Berita Buleleng

Perkenalkan Potensi Buleleng, Makanan Olahan Ikan Dibagikan Gratis di Bite 2024

ada sebanyak 200 kilogram ikan, serta 1.500 bungkus nasi yang disediakan dalam Bite 2024 ini.

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Sejumlah pengunjung antusias menyantap makanan olahan ikan di Bite 2024, Sabtu 18 Mei 2024 malam - Perkenalkan Potensi Buleleng, Makanan Olahan Ikan Dibagikan Gratis di Bite 2024 

TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Asap mengepul dari dua tungku pembakaran sate di titik nol Pantai Lovina, Kecamatan Buleleng, Bali, Sabtu 18 Mei 2024 malam.

Puluhan pria berbaju hitam nampak sibuk menyiapkan makanan yang disediakan gratis untuk masyarakat dan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Buleleng Integrated Tourism Exhibition (Bite) 2024.

Makanan yang disediakan merupakan olahan daging ikan seperti sate, pepes dan sayur plecing.

Pelaku Pariwisata sekaligus Inisiator Bite 2024, I Nyoman Arya Astawa mengatakan, ada sebanyak 200 kilogram ikan, serta 1.500 bungkus nasi yang disediakan dalam Bite 2024 ini.

Baca juga: Hotel di Rusia Akan Beroperasi Dengan Sistem Ramah Muslim, Menuju Pariwisata Halal

Makanan itu disediakan gratis untuk para pengunjung, sebagai upaya untuk memperkenalkan potensi Buleleng yang nyegara-gunung.

Selain makan gratis, dalam Bite 2024 juga ditampilkan joged mebarung dari sekaa joged asal Desa Sari Mekar Kecamatan Buleleng dan Desa Sidetapa Kecamatan Banjar.

Astawa menyebut joged mebarung ini ditampilkan untuk menghilangkan stigma negatif terhadap tarian joged.

Mengingat belakangan ini tarian joged dipentaskan secara porno oleh beberapa oknum.

"Jujur kita akui saat ini joged sudah keluar dari pakem, ada unsur pornonya, dan itu keluar dari rel budaya kita. Untuk itu kami pentaskan joged mebarung ini yang sesuai dengan pakemnya," terangnya.

Ditambahkan Astawa, Bite 2024 ini sengaja digelar di titik nol Pantai Lovina, untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat Buleleng akan sejarah wisata di Buleleng, yang awal mulanya lahir di titik nol tersebut.

Pria yang akrab disapa Mang Dauh ini menuturkan, pada tahun 1950 Anak Agung Panji Tisna datang ke Buleleng dan menemukan sebuah pantai yang indah, yang dulunya bernama Subak Balai Bandung, Desa Tukad Cebong.

Di pinggir pantai itu, Panji Tisna membangun restoran dan homestay yang diberi nama Lovina.

"Jadi dari sanalah asal usul nama Lovina ini. Dari titik nol inilah lahirnya pariwisata di Buleleng. Saya sebagai pelaku pariwisata yang lahir, hidup dan mati di pariwisata harus mengangkat Lovina potensi-potensi yang ada di Lovina khususnya Buleleng," jelasnya.

Mang Dauh tidak memungkiri saat Pandemi Covid-19, pariwisata di Lovina sempat mati suri.

Namun kini, kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara mulai meningkat, bahkan lebih baik dari tahun kemarin.

"Pelaku pariwisata di Lovina baru recovery pasca Covid. Sebelumnya kita tertidur. Makanya sekarang ayo kita metangi, bangun dan bangkitkan lagi pariwisata di Buleleng. Kita punya potensi yang luar biasa," tandasnya. (rtu)

Kumpulan Artikel Bali

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved