PKB 2024
Pagelaran Sumpah Patih Sudarsana, Implementasikan Harkat Martabat Manusia Unggul Melalui Anak-anak
Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI kali ini mengusung tema ‘Jana Kerthi Paramaguna Wikrama’ yang mengartikan harkat martabat manusia unggul.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, BALI – Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVI kali ini mengusung tema ‘Jana Kerthi Paramaguna Wikrama’ yang mengartikan harkat martabat manusia unggul. Berbagai pentas kesenian khas Bali dan dari daerah lain juga ditampilkan disini. Namun, terdapat satu pementasan seni yang membius mata seolah membuat fokus hanya tertuju pada pagelaran tersebut.
Pagelaran seni tersebut adalah Reksadana Barong Cilik dari Sanggar Barong Cilik Kumara Mas, Banjar Sengguan, Desa Singapadu, Sukawati, Gianyar. Pagelaran ini dipentaskan di Kalangan Angsoka, Art Center, Denpasar, Bali, pada Rabu 26 Juni 2024. Pagelaran yang dibawakan oleh anak-anak Sanggar berjumlah 60 orang mulai dari usia 6-12 tahun ini, mengangkat kisah ‘Sumpah Patih Sudarsana’.
I Wayan Mariasa selaku Ketua Sanggar Barong Cilik Kumara Mas menjelaskan apa kaitan pementasan kisah ‘Sumpah Patih Sudarsana’ ini dengan tema PKB yakni ‘Jana Kerthi Paramaguna Wikrama’. Mariasa menjelaskan, dahulu diceritakan di Kerajaan Midarsa, terdapat seorang Patih bernama Patih Sudarsana yang sedang berjaga-jaga disekitar kawasan Kerajaan dan betapa terkejutnya ia saat melihat sekelebat bayangan burung raksasa di tempat peraduan Sang Prabu.
Tak tinggal diam, Patih Sudarsana pun langsung menikam burung raksasa tersebut dengan keris pusakanya. Saat menikam burung raksasa tersebut, banyak darah segar yang jatuh berceceran di paha Sang Permaisuri, yakni Diah Ratnawati yang sedang tertidur didekat Sang Prabu. Sontak ceceran darah tersebut langsung dibersihkan oleh Patih Sudarsana dan membuat Sang Permaisuri bangun dari tidurnya serta menuduh Patih Sudarsana hendak melecehkan dirinya.
Baca juga: PKB 2024, Jangan Takabur, Tetap Membumi, Pesan Moral di Balik Dolanan Metajoga Ala Jembrana
Patih Sudarsana pun telah menjelaskan kejadian yang sebenarnya, namun tetap saja Sang Permaisuri tak mempercayainya. Untuk membuktikan dirinya tak bersalah serta masih memiliki harkat martabat sebagai seorang Patih, ia pun memotong tangan kirinya yang telah menyentuh paha Sang Permaisuri. Melihat aksi Sutindih Patih Sudarsana, Sang Permaisuri pun tersentak. Dengan tangan yang penuh darah, Patih Sudarsana pun memohon diri akan menghabisi Diah Jambawati yang telah disinyalir menjadi sumber kehancuran di Kerajaan Midarsa.
Pada Pagelaran Reksadana ini turut menampilkan Tabuh Pategak, Tari Mapang Barong, Tari Sisia, Patemon Galuh dengan Condong, Panasar, Patih Sudarsana, Siat Sudarsana dengan Garuda, Rebat Sudarsana dengan Diah Ratnawati, Bondres Berjaga-jaga di Karang Kepatihan, Patih Sudarsana Menyerang Jambawati, Rangda Jambawati Ngundang-ngundang, dan Patih Sudarsana menyerang Jambawati. Alasan Mariasa mengambil kisah Patih Sudarsana untuk dipentaskan agar anak-anak Sanggar dapat memaknai bagaimana menjadi manusia yang mempertahankan harkat dan martabatnya.
“Kaitannya dengan tema PKB ‘Jana Kerthi’ atau manusia yang unggul adalah dimana anak-anak dapat menjadi manusia yang unggul serta membentuk karakter anak menjadi lebih berbudaya,” jelas, Mariasa.
Anak-anak yang tampil pada Pagelaran Sumpah Patih Sudarsana ini merupakan generasi keempat dari Sanggar Barong Cilik Kumara Mas. Hanya dengan waktu latihan selama satu bulan anak-anak ini mampu membawakan Pagelaran ini dengan baik.
Sementara itu Tari Mapang Barong yang turut dihadirkan merupakan salah satu perwujudan harimau yang kerap berteman dengan binatang di Hutan Kawasan Kerajaan yakni salah satunya kera. Juga ditampilkan Tari Jauk Manis yang mengiringi Tari Sisia. Terlihat banyak penonton yang sangat antusias menyimak Pagelaran yang dimulai pada pukul 14.00-17.00 Wita ini. Bahkan tak hanya masyarakat lokal, tampak juga wisatawan asing menonton Pagelaran ini.
“Saya tidak menduga banyak masyarakat yang antusias karena panggungnya agak kecil. Persiapan latihan satu bulan lamanya karena mereka sudah siap, sebelumnya anak-anak ini sudah pernah pentas. Harapannya semoga Tahun depan lebih ditingkatkan penampilannya. Karena kadang kan harus sabar mengajari anak-anak,” tutupnya.
Sebelumnya, pembukaan dan pelepasan Peed Aya (Pawai) PKB XLVI dibuka secara resmi oleh Menteri ATR/BPN Republik Indonesia, Agus Harimurti Yudhoyono pada, Sabtu 15 Juni 2024 di Depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Niti Mandala Renon, Denpasar. Selama satu bulan digelar, PKB XLVI ini akan ditutup pada 15 Juli 2024 mendatang. Dan selama digelar berbagai kegiatan kesenian akan ditampilkan di Art Center, Denpasar. (*)
Total Transaksi PKB 2024 Tembus Rp 12 Miliar, Stok Dagangan UMKM Kuliner Habis Setiap Hari |
![]() |
---|
Resmi Ditutup Tahun Ini, Total Kunjungan PKB XLVI 1.624.328 Orang |
![]() |
---|
Sering Macet Selama PKB 2024, Jumlah Kunjungan Tembus 1,6 Juta |
![]() |
---|
122 Relawan Lakukan Edukasi Pemilahan Sampah di PKB, 449 Kilogram Sampah Anorganik Berhasil Dikelola |
![]() |
---|
Sidak Kedua di Stand Kuliner PKB Ke-46, BBPOM Bali Kecolongan Temukan Chiki Ngebul |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.