Berita Klungkung

Tarian Sanghyang Dedari Desa Bunga Mekar Bali, Kembali Bangkit Setelah Puluhan Tahun Tidak Ditarikan

Ni Putu Ayu Ratih Noviani (10) yang duduk di bangku kelas III SD untuk mewarisi tarian sakral tersebut.

Istimewa
Tarian Sanghyang Dedari yang kembali dibangkitkan di Banjar Behu, Kecamatan Nusa Penida, Rabu 8 Mei 2024 lalu - Tarian Sanghyang Dedari Desa Bunga Mekar Bali, Kembali Bangkit Setelah Puluhan Tahun Tidak Ditarikan 

TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Banjar Behu, Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida kembali membangkitkan tradisi Tari Sanghyang Dedari.

Tarian sakral tersebut nyaris punah setelah puluhan tahun tidak ditarikan, akibat tidak adanya regenerasi.

Tarian Sanghyang Dedari kembali ditarikan di Pura Paibon Dalem Tarukan di Banjar Behu, serangkaian ngodakin pratima di pura paibon tersebut.

Akhirnya tarian sakral tersebut kembali ditarikan, setelah adanya regenerasi.

Baca juga: Inilah Makna Barongsai, Tarian Tradisional Khas Perayaan Tahun Baru Imlek

Seorang warga Banjar Behu, Desa Bunga Mekar I Ketut Kusetyawan mengatakan, tarian Sanghyang Dedari di Banjar Behu puluhan tahun tidak ditarikan lantaran tidak ada penerus, mengingat tarian ini harus dibawakan oleh anak-anak yang belum memasuki masa menstruasi.

"Sebelumnya ibu saya pelatih tari Sanghyang Dedari, kakak saya juga. Tarian ini lama vakum, karena penari sebelumnya sudah beranjak dewasa dan cukup lama belum menemukan penari yang pas," ungkap Kusetyawan, Senin 13 Mei 2024.

Tarian sakral ini kembali dibangkitkan, setelah sejumlah tokoh setempat seperti jro mangku bermimpi yang dimaknai untuk membangkitkan kembali tradisi Sanghyang Dedari tersebut.

Akhirnya krama sepakat untuk nyanjan (meminta petunjuk kepada Ida Sesuhunan).

Atas petunjuk tersebut, seluruh anak-anak di Banjar Behu dikumpulkan di pura dan dilakukan berbagai ritual.

Lalu anak-anak yang mengalami kerauhan (trance) paling pertama, diyakini ditunjuk secara niskala untuk menjadi penari Sanghyang Dedari.

Lalu terpilihnya anak setempat, Ni Putu Ayu Ratih Noviani (10) yang duduk di bangku kelas III SD untuk mewarisi tarian sakral tersebut.

Ni Putu Ayu Ratih lalu dilatih menari Sanghyang Dedari oleh warga setempat, yang sebelumnya juga pernah ditunjuk menjadi penari Sang Hyang Dedari.

"Anak yang ditunjuk mewariskan tarian Sanghyang Dedari ini, dengan cepat menguasai tarian Sanghyang Dedari ini," ungkap dia.

Akibat lama tidak ditarikan, gelungan (mahkota) Sanghyang Dedari hanya disimpan di Pura Desa Banjar Behu.

Namun, gelungan lama sudah rusak sehingga diganti baru sesuai aslinya, termasuk busananya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved