World Water Forum 2024

50 Youth WWF Intip Konservasi Mangrove Tanjung Benoa, Belajar Peran, Fungsi dan Pemanfaatan Mangrove

50 Youth WWF tengok konservasi mangrove di Tanjung Benoa, mengulik peran mangrove sebagai penjaga air dan penyerap emisi karbon.

tribun bali/ni luh putu wahyuni sari
10th World Water Forum on Water-Energy Nexus, Achieving SDG 6 di lakukan di Telaga Waja, Tanjung Benoa Kawasan Rehabilitasi Mangrove pada Kamis, 23 Mei 2024.Sebanyak 50 Youth WWF Dikenalkan Konservasi Mangrove Tanjung Benoa - Sebanyak 50 Youth WWF Dikenalkan Konservasi Mangrove Tanjung Benoa Bali 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA– 10th World Water Forum on Water-Energy Nexus, Achieving SDG 6 dilakukan di Telaga Waja, Tanjung Benoa Kawasan Rehabilitasi Mangrove, Kamis (23/5).

Acara ini bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Artha Graha Peduli (AGP).

Tujuan acara ini untuk menegaskan kembali komitmen para pemangku kepentingan bertindak dalam agenda air global, aksi iklim, dan pembangunan berkelanjutan khususnya SDG 6 yaitu air bersih dan sanitasi. 

Sebanyak 50 peserta youth dari World Water Forum (WWF) terdiri dari 6 WNA dan 54 WNI.

Baca juga: Delegasi WWF dari Thailand Tertarik dengan Subak Sistem Di Jatiluwih

Nyoman Sweet Juniartini selaku Koordinator Forum Peduli Mangrove Bali mengatakan, kegiatan dimulai dengan pengenalan peran mangrove terhadap air.

Total luas mangrove yang dikelola AGP sekitar 400 hektare dari kawasan Tanjung Benoa hingga Suwung, Denpasar.

Kawasan mangrove ini sudah direhabilitasi sejak Tahun 2013 sampai sekarang.

“Kita sistem konservasi bagaimana memperluas penanaman dengan daerah kritis. Penanaman konvensional itu tidak lagi bisa hidup (penanaman mangrove) kita lakukan rekayasa lingkungan dengan rekayasa hidrologi untuk tumbuh mangrove yang lebih baik,” kata Sweet.

Baca juga: 113 Proyek Air yang Berhasil Diusung Indonesia Selama WWF di Bali, Menteri Tetapkan 3 Poin Penting

Sementara Dr Intan Supraba, dosen UGM yang turut mengikuti acara ini menjelaskan, selain memperkenalkan mangrove, peserta juga diajak memperkenalkan desalinasi PV-SWRO, dimana desalinasi digunakan untuk dapat memanfaatkan air laut jadi sumber air bersih.

“Kita kombain dengan panel fotovoltaik, jadi mobile panel fotovoltaik sudah di implementasikan di beberapa tempat di Indonesia. Bukan pakai air laut tapi pakai air sungai yang keruh jadi harapan kami, bisa memiliki pilot project desalinasi tapi bisa menggunakan panel fotovoltaik sebagai clean energy sekarang kan lagi tren renueble energy,” ucap Intan.

Alasannya memperkenalkan mangrove pada para peserta sebab mangrove memiliki banyak manfaat.

Saat ini fungsi mangrove juga dapat menyerap emisi karbon.

Baca juga: Sambut Delegasi WWF Ke-10, Pemkab Bangli Siapkan Tari Panyembrama

Dan 1.000 ton karbon bisa diserap dengan 1 hektare mangrove.

Untuk luasan mangrove yang dikelola AGP sekitar 400 hektare ini dapat menyerap 400 ribu ton karbon.

“Mangrove juga bisa improve water quality. Karena di WWF bicaranya tentang kualitas air, mangrove juga bisa meningkatkan fungsi air karena bisa menyerap nutrien seperti nitrogen dan fosfat,” bebernya. (sar)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved