Kebakaran di Denpasar

MIRIS! Kebakaran di Sesetan Tewaskan Satu Keluarga, Warga Sempat Dengar Teriakan Minta Tolong

Made Arisanjaya, Komang Novi Mertasari dan anak mereka Putu Gede Arta Dharma Sankara tewas dalam peristiwa kebakaran di Sesetan (6/5).

Kolase Tribun Bali/ Adrian Amurwonegoro dan Freepik
Regu Damkar Kota Denpasar berupaya menjinakkan amukan si jago merah yang melahap kos-kosan di Sesetan, Denpasar Selatan, pada Senin 6 Mei 2024. Dok. Dinas Damkar Denpasar 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - I Made Arisanjaya (30) bersama istrinya Komang Novi Mertasari (25) dan anak mereka Putu Gede Arta Dharma Sankara (2), warga Banjar Dinas Kawanan, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, tewas terbakar dalam peristiwa kebakaran rumah kontrakan yang mereka tempati di Jalan Sesetan, Gang Taman Sari 2C Blok I, Banjar Pembungan, Sesetan, Denpasar, Senin (6/5) malam sekitar pukul 23.00 Wita.

Belum diketahui penyebab kebakaran, namun peristiwa Satu keluarga di Sesetan tewas terbakar menyebabkan kerugian materi diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah karena, selain menghanguskan rumah kontrakan dan kamar kos, api juga menghanguskan 2 unit sepeda motor, yakni Honda Scoopy dan Yamaha NMax baru.

Kasi Humas Polresta Denpasar AKP I Ketut Sukadi, Selasa (7/5), mengatakan, menurut keterangan sejumlah saksi kepada polisi, warga mengaku sempat mendengar suara minta tolong dari dalam rumah.

Seperti yang disampaikan oleh Ishak Kalaga (24) kepada polisi mengaku, Ishak tiba di TKP sekitar pukul 22.40 Wita dan melihat api telah membesar.

Baca juga: STATUS WA Terakhir Korban & Firasat Perbekel Sebelum Tragedi Kebakaran Sesetan Tewaskan 1 Keluarga

Tak hanya itu, dia juga mendengar suara minta tolong dari dalam rumah.

Suara tersebut dikatakannya seperti suara ibu-ibu dan seorang anak yang tengah menangis.

“Saksi melihat api sudah besar dan terdengar suara minta tolong dari dalam rumah, terdengar teriakan ibu-ibu dan anak kecil sedang menangis,” kata Sukadi mengutip penjelasan Ishak kepada polisi.

Mengetahui hal itu, Ishak sontak berteriak meminta pertolongan warga sekitar untuk membantu memadamkan api.

Senada dengan Ishak, Mawardi (25) juga mengaku mendengar suara seorang perempuan yang meminta pertolongan dan suara anak kecil yang menangis.

Menindaklanjuti hal tersebut, Mawardi kemudian berteriak guna meminta pertolongan warga sekitar.

Mirisnya, api semakin membesar dan Mawardi tak melihat penghuni rumah keluar untuk menyelamatkan diri.

“Saksi mendengar teriakan ibu-ibu meminta tolong dan anak kecil yang menangis. Atas kejadian tersebut, saksi langsung teriak meminta tolong kepada warga sekitar. Namun penghuni di dalamnya tidak ada yang keluar,” katanya mengutip penjelasan Mawardi kepada polisi.

Api kemudian baru dapat dijinakkan, Selasa (7/5) sekitar pukul 00.30 Wita.

Belum diketahui penyebab kebakaran tersebut. Polisi tengah melakukan penyelidikan guna mengetahui penyebab kebakaran.

Baca juga: RSUP Prof Ngoerah Tunggu Permintaan Autopsi 3 Jenazah Keluarga Korban Kebakaran di Sesetan Bali

Satu keluarga yang tewas terpanggang akibat kebakaran ternyata ditemukan petugas pemadam kebakaran berada di dalam kamar mandi tempat tinggalnya.

Diduga, I Made Ari Sanjaya, Komang Novi Mertasari, dan anaknya yang masih balita Putu Gede Artha Dharma Sankara hendak berupaya menyelamatkan diri dari amukan si jago merah.

Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Denpasar, I Made Tirana menyampaikan, korban ditemukan saat petugas Damkar melakukan pendinginan.

Petugas Damkar terkejut ternyata ada satu keluarga di dalam kamar mandi dalam kondisi sudah tewas terpanggang lantaran berdasarkan informasi warga kos-kosan tersebut dalam kondisi kosong.

Kemudian segera melakukan proses pemadaman sesuai dengan SOP dan memutus aliran listrik.

Tidak dipungkiri bahwa akses menuju lokasi memang sulit dijangkau sehingga sempat menjadi sedikit kendala Damkar untuk mencapai golden time.

"Akses mengarah ke rumah yang terbakar itu memang cukup sulit karena gangnya panjang. Kami sampai di lokasi sekitar 6 menit," kata Made Tirana saat dikonfirmasi.

Setelah melakukan pemadaman, SOP berikutnya adalah pendinginan sampai ke sudut-sudut untuk memastikan tidak ada lagi titik api atau sumber panas yang memicu terjadinya kobaran api lagi.

Namun saat memasuki bagian kamar mandi, di situlah petugas terkejut saat pertama kali melihat kaki manusia, para korban ditemukan dalam kondisi berdempetan.

Baca juga: JASAD Korban Kebakaran Dipulangkan ke Buleleng, Perbekel Desa Bontihing Mimpi Didatangi Ortu Ari

"Setelah api mati, kami lakukan pendinginan. Itu yang membuat teman-teman kami kaget, karena kan sebelumnya dibilang di dalam itu kosong," imbuhnya.

Dikatakannya, kondisi kamar mandi tersebut tidak terkunci, namun memang para korban disinyalir tidak bisa keluar area karena kobaran api yang sudah pekat.

Menurut informasi warga, api pertama kali muncul dari meteran listrik lalu jatuh ke jok sepeda motor milik korban, lalu diduga terkena tangki motor dan terjadi ledakan yang menjadikan kebakaran membesar.

Adik bungsu almarhum Ari, Nyoman Yogi Mahendra (22) mengatakan, kabar duka ini baru diterima keluarga, Selasa pagi, dari para tetangganya.

Pasca menerima kabar tersebut, orangtua serta kakak kandung almarhum pun bergegas ke RSUP Prof Ngoerah Denpasar untuk melihat kondisi ke tiga korban, yang rupanya telah dinyatakan tewas dengan kondisi mengenaskan.

Mahendra menyebut, jenazah ketiga korban akan dimakamkan di Setra Desa Adat Bontihing, Jumat (10/5). Ketiganya dikubur secara terpisah, alias tidak pada satu liang.

Dituturkan Mahendra, Ari beserta istri dan anaknya terakhir pulang ke kampung halaman saat libur Lebaran kemarin. Sementara komunikasi terakhir dilakukan sekitar tiga hari yang lalu.

Kala itu komunikasinya, kata Mahendra, hanya sebatas menanyakan kabar. "Tidak ada firasat," ucapnya.

Mahendra menyebut Ari merupakan tulang punggung keluarga.

Anak kedua dari pasangan Made Jiwa dan Made Sari itu bekerja di salah satu perusahaan ikan, yang ada di wilayah Kelurahan Benoa, Denpasar.

Sementara Komang Novi berjualan peralatan rumah tangga secara online.

Baca juga: KRONOLOGI Kebakaran Tewaskan 1 Keluarga di Sesetan Denpasar, Sempat Terdengar Teriakan Minta Tolong!

"Dia ngekos di Denpasar sejak tamat SMP. Ngekosnya pindah-pindah. Untuk kos yang jadi TKP kebakaran ini, baru ditempati almarhum pada Februari lalu. Dia juga baru menikah 2022 kemarin," kata Mahendra.

Tiga jenazah korban kebakaran itu telah dilakukan pemeriksaan luar di RSUP Prof Ngoerah.

“Tanggal 7 Mei 2024 pukul 02.10 telah diterima 3 jenazah dengan identitas belum diketahui di Instalasi Kedokteran Forensik dan Pemulasaran Jenazah. Tiga jenazah tersebut terdiri dari laki-laki dewasa, perempuan dewasa dan anak laki-laki,” kata Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Prof Ngoerah, dr Kunthi Yulianti, Selasa (7/5).

Setelah tiba di Forensik, ketiga jenazah tersebut dilakukan pemeriksaan luar dan hasilnya mengalami luka bakar serius.

Ketika ditanya kapan waktu kematiannya, dr Kunthi mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi analisa perkiraan waktu kematian.

“Pada prinsipnya banyak faktor yang mempengaruhi analisa perkiraan waktu kematian. Maka penentuan waktu kematian ini memang sesuatu yang sulit dan perlu hati-hati. Saya masih menunggu koordinasi dengan Kepolisian. Sehingga info sementara baru seperti di atas nggih,” imbuhnya.

Kasubag Humas RSUP Prof Ngoerah, Dewa Ketut Kresna mengatakan, pihaknya masih menanti permintaan dari kepolisian untuk melakukan autopsi.

jenazah Ari, dan istrinya serta anaknya dibawa dari RSUP Prof Ngoerah Denpasar menuju ke rumah duka sekitar pukul 14.00 wita.

Jenazahnya dipulangkan dengan menggunakan dua unit mobil ambulans milik Centra Mahatmiya Bali.

Perbekel Desa Bontihing I Gede Pawata ditemui Selasa (7/5) mengatakan, proses pemulangan tiga jenazah asal Banjar Dinas Kawanan, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng sempat terkendala.

Ini lantaran tarif sewa ambulans cukup tinggi. Pihaknya pun langsung berkoordinasi dengan Dinas Sosial Buleleng, sehingga pemulangan jenazah dapat dibantu oleh Centra Mahatmiya Bali.

Hal ini dilakukan mengingat keluarga almarhum Ari kurang mampu. Mereka masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

"Kalau tidak ada bantuan dari Mahatmiya, tadi kami sudah merancang membantu membayar biaya sewa ambulan lewat dana kebencanaan yang disediakan di desa," ucapnya.

Pawata menuturkan, sebelum menerima kabar tewasnya ketiga korban, ia sempat bermimpi didatangi orangtua almarhum Ari.

Setelah itu, Pawata terbangun dan pergi ke kamar mandi.

"Di kamar mandi saya dengar juga ada anjing yang meraung. Sekilas saya lihat ada cahaya juga. Mungkin itu firasat ya, karena saya dan ayah almarhum cukup dekat. Kami sempat satu sekolah saat SMP," tutur Pawata.

Kemudian pada Selasa (7/5) pagi Pawata mendapat telepon dari polisi yang mengabarkan bahwa warganya I Made Arisanjaya, Komang Novi dan Putu Gede Arta Dharma Sankara, tewas terbakar di dalam kamar kosnya.

Jenazah ketiga korban mulanya sulit dikenali. Namun identitas ketiga korban akhirnya berhasil diketahui setelah polisi melacak pelat motor milik Ari.

"Setelah dapat kabar dari pihak kepolisian, saya langsung mendatangi rumah duka. Saya sangat sedih dengan kejadian ini. Sampai tidak bisa memimpin rapat,” katanya. (mah/ian/sup/rtu/sar)

Korban Sebelumnya Sempat Video Call dengan Korban

Wayan Ardiyasa, selaku kakak ipar istri korban menuturkan, sebelum kejadian tersebut, sekitar pukul 20.00 Wita, Novi membuat story WA keceriaan keluarga kecil ini.

"Saya lihat story WA istrinya. Mereka bercanda ceria dengan suami dan anaknya," tutur Ardiyasa saat diwawancarai di lokasi kejadian, Selasa (7/5).

Kemudian ia juga mendapat kabar bahwa pukul 21.00 Wita korban sempat video call keluarganya di kampung. "Kemungkinan setelah video call ini kejadian kebakaran itu," tuturnya.

Dikatakannya, korban baru menikah dua tahun lalu. Sang istri bekerja sebagai pedagang online menjual kasur, lemari dan sejenisnya.

Sementara suaminya bekerja di Benoa sebagai tukang fillet ikan.

Saat kejadian, Ardiyasa dihubungi oleh kerabatnya bahwa ada kebakaran di tempat adik iparnya.

"Karena kebetulan dia lihat di FB ada tulisan olshop ipar saya, saya ditelepon oleh saudara saya," akunya.

Kemudian sekitar pukul 02.30 Wita, ia dicari ke rumahnya dan disebutkan ada korban meninggal dari Kintamani dan Buleleng.

"Saya kemudian ke lokasi kejadian. Memang benar kontrakan ipar saya. Dan ada yang meninggal. Kan istrinya dari Kintamani nikah ke Bontihing Buleleng," imbuhnya.

Dia pun memastikan ke RSUP Prof IGNG Ngoerah (Sanglah) terkait kebenaran itu.

Di RSUP Ngoerah, saat dilihat, kondisi adik iparnya sudah gosong dan tak bisa dikenali karena hidungnya rusak. Barulah saat melihat jenazah anak korban, ia menjadi yakin. Ia juga mendengar informasi jika ketiga korban ditemukan di kamar mandi.

Ketiga korban tersebut baru 3 bulan kos di lokasi tersebut.

Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu pemilik kos Nyoman Sana asal Sidemen Karangasem.

Menurut Nyoman Sana, ada tiga blok rumah kos dan kontrakan di lokasi tersebut.

Blok pertama dimiliki oleh dirinya dengan jumlah 4 kamar kos dan ludes terbakar.

"Ada empat kamar kos, tapi yang terisi tiga kamar. Dan satunya lagi baru mau akan ada yang kos, tapi sudah terbakar," katanya.

Blok kedua dimiliki sang adik, Ketut Suardana yang merupakan satu rumah kontrakan. Di rumah kontrakan inilah satu keluarga asal Buleleng ini meninggal terpanggang.

"Awalnya itu mau dipakai rumah tinggal oleh adik saya. Namun karena agak sempit dan sudah ada anak 3 orang, adik saya pindah dan ngontrak rumah yang lebih luas," tuturnya.

Sementara itu, di blok ketiga yang berada paling utara merupakan kos-kosan milik adik perempuannya bernama Ni Wayan Sutari. Di blok ketiga ini ada 6 kamar kos, namun tidak terlalu terdampak kebakaran ini.

"Hanya dua tempat ini yang parah. Kos saya ada 4 kamar dan satu rumah kontrakan adik saya," katanya.

Ia mengaku mengetahui kebakaran ini sekitar pukul 23.00 Wita. Dia saat itu sedang berada di Karangasem dihubungi oleh kerabatnya bahwa kosnya terbakar.

Dia pun datang Selasa pagi dan mendapati sudah hangus terbakar. Selain itu, ada tiga orang meninggal di rumah kontrakan milik adiknya.

Dia mengatakan api muncul dari rumah kontrakan yang menyebabkan korban jiwa.

"Sebelum kebakaran, karena jualan online, korban sempat menurunkan barang jualan berupa kasur," imbuhnya.

Dia menambahkan, tanah tempat kontrakan maupun kos tersebut bukanlah miliknya.

"Saya dan adik-adik juga ngontrak selama 25 tahun dari warga sini namanya Nyoman Kartika. Baru berjalan 10 tahun. Intinya saya investasi saat ada KUR itu," katanya. (sup)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved