Berita Denpasar

Waspada Dampak Lanjutan dari Penguatan Dolar AS, Kenaikan BBM dan Tarif Listrik

Waspada Dampak Lanjutan dari Pengutaan Dolar AS, Kenaikan BBM dan Tarif Listrik

|
Penulis: Arini Valentya Chusni | Editor: Aloisius H Manggol
Istimewa
Meskipun masih dalam wacana, namun kebijakan penunggak pajak dilarang mengisi BBM Bersubsidi tersebut masih dalam tahapan koordinasi dan sudah didiskusikan dengan pemerintahan setempat, dalam hal ini Pemprov Bali. 

 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Konflik yang terjadi di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran berpotensi memberi dampak lanjutan terhadap Indonesia, terutama dari sisi ekonomi bila tensinya kian memburuk.

Waspada dampak lanjutan yang perlu diantisipasi seperti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kenaikan harga BBM dan lainnya.

Pemerhati ekonomi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bali International Institute of Tourism Management (STIE BIITM) Sahid Bali, Dr. Luh Kadek Budi Martini, S.E., M.M., Selasa (30/4) mengatakan, sebelum perang terbuka Iran dan Israel nilai tukar rupiah sudah anjlok tembus Rp 16.132 per dolar AS.

Baca juga: Perkuat Bali International Hospital, IHC Lakukan MoU dengan Singhealth

Perang terbuka Iran vs Israel harga minyak dunia lompat sampai 90 dolar AS per barel dari patokan harga IPC 83 dolar AS per barel.

“Minggu lalu perang Iran vs Israel sudah terjadi, di sisi lain perang Rusia vs Ukraina masih berlangsung dan belum ada tanda-tanda usai. Kita harus siap dengan dampaknya, yang tentu akan sampai ke Indonesia,” katanya.

Baca juga: Keseruan Yamaha My Classy School di SMA Negeri 2 Singaraja, Test Drive Fazzio dan Grand Fillano

Dampak yang perlu diwaspadai yaitu bisa jadi harga BBM akan naik, nilai tukar rupiah potensial semakin turun, karena masih banyak pembangkit listrik diesel maka pasti harga listirik juga akan naik.

Menurut Budi Martini, karena BBM dan listrik adalah komponen penting dalam produksi, pergudangan dan distribusi maka seluruh kebutuhan pokok juga dipastikan akan mengalami kenaikan. 

Ketika harga harga-harga naik, maka berikutnya daya beli akan berkurang. Menurunnya daya beli akan memaksa perusahaan untuk menurunkan produksinya, dan penurunan produksi akan berdampak pada PHK masal.

 


“Situasi ekonomi akan mempengaruhi politik, situasi politik akan mempengaruhi ekonomi,” ujarnya.

 


Untuk itu Budi Martini berharap semua harus agak berhati-hati untuk melakukan pengeluaran yang tidak penting, sebab bisa jadi akan ada potensi goncangan ekonomi dan bisa jadi politik.(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved