Berita Bali
Dampak Naiknya BI Rate Jadi 6.25 Persen Bagi Perekonomian Bali
Prof. IB Raka menilai, BI beralasan bahwa kenaikan suku bunga ini dipertimbangkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah
Penulis: Arini Valentya Chusni | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sejalan dengan arah bauran kebijakan Bank Indonesia, Bl menaikkan Bl-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,50 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 7,00 persen.
Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dari dampak memburuknya risiko global serta sebagai
langkah preemptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5‡1 persen pada 2024 dan 2025 sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.
Kenaikan BI Rate dirasa pemerhati ekonomi dari FEB Undiknas University, Prof. Dr. IB. Raka Suardanapun merupakan langkah berani sekaligus jalan pintas yang ditempuh otoritas moneter untuk stabilisasi pasar keuangan.
Baca juga: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H
Dari data yang ada, kenaikan BI Rate menjadi 6,25 persen merupakan yang tertinggi sejak Juli 2016.
“Namun demikian, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan akan melambat akibat Bank Indonesia (BI) mengerek BI rate tersebut, sebab geliat dunia usaha pasti akan menurun,” kata Prof Raka.
Prof. IB Raka menilai, BI beralasan bahwa kenaikan suku bunga ini dipertimbangkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak memburuknya risiko global.
Selain itu juga sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024 dan 2025 yang sejalan dengan stance kebijakan moneter yang pro-stability.
Bl juga terus memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah dalam rangka memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang Rupiah sejalan dengan kenaikan Bl-Rate serta meningkatnya yield US Treasury dan premi risiko global untuk menjaga daya tarik imbal hasil dan aliran masuk portfolio asing ke aset keuangan domestik guna mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah.(*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.