan salah satu tujuan PKK terkait kesehatan yakni mencegah stunting.

Dalam hal ini, yang terpenting adalah upaya preventif atau pencegahan.

"Angka stunting tahun 2023, kita peringkat ke-7 di Provinsi Bali. Harapannya tahun 2024, bisa turun," ujarnya.

Diakui pula dalam melakukan sosialiasi pembinaan stunting, pihaknya kerap terkendala adanya ketersinggungan para orang tua, apabila anaknya disebut stunting.

Untuk itu, ia menilai perlu formula edukasi yang lebih baik.

Lebih lanjut dikatakan, penyebab stunting, meliputi faktor internal dan eksternal.

Faktor internal yakni karena kurang gizi kronis sejak kehamilan, anemia pada saat bayi lahir, berat badan bayi terlalu rendah, serta cacat bawaan janin.

Sedangkan faktor eksternal karena dipengaruhi kondisi lingkungan dan ekonomi yang buruk, sanitasi kurang baik, serta minimnya akses terhadap makanan bergizi.

"Dalam hal ini, stunting bisa dicegah dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup pada 1.000 hari pertama kehidupan (1.000 HPK). Sebab inilah masa pembentukan sel yang sangat penting," pungkasnya. (mer)

Kumpulan Artikel Bangli

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved