WWF di Bali
Menteri Urusan Pengairan China Terpukau Sistem Pembagian Air di Subak DTW Jatiluwih Tabanan
Menteri Urusan Pengairan China kunjungi DTW Jatiluwih, menanyakan kenapa harus padi beras merah yang ditanam
Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN- Menteri Urusan Pengairan China H.E. Mr Li Guoying mengunjugi DTW Jatiluwih, Tabanan, Bali, Minggu 19 Mei 2024.
Dia bersama dengan Mr. Tang Liang, Director General China, Mr. Yu Qiyang, Director General, Department of Water Resources Management, Mr. Jin Hai, Director General, Department of International Cooperation, Science and Technology China, Ms. Chi Xinyang, Division Chief, Department of International Cooperation, Science and Technology, Mr. Liu Lei, Deputy Division Chief, General Office dan dua orang lainnya.
Para delegasi dari negeri tirai bambu, terpesona dengan sistem pengairan subak DTW Jatiluwih.
Menteri urusan air cukup dalam menanyakan cara atau sistem pembagian air subak Jatiluwih.
Baca juga: Sukseskan Konferensi WWF 2024, 20 Ribu Bibit Ikan Ditebar di Danau Buyan Buleleng Bali
Manager DTW Jatiluwih, I Ketut Purna mengaku, Menteri Urusan Pengairan China itu concern sekali pada padi di Jatiluwih.
Ia (Menteri Urusan Air), menanyakan kenapa harus padi beras merah yang ditanam. Kemudian, bagaimana subak mengatur pembagian air.
“Kok bisa semua kebagian air? Itu yang didalami dari pertanyaan Menteri Urusan Air China. Dan menanyakan peran pemangku dalam mensejahterahkan seluruh subak di Jatiluwih. Arahnya ke sana. Kemungkinan pemangku di China, mengatur semuanya. Kalau di sini kan tidak,” ucapnya.
Purna menegaskan, bahwa yang paling sering ditanyakan ialah pembagian air.
Misalnya terkait bagimana tinggi air, pembagian air di sawah diisi berapa lama, mengisi air kapan, hingga mulai menanam dan memanen beras merah.
“Tanggapan mereka tentunya kagum sekali karena sawah sudah ratusan tahun. Dan menyarankan bagaimana mempertahankan sawah Jatiluwih,” ungkapnya.
Kata Purna, mereka juga menanyakan banyak hal. Seperti alasan kenapa menanam beras merah. Padahal masa panen lama.
Tidak seperti ketika menanam beras biasa. Yang panen hanya sekitar 3 hingga empat bulan dari masa tanam.
Namun, fokus pertanyaan mereka adalah soal pembagian air.
“Bahkan saya sempat meminta bantuan untuk bisa diteliti dan akhirnya masa panen kita bisa lebih cepat. Tapi mereka meminta untuk dpertahankan. Karena sudah jadi heritage. Dan sistem kita sudah cukup baik dalam pembagian air sehingga mereka sampai penasaran,” bebernya.
Ia menambahkan, bahwa selain delegasi China.
Adapun juga delegasi dari mantan Presiden Hongaria. Kemudian, ada dari negara Perancis.
“Yang datang dari kemarin dan sekarang ini insidentil. Bukan official. Nanti official pas tanggal 25 (side event),” ujarnya. (ang).
Kumpulan Artikel WWF
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.