Berita Bali
5 Perupa Bali Pamerkan Karya Virual Bertajuk Prana, Pengakuan Seniman Akan Kekuatan Hidup
Pameran PRANA kali ini, merupakan refleksi dasar atas pengakuan sang seniman pada kekuatan Prana dalam proses penciptaan.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Sementara dalam karya Wayan Redika, tampak jelas perwujudannya dikreasi melalui keiklasan, ketekunan dan kekuatan teknik yang telah ia capai dalam penggalian yang dilakukan selama berpuluh-puluh tahun.
Perpaduan objek antara penggalan budaya Bali dan fenomena kekinian berhasil diramu, dimoderasi ke dalam ruang estetik yang saling harmoni.
Mencermati karyanya berjudul “Vintagenic, 2023, Acrylic on Linen, 150x150cm” terbaca bahwa prana berfungsi dominan dalam merekayasa pikirannya untuk membangun keseimbangan di antara objek, garis, warna, dan teknik yang ia kuasai.
Demikian pula perupa Wayan Handoko dan Pande Wijaya Suta, masing-masing muncul menjadi bagian yang tak terlepas dari kemampuan dirinya mengolah gagasan.
Mereka paham celah waktu dalam memanfaatkan energi psikis untuk menuangkan skema pikirannya sebelum tersampaikan ke ruang publik.
Dalam sebuah karya, tentu banyak hal yang bisa dibahas berkaitan dengan pengaruh prana dalam penciptaan.
"Karena itu pameran ini menjadi penting untuk memperluas wawasan berkarya dan memperkaya sikap kita dalam mengapresiasi karya seni," tutur Redika.
Pameran ini akan diresmikan oleh pemerhati kebudayaan Dr IB Raiwijaya Mantra.
Untuk diketahui, Prana dalam bahasa Sansekerta secara sederhana dimaknai sebagai kekuatan hidup.
Namun sejatinya Prana itu memiliki cakupan yang lebih luas berakar pada kekuatan itu sendiri.
Masyarakat Bali memahami Prana adalah kekuatan irasional yang digali melalui proses spiritual, di mana kekuatan jiwa itu akan kembali pada wilayah kebahagiaan yang hakiki.
Pada dasarnya terminologi spiritual merupakan transformasi pikiran yang diniatkan di dalam intuisi manusia untuk mencapai sesuatu.
Demikian halnya dengan para seniman dalam menciptakan karya.
Pameran PRANA kali ini, merupakan refleksi dasar atas pengakuan sang seniman pada kekuatan Prana dalam proses penciptaan.
Prana, kemudian menjadi katalisator untuk melatih intuisi menjadi peka menarasikan gagasannya sehingga pada akhirnya tercipta karya visual.
"Prana yang dibangun setiap seniman, tentu tidak sama satu sama yang lain. Hal ini akan memberi pengaruh penting pada kekuatan visual dan karakter karyanya yang sangat mempribadi. Karena itu setiap karya visual juga harus dinikmati melalui pemahaman dan kekuatan prana jiwa para menikmat," imbuhnya. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.