Berita Gianyar
Kesadaran Warga Gianyar Pilah Sampah Mulai Tumbuh, Tapi Sering Lambat Diangkut
Anggota DPRD Gianyar, I Gusti Ngurah Kapidada belum lama ini juga menyoroti jadwal pengangkatan sampah.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Hampir sebagian besar masyarakat di Kabupaten Gianyar, Bali, telah mematuhi program Pemkab Gianyar tentang pemilahan sampah sebelum dibuang ke TPA Temesi.
Namun tak sedikit warga yang patuh ini dibuat kecewa.
Terutama mereka yang mempercayakan jasa angkut pada petugas sampah TPS3R milik desa.
Sebab jadwal angkutnya sering telat.
Bahkan tak sedikit masyarakat di pedesaan di Kabupaten Gianyar, yang sampahnya tak diangkut lebih dari dua pekan.
Baca juga: Operasi Trisila di Bali, Danlanal Denpasar: Sampah Juga Ancaman Kedaulatan Negara
Kondisi tersebut menyebabkan sampah menumpuk di rumah, dan menimbulkan bau tidak sedap.
Bahkan berdasarkan penelusuran di lapangan, Rabu 17 Juli 2024, tak sedikit sampah residu yang dibuang sembarangan ke lahan terbuka hijau maupun sungai, merupakan dampak dari keterlambatan pengangkutan oleh petugas sampah.
"Gak jadi taat aturan, karena lama diangkut. Rumah jadi bau, ya terpaksa dibuang ke sungai," ujar seorang warga di Gianyar.
Anggota DPRD Gianyar, I Gusti Ngurah Kapidada belum lama ini juga menyoroti jadwal pengangkatan sampah.
Menurut dia, seharusnya pemerintah lebih memperbanyak jadwal pembuangan sampah residu dan non organik, ketimbang sampah organik yang notabene masih bisa diolah dan tak menimbulkan bau.
"Organik dapat jadwal 3 hari, sementara residu dan non organik hanya dijadwalkan dua hari. Menurut saya, seharusnya jadwal residu dan non organik diperbanyak. Sebab organik kan tidak menimbulkan bau, dan masih bisa diolah atau dibuang ke belakang rumah," ujarnya.
Terkait keterlambatan pengangkutan sampah, PJ Bupati Gianyar, Dewa Tagel Wirasa tak menampik akan hal tersebut.
Kata dia hal tersebut tak terlepas dari masih terbatasnya armada pengangkut sampah terlebih lagi sejumlah armada sudah berumur tua sehingga memerlukan peremajaan.
"Ya, kita masih evaluasi dulu, apa bisa di anggaran perubahan atau nanti di anggaran Induk 2025," ujar Tagel.
Tak hanya itu, alat berat untuk mengurai sampah di TPA Temesi juga belum memadai.
"Alat berat belum mencukupi. Setelah mengurai sampah organik di utara lalu besoknya ke selatan mengurai sampah non organik, jadi harus bolak-balik," ujarnya. (*)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.