Kalender Bali

Jadwal Rerahinan Menurut Kalender Bali: Besok Hari Raya Pagerwesi, Berikut Makna dan Persembahannya

Jadwal Rerahinan Menurut Kalender Bali: Besok Hari Raya Pagerwesi, Berikut Makna dan Persembahannya

Editor: Putu Kartika Viktriani
Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi - Jadwal Rerahinan Menurut Kalender Bali: Besok Hari Raya Pagerwesi, Berikut Makna dan Persembahannya 

TRIBUN-BALI.COM - Hari Raya Pagerwesi, jatuh pada Buda (Rabu) Kliwon wuku Sinta.

Pagerwesi ini dirayakan setiap enam bulan atau 210 hari sekali menurut Kalender Bali.

Terdekat, Hari Raya Pagerwesi akan berlangsung besok, 17 Juli 2024..

 

Dalam lontar Sundarigama dijelaskan tentang Hari Raya Pagerwesi sebagai berikut.

Buda Kliwon, ngaran Pagerwesi, Sang Hyang Pramesti Guru, sira mayoga, kairing dening watek dewata nawasanga, gawerdiaken uriping sarwa tumitah, tumuwuh maring bhuana kabeh, irika wenang sang sedaka mengarga puja parikrama, pasang lingga, ngarcana padue Ida Betara Parameswara.

Artinya:

Pada hari Rabu (Buda) Kliwon wuku Sinta, disebut dengan Pagerwesi, saat hari raya ini yang dipuja yaitu Sang Hyang Pramesti Guru atau Siwa dan diiringi oleh Dewata Nawasanga.

Tujuannya yaitu untuk menyelamatkan segala makhluk yang lahir dan tumbuh di alam ini.

Oleh karena itu patutlah para sulinggih melakukan pemujaan untuk semua ciptaan Bhatara Prameswara.

Baca juga: Banyu Pinaruh setelah Hari Raya Saraswati, Berikut Maknanya!

Lebih lanjut dalak Lontar Sundarigama juga disebutkan upakara saat Pagerwesi ini.

Widi-widinania daksina, suci asoroh, peras ajuman panyeneng, sesayut panca lingga, canang wangi, saha rake runtutania, aturakna ring sanggar kamulan.

Kunang ring samania wang sesayut pageh urip, abesik prayascita, ring tengah wangi pasangane yoga semadhi.

Muah pecaru ring sang panca maha buta, sega warna anut ance desa ring natar sanggah, muah segeh agung abesik, kunang ring wara.

Sehingga berdasarkan lontar tersebut, sarana upakaranya yaitu sesayut pageh urip satu buah, serta prayascita.

Saat tengah malam, dilakukan yoga samadhi atau renungan suci.

Selain itu, juga ada persembahan untuk unsur panca maha butha berupa segehan lima warna, sesuai dengan kelima arah mata angin yang dihaturkan di natar sanggah, dan disertai dengan segehan agung satu buah.

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved