Jamaah Islamiyah Bubarkan Diri

Kisah Sabarno Kader Senior Jamaah Islamiyah, Nonton Drama Ertugrul Demi Hindari Kejaran Densus

Sabarno lahir dari keluarga taat agama di Madiun. Ayahnya memberi ilham, memantik ghiroh, dan membentuk militansinya sebagai jamaah.

Editor: Putu Kartika Viktriani
Tribunnews
Liputan Khusus Jamaah Islamiyah Bubarkan Diri - Kisah Sabarno Kader Senior Jamaah Islamiyah, Nonton Drama Ertugrul Demi Hindari Kejaran Densus 

Pertama ia menyelamatkan diri ke sebuah tempat di Sragen, Jateng. Ia sempat berdagang ban bekas, jualan tahu bakso, dan bekerja apa saja untuk bertahan hidup. 

Tak lama di Sragen, ia hijrah ke sebuah daerah di Kalimantan. Di sana cukup lama dan berjualan bakso.  Kata Sabarno usaha jualan baksonya cukup berhasil.

Setelah lama di Kalimantan, Sabarno kembali masuk ke Jawa sampai terakhir ia berpindah-pindah di seputaran Bekasi hingga Cikarang. 

Selama dalam pelarian itu, Sabarno sudah tidak pernah lagi berhubungan dengan jamaah lain terkait kegiatan organisasi. 

Jalur komunikasinya juga sangat terbatas karena diawasi, dilacak, dan dijejaki oleh para pemburu dari Densus 88 Antiteror. 

Ia tidak pernah menggunakan telepon seluler, laptop, atau peranti lunak lain untuk berhubungan dengan teman dan kerabatnya. 

Sabarno kembali ke jalur komunikasi tradisional, misalnya menggunakan kurir atau telepon jadul. “Saya tahu saya terus dicari dan dilacak,” kata pria yang memiliki lima orang anak ini.

Sabarno juga membatasi diri saat berselancar di dunia maya. Ia menghindari penggunaan mesin pencari dan menggunakan kata-kata kunci yang berhubungan dengan terorisme dan gerakan radikal.

“Semua diawasi. Pokoknya entah bagaimana caranya, alat apa yang mereka pakai, menggunakan kata-kata tertentu, misal jihad, bisa jadi jalur pelacakan,” jelasnya. 

Karena itu selama berpindah-pindah lokasi pelarian, Sabarno menjauhkan dari kesalahan dengan melakukan kecerobohan di dunia maya. 

Ia hanya seringkali mencari hiburan dengan menonton video drama sejarah. “Saya suka nonton Ertugrul (serial drama Turki Ertugrul Ghazi Urdu),” katanya diiringi tawa.

Apakah ia pernah merasa di jarak dekat dengan pemburunya? Sabarno mengaku beberapa kali ia memiliki feeling sedang dibuntuti. 

“Insting saya beberapa kali mengatakan, mereka sudah sangat dekat,” jawab Sabarno. Tapi Sabarno menggunakan pengetahuan dan teknik lapangan yang dikuasainya untuk menghindar. 

Semua prajurit khusus JI memiliki kemampuan itu. Mereka menguasai teknik kontra intelijen, guna menghadapi kejaran aparat keamanan. 

Ada hal menarik yang ia dengar dan lihat pada 2016 dari pemberitaan media. Aparat keamanan menciduk seseorang di Magetan bernama Sabarno.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved